Rejection Sensitive Dysphoria: Saat Kritik Kecil Bisa Bikin Hati Hancur
04 November 2025, 21:00 WIB
Rejection Sensitive Dysphoria(RSD) menggambarkan reaksi emosional berlebihan terhadap penolakan, kritik, atau rasa gagal. Kondisi ini banyak dialami oleh individu dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan kini ramai dibahas di media sosial.
Fenomena ini menarik karena menyoroti sisi emosional yang jarang dibahas dari ADHD. Banyak penderita mengaku istilah RSD membantu mereka memahami mengapa reaksi terhadap komentar negatif atau perubahan kecil bisa terasa begitu intens.
RSD digunakan untuk menjelaskan rasa sakit hati yang sangat kuat dan tiba-tiba ketika seseorang merasa ditolak atau gagal, seperti dikutip dari The New York Times pada Selasa, 4 November 2025. Meski belum diakui secara resmi dalam dunia medis, istilah ini dianggap membantu penderita ADHD memahami pengalaman emosional mereka.
Penderita RSD menggambarkan perasaan seperti 'ledakan emosi' berupa marah, sedih, atau malu secara mendadak, bahkan karena hal kecil. Kondisi ini bisa mengganggu hubungan sosial, menurunkan kepercayaan diri, dan memengaruhi produktivitas.
Advertisement
Pandangan Para Ahli
Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh psikiater yang lama menangani pasien ADHD, Dr. Bill Dodson. Dia menemukan pola serupa pada banyak pasien, yaitu penolakan kecil saja dapat memicu emosi ekstrem.
"Seseorang dengan RSD bukan hanya sensitif terhadap kritik, tapi juga sangat keras pada diri sendiri saat merasa gagal," kata Dr. Dodson.
Lebih lanjut, dia, mengatakan,"Perubahan suasana hati bisa terjadi sangat cepat, dari netral menjadi marah atau putus asa hanya dalam hitungan detik."
Sementara itu, Ketua Departemen Psikiatri di Saint Louis University School of Medicine, Dr. Erick Messias, mengatakan, sensitivitas terhadap penolakan memang umum pada berbagai gangguan suasana hati dan kepribadian. Namun, konsep RSD menurutnya membantu menjelaskan sisi emosional khas pada penderita ADHD.
Meski masih diperdebatkan di kalangan medis, banyak ahli sepakat bahwa istilah ini berguna untuk memahami bahwa reaksi berlebihan bukan sekadar sifat sensitif. Itu adalah refleksi dari cara otak penderita ADHD memproses emosi secara lebih intens.
Belum ada pengobatan medis khusus untuk RSD. Namun, terapi perilaku dan teknik pengelolaan emosi dapat membantu penderita mengenali serta mengontrol reaksinya.
Advertisement
Mengelola Sensitivitas Terhadap Penolakan
Psikolog di Westport, Connecticut, Dr. Lindsay Blass, mengatakan bahwa bagi penderita RSD, kritik atau penolakan terasa sangat menyakitkan hingga mereka cenderung menghindari risiko atau terlalu berusaha menyenangkan orang lain.
"Mereka bukan sekadar kecewa, tetapi benar-benar merasa hancur," katanya. Beberapa strategi yang dapat membantu mengurangi dampak R.S.D. antara lain:
- Mengenali pola emosi : Sadari kapan emosi meningkat dan apa pemicunya.
- Terapi paparan : Secara bertahap hadapi situasi yang menimbulkan rasa takut untuk menumbuhkan ketahanan emosional.
- Bangun komunikasi terbuka : Klarifikasi maksud lawan bicara agar terhindar dari salah paham. Sebab, kata Blass, tidak semua orang berniat menyakiti Anda.