Naveed Akram Hadapi 15 Dakwaan Pembunuhan Terkait Penembakan Massal Bondi Beach
17 December 2025, 20:41 WIB
Naveed Akram, pelaku penembakan massal pada Minggu (14/12/2025) di Bondi Beach, Sydney, Australia, didakwa atas 59 pelanggaran, termasuk 15 dakwaan pembunuhan dan satu dakwaan melakukan tindakan terorisme. Demikian menurut Kepolisian New South Wales seperti dilansir BBC.
Ayahnya, Sajid Akram (50), tewas di lokasi kejadian setelah terlibat baku tembak dengan polisi.
Penembakan Bondi Beach menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai puluhan lainnya. Aksi itu menargetkan komunitas Yahudi Australia yang sedang menghadiri acara perayaan malam pertama Hanukkah.
Peristiwa ini menjadi penembakan paling mematikan di Australia sejak tahun 1996.
Selain dakwaan pembunuhan, Naveed juga menghadapi 40 dakwaan menyebabkan luka berat dengan niat membunuh, serta satu dakwaan terkait tindakan menampilkan simbol organisasi teroris yang dilarang di ruang publik.
Naveed mengalami luka kritis dalam insiden tersebut. Menurut Pengadilan New South Wales, ia menjalani sidang pertamanya dari tempat tidur rumah sakit. Pengadilan menyatakan perkara ini ditunda hingga April 2026.
Komisaris Kepolisian New South Wales Mal Lanyon mengatakan pada Rabu (17/12) bahwa pihaknya masih menunggu efek obat-obatan yang dikonsumsi Naveed mereda sebelum melakukan pemeriksaan resmi.
"Demi keadilan baginya, kami perlu memastikan ia memahami dengan jelas apa yang sedang terjadi," ujar Lanyon.
Belasan Orang Masih Dirawat
Hingga Rabu malam waktu setempat, sebanyak 17 korban masih dirawat di rumah sakit di berbagai wilayah Sydney. Satu orang berada dalam kondisi kritis, sementara empat lainnya dilaporkan kritis namun stabil.
Polisi secara resmi menetapkan serangan tersebut sebagai insiden terorisme. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyatakan bahwa serangan itu dimotivasi oleh ideologi kelompok ISIS.
Pada Selasa, terungkap bahwa Naveed Akram dan ayahnya sempat bepergian ke Filipina pada bulan November. Biro Imigrasi Filipina mengatakan kepada BBC bahwa keduanya berada di negara tersebut dari 1 hingga 28 November, dengan tujuan akhir di Kota Davao, Filipina selatan.
Naveed Akram masuk ke Filipina menggunakan paspor Australia, sementara Sajid Akram menggunakan paspor India.
"Sajid Akram diketahui berasal dari Kota Hyderabad di India bagian selatan, namun memiliki kontak terbatas dengan keluarganya di sana," ujar seorang pejabat kepolisian dari negara bagian Telangana.
Di antara korban tewas terdapat dua rabi, seorang penyintas Holocaust, serta seorang anak perempuan berusia 10 tahun yang oleh keluarganya diidentifikasi bernama Matilda.
Sebanyak 27 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit akibat luka-luka, termasuk dua anggota kepolisian. Salah satu petugas, Jack Hibbert (22), kehilangan penglihatan di satu matanya dan diperkirakan akan menjalani pemulihan yang panjang dan menantang.
Kritik terhadap PM Australia
Pada Rabu pagi, ribuan pelayat menghadiri pemakaman Rabi Eli Schlanger, warga kelahiran Inggris, menandai pemakaman pertama bagi korban penembakan tersebut.
Albanese tidak hadir dalam upacara tersebut. Menanggapi pertanyaan dari ABC NewsRadio, Albanese mengatakan, "Saya akan menghadiri acara apa pun jika saya diundang. Pemakaman ini merupakan acara pribadi untuk melepas kepergian orang-orang tercinta."
Komunitas Yahudi mengkritik Albanese karena dinilai tidak mengambil langkah yang cukup dalam menangani antisemitisme. Menanggapi kritik tersebut, Albanese mengatakan pemerintahannya telah melakukan berbagai langkah, termasuk menunjuk utusan antisemitisme pertama Australia, memperketat undang-undang ujaran kebencian, serta meningkatkan pendanaan untuk proyek kohesi sosial dan institusi Yahudi.
Dalam pemakaman tersebut, Rabi Levi Wolff menyebut wafatnya Rabi Schlanger sebagai kehilangan yang sangat mendalam bagi komunitas.
"Eli direnggut dari kami saat melakukan apa yang paling ia cintai," tuturnya. "Menyebarkan cinta dan sukacita serta melayani umatnya dengan pengorbanan diri tanpa batas, baik dalam hidup maupun dalam kematiannya, ia menjulang sebagai salah satu jiwa yang paling luhur dan paling suci."
Rabi Schlanger diketahui turut membantu mengorganisasi acara Hanukkah yang menjadi sasaran serangan tersebut.
Pemakaman bagi korban lainnya dijadwalkan berlangsung dalam beberapa hari ke depan, termasuk pemakaman Matilda, korban termuda, yang akan digelar pada Kamis (18/12).