5 Tren Pariwisata 2026 dan Pola Liburan Wisatawan Indonesia
17 December 2025, 10:00 WIB
Pariwisata Indonesia tengah memasuki fase kalibrasi ulang, menurut laporan tiket.com "Tourism Trends 2025 & Outlook 2026: Redefining The New Shape of Travel" yang diolah Lokadata. Artinya, pola bepergian masyarakat Indonesia mulai lebih stabil dan terdefinisi.
Chief Strategy Officer tiket.com, Tiffany Tjiptoning, mengatakan saat jumpa pers di Jakarta, Selasa, 16 Desember 2025, "Ada banyak tren dan pola perjalanan menarik sepanjang 2025 yang membentuk bagaimana pariwisata (berjalan) tahun depan."
Perjalanan kini tidak sekadar tentang frekuensi, tapi makna yang mencakup kebersamaan keluarga, kualitas pengalaman, dan fleksibilitas waktu. Chief Data Officer Lokadata, Suwandi Ahmad, mengatakan bahwa setidaknya ada lima tren pariwisata di Indonesia pada 2026.
Data ini didapatkan berdasarkan survei yang melibatkan 1.252 respondenterdiri dari 52 persen perempuan dan 48 persen laki-laki. Sembilan puluh satu persen di antaranya melakukan perjalanan ke luar kota dalam setahun terakhir. Mereka berusia 1724 tahun (51,2 persen), 2530 tahun (34,6 persen), dan lebih dari 30 tahun (14,2 persen).
Sebaran responden ada di Jawa (79,4 persen) dan luar Jawa (20,6 persen), serta didominasi kelas menengah (50 persen) dan mahasiswa/pelajar (40 persen). Dari situ, ditemukan bahwa pertama, family travel (48 persen) jadi orientasi utama wisata.
Sementara itu, bepergian dengan teman (20 persen), solo travel (17 persen),maupun bersama pasangan (14 persen) menempati posisi menengah. Data menunjukkan bahwa wisatawan Indonesia lebih nyaman bepergian dengan lingkaran terdekat, yang dianggap lebih nyaman, aman, fleksibel dan sesuai preferensi mereka.
Pertumbuhan Pariwisata 2025
Pola ini mengarahkan bahwa perjalanan bukan hanya aktivitas rekreatif, tapi jadi cara memperkuat koneksi emosional dalam lingkaran terdekat. Kalibrasi ulang ini tercermin dari pola pemesanan konsumen.
Berdasarkan data tiket.com, seluruh kategori pariwisata sepanjang 2025 mencatat pertumbuhan positif dibandingkan setahun sebelumnya. Tiffany berkata, "Pemesanan transportasi tumbuh 23 persen, akomodasi meningkat 20 persen, dan atraksi wisata melonjak hingga 38 persen."
Tercatat pula pergeseran preferensi konsumen terhadap moda transportasi, pilihan akomodasi, dan jenis atraksi yang dipilih. Tahun ini, wisatawan mengandalkan moda transportasi darat, dengan kereta api meningkat 47 persen dan bus 46 persen.
Alasannya, yakni harga lebih terjangkau, kemudahan akses, fleksibilitas rute, konektivitas antarwilayah, serta relevan untuk perjalanan musiman dan short to medium distance. Sedangkan untuk preferensi akomodasi, non-hotel atau vila meningkat 44 persen.
Momen Libur Bersama yang Memicu Permintaan Wisata
Pemesanan ini didorong dengan meningkatnya minat perjalanan bersama keluarga maupun teman-teman yang membuat wisatawan cenderung mencari akomodasi yang menawarkan ruang lebih luas dan privasi yang lebih baik. Lalu, untuk pemesanan kategori atraksi wisata, pemesanan tiket playground melonjak signifikan (71 persen).
Tren pariwisata kedua, yakni perencanaan perjalanan bersifat moment-driven. "Pasar wisata Indonesia sangat moment-driven, dengan keputusan perjalanan terutama dipicu momen libur bersama dan promo," sebut Suwandi.
Ketiga, pola berlibur wisatawan Indonesia didominasi pola short getaway. Hampir 70 persen perjalanan berlangsung selama 1--3 hari, sejalan dengan kebiasaan memanfaatkan long weekend dan libur nasional.
Pola ini menjadikan perjalanan singkat sebagai rutinitas baru yang praktis dan mudah direncanakan. Jenis perjalanan ini diproyeksikan semakin stabil pada 2026, dengan family travel dan perjalanan domestik sebagai pendorong utama pergerakan pariwisata.
Inspirasi Liburan sampai Pariwisata Hijau
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menilai perubahan perilaku wisatawan sebagai sinyal positif bagi penguatan pariwisata domestik. "Data menunjukkan, 42,8 persen wisatawan nusantara menjadikan wisata kuliner sebagai motivasi utama berlibur, disusul wisata belanja, kota dan pedesaan, bahari, serta petualangan," sebut Asisten Deputi Strategi dan Komunikasi Pemasaran Kemenpar, Firnandi Gufron, di kesempatan yang sama.
Tren pariwisata keempat adalah media sosial jadi pintu awal inspirasi liburan. tiket.com mencatat bahwa 9 dari 10 wisatawan mengandalkan media sosial sebagai titik awal perencanaan liburan. "TikTok (57 persen) jadi yang paling diandalkan, kemudian Instagram (34 persen)," ujar Tiffany.
Menggenapi daftar, kesadaran terhadap sustainable tourismmulai menguat jadi tren pariwisata kelima. Tercatat bahwa sepertiga responden pernah menggunakan fitur pilihan ramah lingkungan. Motivasi utamanya didorong nilai personal dan kepuasan emosional---bukan sekadar pertimbangan harga.
Namun, keputusan tetap sensitif harga untuk akomodasi ramah lingkungan. Batas kenaikan harga yang bisa ditoleransi wisatawan, yakni hanya 1--5 persen dari opsi non-hijau.