Polisi Australia Sebut Penembakan Massal Bondi Beach Terinspirasi ISIS

16 December 2025, 16:35 WIB
Polisi Australia Sebut Penembakan Massal Bondi Beach Terinspirasi ISIS

Penembakan massal terjadi di Bondi Beach, Sydney, Australia pada Minggu (14/12/2025) dan menewaskan 15 orang serta melukai puluhan lainnya. Otoritas Australia menyatakan insiden tersebut merupakan serangan teroris yang terinspirasi oleh kelompok ISIS.

Serangan terjadi pada Minggu saat sebuah acara komunitas berlangsung di Bondi Beach, salah satu kawasan publik paling ramai di Sydney. Tembakan dilepaskan ke arah kerumunan, menyebabkan korban jiwa dari berbagai usia, mulai dari anak perempuan berusia 10 tahun hingga lansia berusia 87 tahun.

Melansir Associated Press, sebanyak 25 orang masih dirawat di rumah sakit, dengan 10 di antaranya dalam kondisi kritis. Tiga korban luka dirawat di rumah sakit anak-anak.

Pihak berwenang mengidentifikasi pelaku sebagai seorang ayah dan anak laki-lakinya. Sang ayah berusia 50 tahun bernama Sajid Akram tewas ditembak aparat, sementara anaknya yang berusia 24 tahun masih menjalani perawatan medis. Nama tersangka yang lebih muda belum diumumkan secara resmi, namun media menyebutnya Naveed Akram.

Di tengah upaya menghentikan serangan tersebut, seorang warga sipil bernama Ahmed al Ahmed, 42 tahun, pemilik toko buah kelahiran Suriah, menjadi perhatian publik setelah terekam video melucuti senjata salah satu pelaku. Ia mengalami dua luka tembak dan dijadwalkan menjalani operasi lanjutan.

Komisaris Polisi Federal Australia Krissy Barrett menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan aksi terorisme yang terinspirasi oleh ISIS. Kesimpulan itu didasarkan pada bukti yang ditemukan aparat, termasuk bendera ISIS di kendaraan yang disita.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan bahwa para pelaku penembakan Bondi Beach tampaknya bertindak dengan tujuan menimbulkan korban sebanyak mungkin, tanpa memedulikan usia atau kondisi korban.

Mengunjungi Filipina Sebelum Beraksi

Mengunjungi Filipina Sebelum Beraksi

Penyelidikan awal menunjukkan bahwa Sajid Akram memiliki enam senjata api secara legal. Selain dua bendera ISIS, kendaraan yang terdaftar atas nama tersangka yang lebih muda ditemukan berisi alat peledak rakitan.

Polisi pun menyelidiki perjalanan kedua tersangka ke Filipina pada November lalu. Data Biro Imigrasi Filipina mencatat bahwa Sajid Akram dan putranya melakukan perjalanan dari 1 hingga 28 November dengan tujuan akhir kota Davao. Alasan perjalanan dan aktivitas mereka masih dalam penyelidikan.

Ahmed sendiri tidak bertindak seorang diri. Para penjaga Bondi Beach juga mendapat pujian setelah membantu evakuasi korban dan melakukan penyelamatan di laut di tengah tembakan yang masih berlangsung.

Pemerintah federal dan para pemimpin negara bagian berjanji akan memperketat undang-undang senjata api, yang disebut sebagai reformasi paling besar sejak tragedi Port Arthur pada 1996.

Gelombang solidaritas muncul dari masyarakat. Ribuan orang mendatangi lokasi kejadian untuk memberikan penghormatan, sementara jumlah pendaftar donor darah melonjak tajam hingga mencetak rekor nasional. Hampir 50.000 janji donor tercatat dalam satu hari dan ribuan donasi darah dilakukan di seluruh Australia.

Pemerintah menegaskan bahwa terorisme tidak akan memecah belah masyarakat Australia dan menyerukan persatuan nasional di tengah duka mendalam.

Sumber : Liputan6.com