Ditekan Donald Trump? Apple Gelontorkan Rp 1,629 Triliun untuk Ekspansi di AS
08 August 2025, 09:30 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2745580/original/095107500_1551942505-trump_dan_tim_cook.jpg)
Apple baru saja menyepakati perjanjian masif dan setuju untuk mengalokasi dana sebesar USD 100 miliar atau sekitar Rp 1.628 triliun untuk memperluas operasi perusahaan di Amerika Serikat (AS).
Komitmen ini merupakan lanjutan dari janji Apple untuk menanamkan investasi domestik sebesar USD 500 miliar dalam empat tahun ke depan.
"Ini adalah investasi terbesar yang pernah dilakukan Apple di Amerika dan di mana pun. Seperti Anda ketahui, Apple telah menjadi investor di beberapa negara lain dan mereka akan kembali," ujar Donald Trump, dikutip dari CNBC International, Jumat (8/8/2025).
Langkah Apple ini muncul setelah Presiden AS Trump berulang kali menekan perusahaan teknologi besar, termasuk Apple, untuk mengalihkan operasional dan produksi mereka kembali ke AS.
Sebagai bentuk komitmen, Apple memperpanjang kemitraan mereka dengan Corning untuk memproduksi 100 persen kaca pelindung iPhone dan Watch di Kentucky, AS.
Selain itu, raksasa teknologi asal Amerika ini dikabarkan juga menjalin kerja sama dengan rivalnya, Samsung untuk meluncurkan inovasi chip terbaru akan di produksi di Austin, Texas.
Advertisement
Investasi Raksasa, Apple Siap Berkorban?
Trump juga mengungkapkan harapannya berbagai pabrik baru akan mulai dibangun di bawah kebijakannya. Ia menyebutkan saat ini sudah ada banyak pabrik yang sedang atau akan segera dibangun, meski belum bisa memastikan kapan akan beroperasi penuh.
Langkah yang diambil oleh CEO Apple, Tim Cook, ini benar-benar menunjukkan tingkat tekanan diberikan oleh Donald Trump.
Sebelumnya, Presiden AS itu memberikan ancaman tarif 25 persen atas produk Apple yang ingin masuk ke pasar AS karena kebanyakan merupakan hasil rakitan dari India.
Penerapan tarif 25 persen ini sebenarnya sejalan dengan kebijakan dari ketegangan perang dagang terjadi. Ia beralasan, karena India merupakan anggota BRICS, semua produk buatan mereka harus mendapatkan tarif tinggi, termasuk juga Apple.
Advertisement
Apa Saja Proyek Yang Dijanjikan?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1241085/original/038672000_1463906249-11.jpg)
Untuk kedepannya Apple akan memulai produksi masal server di pabrik Houston pada tahun 2026. Cabang ini rencananya akan berfokus pada pengembangan inovasi Artificial Intelligence (AI).
Kemudian, Apple juga memperluas pusat datanya di Maiden, North Carolina. Pusat data ini berfungsi sebagai fasilitas komputasi dan penyimpanan data yang mendukung berbagai layanan Apple di Amerika Utara.
Selain itu, Apple telah mengumumkan rencana pembukaan akademi manufaktur di Michigan. Akademi ini merupakan pusat pelatihan perusahaan-perusahaan Amerika dalam "teknik manufaktur" tingkat lanjut.
Dengan proyek sebanyak itu, sampai sekarang masih belum jelas apakah janji baru Apple bisa memuaskan Donald Trump. Mengingat banyaknya pertimbangan perakita di luar negeri, banyak orang meragukan apakah Apple bisa melakukan perakitan iPhone di AS.
Upaya Apple Hindari Tarif AS
Meskipun Apple telah menggeser sebagian manufakturnya keluar dari China, tampaknya Donald Trump tetap tidak menginginkan produksi perangkat dilakukan di luar negeri, khususnya anggota BRICS seperti Vietnam dan India.
Hal ini cukup membuat dilema, karena dalam beberapa tahun terakhir, Apple sudah memindahkan sebagian besar produksi mereka ke Vietnam dan India, sebagai upaya untuk menghindari tarif dan gangguan rantai pasok komponen.
Sampai sekarang Donald Trump tetap mengkritik Apple karena bersikukuh tidak ingin kembali ke AS. Sebagai gantinya, Presiden Amerika Serikat itu mengancam perusahaan dengan tarif 25 persen jika tidak memproduksi lebih banyak produk di dalam negeri.
Infografis Aktris Hollywood & Tokoh Industri Teknologi Dunia Jadi Pembicara B20 Summit
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4226264/original/025130100_1668432760-B20_3.jpg)