Ketegangan dengan Kamboja Meningkat, Thailand Gelar Operasi Militer
10 December 2025, 17:04 WIB
Angkatan Laut Thailand pada Rabu (10/12/2025) menyatakan telah meluncurkan operasi skala besar yang diberi nama "Trat Prap Porapak," sembari mengerahkan pasukan angkatan laut dan udara di tengah meningkatnya konflik dengan Kamboja.
"Pada tanggal 10 Desember, Angkatan Laut Kerajaan Thailand mengambil alih wewenang operasional yang lebih luas di sektornya karena meningkatnya bentrokan militer dengan Kamboja," kata markas besar pasukan pertahanan perbatasan Thailand yang terletak di Provinsi Trat, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Antara News, Rabu (10/12).
Kapal perang HTMS Thepa dikerahkan ke area operasi dan ditugaskan untuk melakukan patroli dan pengintaian sepanjang waktu, tambah pernyataan itu.
"Seluruh awak kapal telah ditempatkan dalam siaga tempur penuh, dan senjata sepenuhnya beroperasi dan siap untuk digunakan segera jika terjadi peningkatan konflik," kata militer Thailand.
Angkatan laut juga memperingatkan nelayan Thailand untuk tidak berlayar di dekat perbatasan maritim dengan Kamboja.
Bentrokan di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja meningkat sejak akhir pekan hingga Selasa, dengan kedua belah pihak saling menuduh bahwa pihak lawan telah melanggar gencatan senjata.
Sebelumnya pada Senin (15/12), portal berita Khaosod yang mengutip juru bicara militer Thailand, melaporkan bahwa Kamboja melancarkan serangan udara ke pangkalan militer Anupong, yang memicu Thailand melakukan serangan balik dengan menargetkan infrastruktur militer.
Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menyatakan bahwa pihaknya siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna memastikan keamanan dan kedaulatan negara.
100.000 Warga Kamboja Mengungsi
Lebih dari 100.000 warga desa Kamboja telah mengungsi ke zona aman saat konflik perbatasan dengan Thailand memasuki hari keempat, demikian disampaikan Juru Bicara (Jubir) Kementerian Pertahanan Kamboja pada Rabu.
Total pengungsi mencapai 101.129 orang, termasuk bayi, anak-anak, wanita hamil, warga lanjut usia, dan penyandang disabilitas, kata Wakil Sekretaris Negeri sekaligus Jubir Kementerian Pertahanan Kamboja Letnan Jenderal Maly Socheata dalam sebuah konferensi pers.
Ia mengatakan tentara Thailand menggunakan senjata berat dan destruktif, termasuk jet tempur F-16, untuk menyerang posisi-posisi militer Kamboja dan daerah sipil dari Minggu (7/12) sore hingga Rabu pagi waktu setempat.
Menurut Socheata, setidaknya tujuh warga sipil Kamboja tewas dan 20 lainnya luka-luka dalam konflik itu.