Konflik Thailand-Kamboja, Donald Trump: Saya Benci Situasi Ini, AS Akan Turun Tangan

10 December 2025, 18:35 WIB
Konflik Thailand-Kamboja, Donald Trump: Saya Benci Situasi Ini, AS Akan Turun Tangan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan akan mengambil langkah terhadap kembali meletusnya konflik di perbatasan Thailand--Kamboja, setelah bentrokan bersenjata pecah lagi kurang dari dua bulan sejak gencatan senjata yang ia mediasi gagal dipertahankan.

Berbicara dalam sebuah rapat umum di Pennsylvania, Trump menegaskan kembali klaimnya soal kemampuan menciptakan stabilitas global, dikutip dari laman Guardian, Rabu (10/12/2025).

Ia menyebut telah "mengakhiri delapan perang dalam sepuluh bulan", sambil merujuk pada ketegangan antara Kosovo--Serbia, Pakistan--India, hingga Israel--Iran.

Trump mengakui bahwa pertempuran kembali terjadi di wilayah sengketa di Asia Tenggara tersebut dan mengisyaratkan bahwa AS akan kembali turun tangan.

"Saya benci mengatakan ini, tapi Kamboja--Thailand dimulai lagi hari ini. Besok saya harus mengambil tindakan," ucapnya di hadapan pendukung.

"Siapa lagi yang bisa mengatakan, 'Saya akan menghentikan perang antara dua negara yang sangat kuat, Thailand dan Kamboja'? Mereka bertikai lagi."

Bentrokan mematikan meningkat sepanjang pekan ini di wilayah perbatasan yang disengketakan, dengan kedua negara saling menyalahkan atas pecahnya kembali konflik serta bertekad mempertahankan wilayah masing-masing. Lebih dari 500.000 orang dilaporkan mengungsi ke tempat aman di kedua sisi perbatasan sejak pertempuran kembali pecah.

Langgar Gencatan Senjata

Langgar Gencatan Senjata

Kedua negara menuduh pihak lain melanggar gencatan senjata yang dimediasi AS dan ditandatangani enam pekan lalu, pada Juli, di hadapan Trump.

Ketegangan kembali meningkat setelah Thailand menarik diri dari langkah-langkah deeskalasi pada November menyusul luka parah yang dialami seorang tentaranya akibat ranjau darat. Bangkok menuding ranjau itu baru ditanam oleh Kamboja, klaim yang dibantah Phnom Penh.

Menandai ketegangan yang masih tinggi, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul pada Selasa mengatakan Kamboja belum menghubungi Bangkok untuk membuka negosiasi. Ia menegaskan operasi militer akan tetap dilanjutkan. "Kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan," ujarnya. "Pemerintah akan mendukung seluruh operasi militer sesuai rencana." Sebelumnya, ia menyebut langkah militer diperlukan untuk melindungi kedaulatan negara dan keselamatan publik.

Dari pihak Kamboja, ketua senat sekaligus mantan perdana menteri Hun Sen mengatakan negaranya menahan diri untuk tidak membalas pada Senin, namun kemudian terpaksa menembakkan balasan setelah pasukan Thailand kembali melepaskan tembakan. "Kamboja menginginkan perdamaian, tetapi kami terpaksa berperang untuk mempertahankan wilayah," tulis Hun Sen di Facebook dan Telegram.

Hingga Selasa malam, Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan sembilan warga sipil tewas dan 20 luka parah sejak Senin. Sementara itu, otoritas Thailand menyebut empat tentaranya tewas dan 68 lainnya terluka.

Sumber : Liputan6.com