Akal Bulus Turis China Pura-Pura Jadi Orang Taiwan Saat Liburan di Jepang di Tengah Seruan Boikot

13 December 2025, 03:00 WIB
Akal Bulus Turis China Pura-Pura Jadi Orang Taiwan Saat Liburan di Jepang di Tengah Seruan Boikot

Reaksi negatif dari netizen Taiwan bermunculan setelah sebuah unggahan yang menunjukkan seorang warga negara China memasukkan paspornya ke dalam sampul paspor Taiwan beredar di jagat maya. Sebuah komentar yang disorot mendesak warga negara Tiongkok untuk tidak menggunakan sampul paspor Taiwan, yang menuai kecaman dari kedua belah pihak.

Warga negara Tiongkok dituduh tidak patriotik karena menyembunyikan nama negaranya, sementara netizen dari Taiwan tidak ingin paspor mereka digunakan, melansir Mothership, Kamis, 11 Desember 2025. Menurut ETtoday, keributan dimulai ketika seorang netizen Tiongkok mengatakan bahwa ia menggunakan sampul tersebut saat liburan ke Jepang.

Ini dilakukan demi "menghindari pertemuan yang tidak menyenangkan," mengingat adanya seruan boikot perjalanan ke Negeri Sakura dari pemerintah China. Ketegangan antara Jepang dan Tiongkok telah meningkat baru-baru ini menyusul komentar Perdana Menteri (PM) Jepang Sanae Takaichi tentang Selat Taiwan.

Beijing merespons keras narasi tersebut, termasuk dengan menasihati warganya untuk tidak bepergian ke Jepang. Ketegangan diplomatik antara dua negara itu menciptakan perubahan signifikan dalam peta pariwisata Asia.

Maskapai penerbangan China diperintahkan menawarkan pengembalian dana pada wisatawan Tiongkok yang akan terbang menuju Jepang hingga akhir 2025. Ratusan ribu wisatawan China kini mencari tujuan alternatif untuk liburan musim dingin mereka.

Situasi ini membuka peluang emas bagi negara-negara tetangga untuk menarik kunjungan wisatawan China yang batal ke Jepang.

Kesempatan untuk Destinasi Lain

Kesempatan untuk Destinasi Lain

Data dari platform perjalanan China Qunar menunjukkan bahwa untuk akhir pekan 15 November 2025, Korea Selatan muncul sebagai tujuan luar negeri paling populer bagi wisatawan China, menggeser Jepang dari posisi teratas. Negeri Ginseng juga menempati peringkat pertama dalam pembayaran tiket pesawat dan volume pencarian, diikuti Thailand, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Indonesia.

Meski data dari Organisasi Pariwisata Korea mencatat bahwa 4,7 juta wisatawan Tiongkok telah mengunjungi Korea Selatan antara Januari hingga Oktober 2025, melebihi total pengunjung tahun lalu, negara itu menghadapi persaingan ketat. Thailand, Rusia, dan berbagai destinasi bebas visa lainnya kini menjadi magnet kuat.

"Sebagian besar tiket pesawat tur grup ke Jepang telah dibatalkan, dan kami sekarang malah mempromosikan paket untuk negara dan wilayah lain, seperti Thailand, Semporna (di Malaysia), Korea Selatan, dan lainnya," kata Li Xiaoya, seorang agen perjalanan berbasis di Beijing, mengutip The Korea Times, 7 Desember 2025.

Upaya Maskapai Penerbangan

Upaya Maskapai Penerbangan

Pergeseran mendadak dari Jepang ini bertepatan dengan upaya strategis maskapai penerbangan Korea untuk memperluas dan mengintensifkan rute ke China, yang dianggap lebih menguntungkan daripada rute ke Jepang. Maskapai besar Korea dengan cepat menyesuaikan kapasitasnya untuk menampung permintaan yang meningkat.

Korean Air menambah jumlah penerbangan rute Incheon-Fuzhou dari tiga menjadi empat kali per minggu bulan lalu. Sementara itu, Asiana berencana mengoperasikan 165 penerbangan mingguan ke China pada Maret 2026, mencerminkan peningkatan kapasitas hingga 20 persen.

Operator kapal pesiar China juga merespons dengan memilih melewati pelabuhan Jepang dan memperpanjang masa tinggal mereka di destinasi seperti Pulau Jeju. Data dari Tongcheng Travel menunjukkan, pemesanan hotel oleh turis Tiongkok untuk perjalanan ke Korea dalam dua minggu terakhir bulan November melonjak lebih dari 240 persen dari tahun ke tahun.

Destinasi Wisata Bebas Visa

Destinasi Wisata Bebas Visa

Namun, minat tinggi ini tidak hanya terfokus pada Korea Selatan. Pertumbuhan impresif juga terlihat pada tujuan Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Indonesia, yang bertumbuh lebih dari 100 persen year on year.

Bahkan, destinasi yang lebih jauh, seperti Jerman dan Spanyol, menunjukkan peningkatan tahun-ke-tahun yang mengesankan, yaitu lebih dari 300 persen. Hal itu memaksa maskapai penerbangan untuk melakukan penyesuaian cepat.

Perwakilan penjualan dari maskapai China di Shanghai mengungkap bahwa mereka awalnya berencana mengurangi kapasitas penerbangan ke Thailand, tapi memutuskan untuk meningkatkan kapasitas sebagai gantinya karena ketegangan yang berlangsung dengan Jepang.

Tantangan signifikan juga datang dari negara-negara yang menawarkan kemudahan masuk tanpa visa. Tren ini sangat jelas terlihat di kalangan wisatawan China yang ingin segera menyesuaikan rencana perjalanan mereka tanpa melalui proses aplikasi visa yang rumit.

Wisata urban adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)
Sumber : Liputan6.com