Bukan Sekadar Susah Tidur, Somnifobia adalah Kondisi Seseorang Takut Terlelap

02 November 2025, 20:00 WIB
Bukan Sekadar Susah Tidur, Somnifobia adalah Kondisi Seseorang Takut Terlelap

Somnifobia, istilah ini asing bagi sebagian besar diantara kita. Namun, di Inggris diprediksi ada sekitar 4 persen dari populasi yang mengalami somnifobia.

Somnifobia adalah rasa ketakutan yang sangat besar untuk tidur atau saat tidur. Ini merupakan fobia yang lekat dengan rasa cemas yang intens dan irasional terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak berbahaya.

Penderita somnifobia tidak dapat mengendalikan kecemasannya ketika memikirkan hal tersebut, terutama saat ingin tidur.

Selain itu, penderita somnifobia mungkin berusaha menghindari perasaan cemas saat tidur. Meskipun fobia ini belum sepenuhnya dipahami oleh para ahli, fobia ini dapat ditangani dengan terapi yang efektif dan berbasis bukti nyata. Ini dapat membantu hidup para penderita lebih mudah dengan kecemasan yang berkurang.

Melansir dari Sleep Foundation, somnifobia merupakan salah satu bentuk dari gangguan tidur. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa tidur berkaitan erat dengan kesehatan mental dan emosional. Sebagian besar melibatkan depresi, kecemasan, hingga gangguan bipolar.

Orang yang berisiko mengalami somnifobia adalah mereka yang memiliki riwayat parasomnia. Parasomnia adalah masalah tidur kronis, seperti mimpi buruk atau kelumpuhan tidur. Orang yang mengalami parasomnia mungkin merasa cemas untuk tidur. Mereka memiliki kekhawatiran ini karena takut mengalami kembali masalah tidur tersebut.

Diagnosis untuk Somnifobia

Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang digunakan oleh para ahli kesehatan mental untuk memberikan diagnosis terhadap masalah mental. Diagnosis ini dilakukan dengan memerhatikan tujuh kriteria utama pasien dengan fobia spesifik.

1. Ketakutan atau kecemasan yang signifikan terkait objek atau situasi tertentu.

2. Ketakutan atau kecemasan yang muncul secara konsisten saat dihadapkan dengan objek atau situasi tertentu.

3. Secara otomatis menghindar ketika dihadapkan oleh objek atau situasi tertentu.

4. Fobia ini dapat menyebabkan tekanan hingga mengganggu kegiatan pasien sehari-hari.

5. Ketakutan dan kecemasan yang bersifat jangka panjang, kurang lebih selama enam bulan.

6. Ketakutan dan kecemasan yang sering dianggap berlebihan karena merasa terancam dengan objek atau situasi tertentu.

7. Gejala cenderung sulit dijelaskan dibandingkan dengan masalah mental lainnya.

Terapi Paparan VS Terapi Perilaku Kognitif

Penderita somnifobia dapat ditangani dengan beberapa cara. Umumnya, terdapat dua macam terapi yang mampu mengurangi gejala somnifobia.

Terapi Paparan

  • Dilakukan dengan cara menghadapkan pasien langsung kepada objek atau situasi yang ditakuti. Proses ini dilakukan secara bertahap setiap sesinya.
  • Terapi ini merupakan terapi yang umum digunakan untuk penderita fobia spesifik.
  • Terapi ini dapat dilakukan dengan cara virtual atau secara langsung di kehidupan nyata.
  • Dalam kasus somnifobia, terapi berfokus untuk mengidentifikasi pengalaman tidur yang memicu fobia ini.
  • Penelitian mencatat sebanyak 90 persen penderita fobia spesifik berhasil diobati dengan terapi ini.

Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

  • Terapi ini berofkus pada korelasi antara pikiran, perasaan, dan perilaku penderita fobia spesifik.
  • CBT umumnya digunakan untuk mengobati kecemasan berlebih, namun terapi ini terbukti aman dan efektif untuk penderita somnifobia.
  • CBT utamanya menghilangkan pikiran-pikiran negatif terkait pengalaman tidur.
  • Tenaga kesehatan yang berkompeten dalam CBT akan membantu penderita somnifobia melalui teknik restrukturisasi kognitif dan intervensi perilaku.
Sumber : Liputan6.com