Minyak Jelantah Diubah Jadi Kemasan Keripik, Inovasi Baru dari Australia
29 September 2025, 16:00 WIB
Sebuah terobosan unik muncul di industri makanan ringan Australia. Snackbrands Australia, produsen camilan seperti Thins, CCs, dan Cheezles, baru saja menyelesaikan uji coba yang memanfaatkan minyak goreng bekas sebagai bahan utama kemasan.
Melansir ABC News, Senin, 22 September 2025, proyek ini dijalankan di kilang Viva Energy di Geelong, yang biasanya menghasilkan plastik lunak berbahan bakar fosil. Dalam percobaan awal, sekitar 120 ton minyak jelantah dari fasilitas Snackbrands di Sydney diangkut ke Geelong.
Minyak tersebut kemudian diproses menjadi bahan plastik ramah pangan sebelum diubah menjadi kemasan. Hasilnya, 100 ton plastik lunak tercipta dan kemudian diproduksi menjadi sekitar 15 juta bungkus makanan ringan.
Inisiatif ini disebut sebagai yang pertama di Australia dan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada plastik baru sekaligus memangkas emisi karbon hingga 70 persen dibandingkan penggunaan minyak mentah. Inovasi ini memberi makna baru pada konsep daur ulang.
Advertisement
Kemasan Ramah Lingkungan
Minyak goreng bekas yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak atau biodiesel kini mendapat fungsi yang lebih strategis, yaitu sebagai bahan utama plastik kemasan makanan. Prosesnya melibatkan pemanasan minyak hingga berubah menjadi pelet berbasis bio, yang kemudian diproses lebih lanjut menjadi plastik berkualitas pangan.
Tracey Seager, direktur inovasi dan keberlanjutan Snackbrands Australia, mengatakan, "Bagi kami, hal yang paling menarik dari penggunaan minyak goreng bekas menjadi kemasan adalah artinya segala sesuatu yang bisa kami kirim ke sana tidak lagi pergi ke tempat lain."
Ia menambahkan, "Ini berarti kami mengimpor lebih sedikit bahan bakar fosil atau lebih sedikit kapal tanker minyak yang datang ke pelabuhan di Australia." Hasil uji coba ini akan segera hadir di pasar, dengan produk yang dikemas dalam plastik berbasis minyak jelantah diperkirakan tersedia tahun depan.
Advertisement
Tantangan Pembuangan dan Solusi
Meski menjanjikan, inisiatif ini masih menyisakan persoalan besar terkait akhir masa pakai kemasan. Saat ini, kemasan berbahan minyak goreng bekas hanya bisa berakhir di tempat pembuangan akhir, bukan jalur daur ulang.
James Harrington, manajer penjualan dan komersial Viva Energy, menyebut salah satu solusi adalah teknologi pirolisis plastik, yaitu memanaskan kembali plastik pada suhu sangat tinggi untuk menghasilkan minyak baru. Ia menjelaskan, "Kami sedang mencari cara agar kemasan ini bisa dibuang dalam kantong di tempat daur ulang biasa atau dikembalikan ke toko."
Perusahaan juga sedang meneliti keamanan dan integritas plastik hasil daur ulang ini, dan sejauh ini belum menemukan dampak buruk terhadap lingkungan. Namun, Harrington menegaskan bahwa keberhasilan jangka panjang proyek ini sangat membutuhkan investasi, regulasi, dan dukungan pemerintah terkait target konten daur ulang.
Langkah Lanjutan
Dari sisi akademisi, inisiatif ini dinilai sebagai langkah positif untuk menciptakan sistem tertutup dalam pengelolaan limbah plastik. Trevor Thornton, dosen senior keberlanjutan di Deakin University, menekankan pentingnya edukasi masyarakat terkait pembuangan kemasan berbasis minyak goreng bekas.
Ia mengatakan, "Saya lebih khawatir masyarakat memasukkan jenis material ini ke aliran daur ulang, mengira itu plastik yang bisa didaur ulang, sehingga justru mencemari prosesnya."
Thornton juga menyoroti perlunya industri fokus pada pengurangan ukuran kemasan agar volume limbah bisa ditekan. Ia mencontohkan, "Anda membeli sesuatu, misalnya keripik, dan kemasannya dua kali lebih besar dari isi sebenarnya hanya karena terlihat seolah-olah Anda mendapatkan banyak makanan.""
Menurutnya, pengurangan material kemasan tetap menjadi kunci keberlanjutan jangka panjang, meskipun inovasi berbasis minyak goreng ini memberi harapan baru.