Kebocoran di Museum Louvre Paris, Ratusan Karya tentang Mesir Terdampak

08 December 2025, 08:01 WIB
Kebocoran di Museum Louvre Paris, Ratusan Karya tentang Mesir Terdampak

Masalah di Museum Louvre, Paris, tak kunjung selesai. Setelah kasus pencurian perhiasan 'tak ternilai harganya', kini giliran masalah kebocoran air di sebuah ruangan mengakibatkan ratusan karya di Departemen Mesir di Louvre rusak.

"Antara 300 hingga 400 karya terdampak kebocoran yang ditemukan pada 26 November 2025," ujar wakil administrator museum, Francis Steinbock, dikutip dari The Guardian, Senin (8/12/2025).

Ia menggambarkan karya dimaksud adalah 'jurnal Egyptology' dan 'dokumentasi ilmiah' yang digunakan pada peneliti. Barang-barang itu berasal dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 yang 'sangat berguna' tetapi 'sama sekali bukan hal yang unik'.

"Tidak ada artefak warisan yang terdampak oleh kerusakan ini," ujarnya. "Pada tahap ini, kami tidak menemukan kerugian yang tidak dapat diperbaiki dan pasti dalam koleksi-koleksi ini."

Louvre mengatakan kebocoran itu disebabkan oleh katup pada sistem pemanas dan ventilasi yang tidak sengaja terbuka sehingga air merembes melalui langit-langit saya Mollien, tempat buku-buku tersebut disimpan. Pihaknya akan menyelidiki kebocoran itu secara internal.

Sistem yang "sepenuhnya usang" tersebut telah dimatikan selama berbulan-bulan dan dijadwalkan akan diganti mulai September 2026, tambah administrator museum. Sementara, karya-karya yang terdampak akan "dikeringkan, dikirim ke penjilid buku untuk direstorasi, dan kemudian dikembalikan ke rak," kata Steinbock.

Tiket Masuk Museum Louvre Dinaikkan untuk Turis Asing

Tiket Masuk Museum Louvre Dinaikkan untuk Turis Asing

Laporan kebocoran ruangan di Museum Louvre muncul setelah pengumuman rencana menaikkan harga tiket masuk bagi turis dari luar Uni Eropa sebesar 45 persen. Dengan kenaikan tersebut, pengunjung diminta membayar 32 euro, sekitar Rp 618 ribu per orang yang akan diberlakukan mulai 14 Januari 2026.

Kebijakan itu tidak berlaku bagi warga negara dari Wilayah Ekonomi Eropa (EEA), yang mencakup negara-negara anggota Uni Eropa, Islandia, Liechtenstein, dan Norwegia. Keputusan itu disepakati dewan direksi Louvre pada Kamis, 27 November 2025.

Itu berarti turis dari negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Tiongkok, dan juga Indonesia harus membayar 10 euro lebih mahal dari hara tiket masuk saat ini. Amerika Serikat merupakan kontributor terbesar pengunjung asing ke museum tersebut, sedangkan Tiongkok menempati peringkat ketiga, menurut laporan aktivitas museum pada 2024.

Tahun lalu, Louvre menyambut 8,7 juta orang dengan 69 persen di antaranya berasa dari luar negeri. Melansir Euro News, Senin, 1 Desember 2025, kenaikan harga tiket itu bertujuan untuk mengumpulkan dana hingga 20 juta euro (sekitar Rp386,3 miliar) untuk mengatasi 'masalah struktural' dan mendanai perombakan museum seni yang paling banyak dikunjungi di dunia itu.

Rencana Kenaikan Harga di Destinasi Wisata Lainnya

Rencana Kenaikan Harga di Destinasi Wisata Lainnya

Destinasi wisata utama Prancis lainnya mungkin akan segera menyusul. Menurut Menteri Kebudayaan Prancis Rachida Dati, struktur harga yang berbeda akan diberlakukan pada 2026 untuk "semua operator budaya nasional".

Istana Versailles mengindikasikan bahwa mereka juga sedang mempertimbangkan untuk menaikkan harga kunjungan individu sebesar 3 euro untuk penduduk di luar EEA. Namun, kenaikan harga ini belum disetujui oleh dewan direksi.

Di sisi lain, Museum Louvre mulai menjalankan rencana peningkatan keamanan usai menjadi korban pencurian pada 19 Oktober 2025. Kepala Museum Louvre Laurence des Cars mengumukan bahwa mereka akan segera memasang kamera pengawas (kamera CCTV) dan sistem anti-penyusup baru di landmark Paris tersebut.

Disebutkan bahwa sekitar 100 kamera baru akan dioperasikan pada akhir tahun depan. Sementara, sistem anti-intrusi akan mulai dipasang dalam waktu dua minggu, mengutip Euro News, Jumat, 21 November 2025.

Biaya Pembaruan Sistem Keamanan Museum Louvre

Biaya Pembaruan Sistem Keamanan Museum Louvre

Ia menggambarkan sistem tersebut sebagai peralatan yang akan mencegah penyusup mendekati bangunan museum, tetapi tidak merinci lebih detail. Sementara, kamera CCTV baru itu difungsikan untuk memastikan 'perlindungan penuh terhadap lingkungan museum'.

"Setelah keterkejutan, setelah emosi, setelah penilaian, saatnya bertindak," kata des Cars kepada Komite Urusan Kebudayaan Majelis Nasional. Ia mengatakan hal itu merupakan bagian dari lebih dari 20 langkah darurat yang akan diterapkan, termasuk pembentukan posisi "koordinator keamanan" di museum.

Des Cars menekankan peningkatan keamanan merupakan prioritas dari rencana "Louvre New Renaissance" yang telah berlangsung selama satu dekade dan diluncurkan awal tahun ini, dengan perkiraan biaya hingga 800 juta euro (hampir Rp15,5 triliun), untuk memodernisasi infrastruktur, mengurangi kepadatan, dan memberikan galeri khusus untuk Mona Lisa pada 2031.

"Modernisasi ekstensif yang dialami Louvre pada 1980-an kini secara teknis sudah usang, dengan peralatan yang telah berkinerja berlebihan selama 40 tahun," jelasnya.

Infografis Museum di Indonesia. (Dok: Abdillah/Tim Grafis Liputan6.com)
Sumber : Liputan6.com