Harga Minyak Dunia Sentuh Level Tertinggi Sepekan, Trump--Putin Jadi Sorotan
15 August 2025, 07:40 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4723195/original/090971800_1705922161-fotor-ai-20240122181449.jpg)
Harga minyak dunia menguat sekitar 2% pada perdagangan Kamis (14/8/2025), menembus level tertinggi dalam sepekan. Kenaikan ini terjadi di tengah peringatan Presiden AS Donald Trump soal konsekuensi serius jika pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait konflik Ukraina gagal.
Selain itu, kenaikan harga minyak mentah juga didorong optimisme pasar bahwa Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga bulan depan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.
Mengutip CNBC, Jumat (15/8/2025), harga minyak Brent naik USD 1,21 atau 1,84% menjadi USD 66,84 per barel. Sedangkan harga minyak WTI AS menguat USD 1,31 atau 2,09% ke USD 63,96 per barel.
Kenaikan ini sekaligus mengeluarkan kedua patokan harga minyak dari posisi "jenuh jual" teknis untuk pertama kalinya dalam tiga hari, dan menempatkan minyak Brent menuju penutupan tertinggi sejak 6 Agustus.
Sebelumnya, pada Selasa, Brent ditutup di level terendah sejak 5 Juni dan WTI di level terendah sejak 2 Juni, dipicu data persediaan dan pasokan lemah dari Badan Informasi Energi AS (EIA) dan Badan Energi Internasional (IEA).
Advertisement
Trump--Putin dan Potensi Dampak ke Pasar Minyak
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4723197/original/079083300_1705922196-fotor-ai-20240122181351.jpg)
Trump menyatakan yakin Putin siap membuat kesepakatan damai setelah sang presiden Rusia mengisyaratkan kemungkinan perjanjian senjata nuklir menjelang pertemuan puncak mereka di Alaska. Namun, sehari sebelumnya Trump memperingatkan akan ada "konsekuensi berat" jika Putin tidak setuju mengakhiri perang di Ukraina, termasuk ancaman sanksi ekonomi jika pertemuan Jumat mendatang gagal.
Rusia merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia pada 2024 setelah AS. Kesepakatan damai yang diikuti pelonggaran sanksi bisa membuka peluang masuknya lebih banyak minyak Rusia ke pasar global.
Trump bahkan mengancam akan memberlakukan tarif sekunder terhadap pembeli minyak Rusia, terutama Tiongkok dan India, jika perang berlanjut.
"Ketidakpastian perundingan damai AS--Rusia terus menambah premi risiko bullish mengingat pembeli minyak Rusia dapat menghadapi tekanan ekonomi yang lebih besar," tulis Rystad Energy dalam catatan kepada klien.
Meski begitu, sejumlah analis meragukan Trump akan mengambil langkah yang benar-benar mengganggu pasokan minyak secara signifikan.
Advertisement
Dukungan dari Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4723196/original/076191600_1705922178-fotor-ai-20240122181355.jpg)
Optimisme pemangkasan suku bunga The Fed pada September turut menopang harga minyak. Harapan ini menguat setelah data inflasi konsumen AS menunjukkan kenaikan moderat pada Juli.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut pemangkasan agresif sebesar 0,5% mungkin dilakukan, mengingat lemahnya data ketenagakerjaan terbaru. Namun, The Fed masih menghadapi dilema, sebab data harga produsen (PPI) pada Juli menunjukkan kenaikan tertinggi dalam tiga tahun, menandakan potensi lonjakan inflasi yang lebih luas.
Kabar Energi Lainnya
Norwegia:
Investasi minyak dan gas diperkirakan mencapai puncak tahun ini sebelum mulai turun pada 2025 seiring rampungnya proyek besar. Norwegia memproduksi sekitar 2% minyak dunia dan menjadi pemasok gas terbesar Eropa melalui jalur pipa sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Meksiko:
Presiden Claudia Sheinbaum mengumumkan penangkapan mantan CEO Pemex, Carlos Trevino, di AS. Ia akan dideportasi untuk menghadapi tuduhan korupsi di Meksiko.