Harga HP dan Produk Elektronik bakal Naik 2026 Gara-Gara Krisis Chip Global
12 December 2025, 09:48 WIB
Harga smartphone, TV, kamera, dan beragam barang elektronik dipastikan akan melonjak naik tahun depan akibat lonjakan permintaan komponen, khususnya chip dan RAM untuk pusat data AI.
Analisis menilai, kenaikan harga ini akibat dari lonjakan permintaan GPU dan memori dari Google, Meta, Amazon, Nvidia, hingga OpenAI untuk memperluas kapasitas pusat data AI.
Alhasil, situasi tersebut memicu kekurangan suplai di segmen konsumen karena banyak pemasok chip, storage, sampai memori global memilih untuk memenuhi ledakan kebutuhan raksasa teknologi tersebut.
"Kami melihat peningkatan pesat permintaan AI di pusat data yang memicu kemacetan di banyak area," ujar Peter Hanbury dari perusahaan konsultan Bain & Company kepada CNBC.
Situasi ini terasa sampai manufaktur produk komsumen, ketika kapasitas hard disk drive (HDD) untuk pusat data tidak mencukup, perusahaan seperti Google dan Microsoft pun beralih memakai solid state drive. SSD sendiri merupakan komponen penting bagi laptop, PC, hingga smartphone.
"Samsung, SK Hynix, dan Micron mengalihkan kapasitas produksi DRAM dan NAND ke pasar enterprise karena lebih mendatangkan keuntungan lebih besar," sebagaimana dikutip dari Android Police, Jumat (12/12/2025).
CEO Alibaba, Eddie Wu, juga sempat mengungkapkan pernyataan imbas kelangkaan komponen ini ke pasar global. Ia mengungkap, proses pembangunan infrastruktur AI internal mendapati kekurangan chip semikonduktor, memori, dan perangkat penyimpanan.
"Ada situasi kekurangan pasokan, hal ini akan menjadi hambatan relatif besar," kata Wu. Sementara itu, Head of Marketing Realme, Francis Wong, mengungkap hal menarik.
Dalam cuitannya di media sosial (medsos) X, dia mengatakan, "Apa pun ponsel pilihan kamu, terlepas dari mereknya, belilah sekarang juga. Setelah berkecimpung di industri smartphone selama satu dekade, saya belum pernah melihat kenaikan harga seperti ini."
Counterpoint Research memperkirakan harga memori akan naik 30% pada kuartal keempat tahun ini dan 20% lagi pada awal 2026. Ketidakseimbangan kecil dalam penawaran dan permintaan pun dapat berdampak besar pada harga memori. Karena tingginya permintaan HBM dan GPU, produsen chip memprioritaskan produk-produk ini daripada jenis semikonduktor lainnya.
"DRAM jelas merupakan hambatan karena investasi AI terus memenuhi ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan, dengan harga HBM untuk AI diprioritaskan oleh produsen chip," ujar Direktur Riset di Counterpoint Research, MS Hwang.
Hingga berita ini ditulis, tim Liputan6.com masih menunggu pernyataan dari pihak masing-masing merek dari global.
Mengapa Krisis Ini Terjadi?
Peningkatan kapasitas produksi chip membutuhkan investasi besar dan waktu panjang. Industri semikonduktor dikenal berhati-hati sehingga banyak produsen enggan menambah kapasitas sesuai proyeksi permintaan pelanggan.
Peyebab dari kekurangan ini didorong peningkatan pesat permintaan chip pusat data. Pemasok khawatir pasar terlalu optimis dan mereka tidak ingin membangun kapasitas yang sangat mahal secara berlebihan.
Saat ini, para pemasok perlu menambah kapasitas dengan cepat, tetapi seperti yang kita ketahui, dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menambah pabrik manufaktur semikonduktor.
Sebagai pemasok utama chip untuk pusat data AI, Nvidia menjadi pemain paling berpengaruh dalam krisis ini. Sebagai contoh, mereka adalah pelanggan besar memori bandwidth tinggi. Produk-produknya diproduksi oleh TSCM, yang juga memiliki pelanggan besar lainnya seperti Apple.
Namun, para analis berfokus pada perubahan yang dilakukan Nvidia pada produk-produk yang berpotensi menambah tekanan besar pada rantai pasokan elektronik konsumen.
Raksasa AS ini semakin beralih ke penggunaan jenis memori dalam produk-produknya yang disebut Low Power Double Data Rate (LPDDR). Memori ini dinilai lebih hemat daya dibandingkan memori Double Data Rate sebelumnya.
Masalahnya, Nvidia semakin banyak menggunakan memori LPDDR generasi terbaru, yang juga digunakan oleh produsen elektronik konsumen kelas atas seperti Samsung dan Apple.
"Kami juga melihat risiko yang lebih besar di masa depan dengan memori canggih karena peralihan terbaru Nvidia ke LPDDR berarti mereka menjadi pelanggan dalam skala produsen ponsel pintar besar, pergeseran seismik untuk rantai pasokan yang tidak dapat dengan mudah menyerap skala permintaan ini," ujar Hwang.
Dampak ke Industri Elektronik Konsumen
Jika kapasitas produsen chip seperti TSMC, Intel, dan Samsung terserap untuk memenuhi kebutuhan pusat data AI, maka pasokan komponen untuk elektronik konsumen ikut terganggu. DRAM yang digunakan pada smartphone, laptop, dan PC, menjadi komponen paling terancam karena kontribusinya mencapai 10% hingga 25% dari biaya produksi perangkat.
Kenaikan harga memori sekitar 20% hingga 30% dapat mendorong kenaikan biaya material hingga 5 sampai 10%. Hanbury memperkirakan dampaknya akan mulai terasa dalam waktu dekat dan semakin intens pada tahun depan.
Selain biaya, risiko kekurangan stok juga meningkat. Ketika produsen tidak mendapatkan komponen yang diperlukan, produksi smartphone, laptop dan perangkat elektronik lain dapat terhambat.
Kini ada permintaan dari pemain yang terlibat dalam pusat data AI seperti Nvidia, untuk komponen yang biasanya digunakan untuk perangkat konsumen seperti LPDDR yang menambah lebih banyak permintaan ke pasar yang pasokannya terbatas.
Jika perusahaan elektronik tidak dapat memperoleh komponen yang dibutuhkan untuk perangkat mereka karena persediaannya terbatas atau beralih ke pusat data AI, maka mungkin akan terjadi kekurangan pasokan gadget paling populer di dunia.
"Selain kenaikan biaya, ada masalah kedua, yaitu ketidakmampuan untuk mengamankan komponen yang cukup. Itu akan menghambat produksi perangkat elektronik," kata Hwang.
Respons Sejumlah Perusahaan Teknologi
Sejumlah perusahaan elektronik telah memperingatkan tentang dampak yang mereka lihat dari semua ini. Xiaomi, vendor ponsel pintar terbesar ketiga di dunia, mengatakan pihaknya akan menghadapi "kenaikan harga ritel yang signifikan".
Sementara COO Dell, Jeff Clark, menyebut kenaikan harga komponen sebagai sesuatu yang "belum pernah terjadi sebelumnya", terutama memori dan perangkat penyimpanan.
"Kami belum melihat biaya bergerak pada tingkat yang kami lihat," kata Clark, seraya menambahkan bahwa tekanan terlihat di berbagai jenis chip memori dan hard drivepenyimpanan.
Konsekuensi yang tidak diinginkan
Para pemain insfrastruktur AI menggunakan chip yang serupa dengan yang digunakan dalam elektronik konsumen. Chip-chip ini seringkali merupakan semikonduktor tercanggih di pasaran.
Namun, ada chip lama yang diproduksi oleh perusahaan yang sama diandalkan pasar AI. Ketika produsen ini mengalihkan perhatikan untuk melayani pelanggan AI mereka, mungkin ada konsekuensi yang tidak diinginkan bagi industri lain.
Kelangkaan ini diperkirakan tidak hanya memukul pasar gadget konsumen. Banyak industri lain mulai dari otomotif, manufaktur, hingga pertahanan, bergantung pada jenis semikonduktor yang sama.
Kelangkaan ini diperkirakan tidak hanya memukul pasar gadget konsumen. Banyak industri lain mulai dari otomotif, industri, kedirgantaraan dan pertahanan yang memungkinkan akan merasakan dampak dari kenaikan harga ini.