6 Desember 1989: Teror di Kampus Montreal, 14 Wanita Tewas dalam Penembakan Antifeminis

06 December 2025, 06:00 WIB
6 Desember 1989: Teror di Kampus Montreal, 14 Wanita Tewas dalam Penembakan Antifeminis

Insiden mengerikan ini terjadi di Fakultas Teknik, Universitas Montreal, Kanada, dengan menewaskan 14 wanita dan melukai 12 orang lainnya sebelum pelaku menembak dirinya sendiri di hari yang sama pada 6 Desember 1989.

Serangan dimulai dengan masuk ke kafeteria kampus sekitar 16.30 yang membunuh tiga wanita. Menurut laporan polisi, Claude St.-Laurent, pelaku mengenakan pakaian berburu yang lanjut berpindah ke lantai dua.

Sebelum melakukan aksinya, ia sempat berteriak dalam bahasa Prancis, "Kalian semua feminis!" Lalu suara kencang dan teriakan panik menyerang para wanita dengan senapannya, dilansir dari The New York Times, Sabtu (6/12/2025).

Jumlah Korban Wanita

Para saksi mengatakan bahwa pria itu membagi siswa di kelas berdasarkan kelamin dan memerintah pria untuk pergi ke koridor, ia kemudian menembak enam wanita di kelas serta satu wanita di kantor administrasi di lantai yang sama.

Sementara itu, di koridor lantai ketiga, korban tewas bertambah menjadi empat wanita. Total dari tembakannya hingga ke lantai tiga ini sebanyak 14 wanita, dan pria banyak yang mengalami luka. Bagi mereka yang terluka dalam kondisi kritis dan langsung dilarikan ke empat rumah sakit.

Menurut Tn. ST.- Laurent kepada wartawan, polisi awalnya sedang mencari kemungkinan adanya anak buah pelaku, namun ternyata pria itu melakukan kejahatannya sendirian. Senapan kaliber .22 adalah senjata yang digunakannya, di mana korban tewas juga mengenai seorang putri pejabat.

Target Penembakan Terungkap

Target Penembakan Terungkap

Menurut Dominique Berube (22), salah satu dari puluhan mahasiswa yang berusaha menyelamatkan diri hampir tewas, karena pelaku menembak apa pun yang tertangkap di matanya. Situasi yang panik dan berhamburan keluar membuat beberapa orang terjatuh ke lantai.

Saat itu, seorang mahasiswa yang secara tidak sengaja berhadapan langsung dengannya dan memohon agar tidak ditembak, pelaku hanya terdiam lalu meninggalkannya, sehingga target penembakan semakin jelas kepada para wanita.

Dilansir dari The Guardian (2019), penembakan ini mengungkap bahwa pelaku yang bernama Marc Lpine telah berencana untuk menembak wanita karena ia termasuk ke dalam salah satu kaum misoginis atau antifeminis. Ia ingin menghilangkan feminis yang dianggap mendominasi pria dan mengancam posisi mereka.

Bahkan, ia kembali ke lantai tiga setelah selesai melakukan penembakan untuk bunuh diri dengan menggunakan senapan yang sama.

Sumber : Liputan6.com