Respons Trump, Putin Pertimbangkan Hidupkan Lagi Uji Coba Nuklir

06 November 2025, 11:02 WIB
Respons Trump, Putin Pertimbangkan Hidupkan Lagi Uji Coba Nuklir

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu memerintahkan para pejabatnya menyusun kajian dan proposal terkait kemungkinan dimulainya kembali uji coba nuklir.

Langkah ini diambil setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump pekan lalu, yang memberi sinyal bahwa Washington mungkin akan kembali melakukan uji coba atom untuk pertama kalinya dalam tiga dekade.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan, Putin menegaskan kembali bahwa Rusia hanya akan memulai uji coba jika Amerika Serikat melakukannya lebih dulu, dikutip dari laman Japan Today, Kamis (6/11/2025).

Namun, ia meminta Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, serta lembaga pemerintah lain untuk menganalisis indikasi dari Washington dan menyiapkan rekomendasi terkait kemungkinan melanjutkan uji coba senjata nuklir.

Pada 30 Oktober, Trump mengisyaratkan bahwa AS akan kembali melakukan uji coba nuklir dengan alasan kesetaraan dengan Rusia dan Tiongkok. Namun, Menteri Energi AS Chris Wright menegaskan pada Minggu bahwa uji coba yang diperintahkan Trump tidak melibatkan ledakan nuklir.

Pernyataan Trump muncul saat ia berada di Korea Selatan, hanya beberapa hari setelah Putin mengumumkan keberhasilan uji coba rudal jelajah bertenaga nuklir dan drone bawah laut berkemampuan nuklir. Pujian Putin atas senjata baru itu dinilai sebagai pesan bahwa Moskow tetap teguh dengan tuntutan maksimalisnya dalam penyelesaian konflik di Ukraina.

Meski militer AS rutin menguji sistem senjata berkemampuan nuklir, negara itu tidak pernah melakukan ledakan nuklir sejak 1992. Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) yang ditandatangani AS pada era Bill Clinton juga belum pernah diratifikasi oleh Senat, meski dipatuhi secara de facto oleh semua negara pemilik senjata nuklir kecuali Korea Utara.

Pada 2023, Rusia mencabut ratifikasi CTBT untuk menyamakan posisinya dengan AS. Langkah itu memungkinkan Moskow membuka opsi kembali melakukan uji coba di masa depan.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan, Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov memaparkan program modernisasi nuklir AS dan menyebut bahwa kemungkinan uji coba baru dari Washington meningkatkan ancaman militer terhadap Rusia. Ia merekomendasikan agar Moskow mulai mempersiapkan fasilitas uji coba di Kepulauan Novaya Zemlya di Arktik --- lokasi yang terakhir digunakan Uni Soviet pada 1990.

Kesiapan Rusia

Kesiapan Rusia

Kepala Staf Militer Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, menegaskan kesiapan militer untuk memulai persiapan secara cepat, namun mengingatkan bahwa proses tersebut dapat memakan waktu bulan hingga bertahun-tahun tergantung jenis uji coba.

Setelah mendengarkan laporan para pejabat tinggi, Putin memerintahkan lembaga terkait untuk mengumpulkan informasi tambahan, menganalisisnya dalam kerangka Dewan Keamanan, dan menyampaikan proposal terkoordinasi mengenai kemungkinan memulai kembali persiapan uji coba.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa Putin belum memerintahkan dimulainya persiapan uji coba, melainkan hanya memerintahkan analisis mendalam atas niat AS. Moskow disebut perlu memahami gambaran penuh sebelum mengambil langkah berikutnya.

Tak lama setelah itu, Wakil Ketua Dewan Keamanan Dmitry Medvedev menilai bahwa komentar Trump harus dianggap serius.

"Tidak ada yang tahu apa maksud Trump ketika menyebut 'uji coba nuklir' --- mungkin dia sendiri pun tidak tahu," tulis Medvedev di platform X. "Namun ia adalah Presiden AS, dan ucapannya membawa konsekuensi: Rusia harus mengevaluasi kemungkinan kembali melakukan uji coba nuklir secara menyeluruh."

Sumber : Liputan6.com