BNPB Harap Masyarakat Waspada Potensi Cuaca Ekstrem hingga Awal Tahun Depan di Jateng
03 November 2025, 19:25 WIB
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat, khususnya di Jawa Tengah (Jateng) mewaspadai potensi cuaca ekstrem hingga awal tahun depan yang dikhawatirkan berdampak terhadap bencana alam.
"Dari BMKG, curah hujan ini akan berlangsung cukup masif untuk Jawa Tengah sampai dengan awal tahun 2026," ujar Kepala BNPB Suharyanto saat meninjau Kolam Retensi Terboyo di Semarang, melansir Antara, Senin (3/11/2025).
Peninjauan ke Pompa Retensi Terboyo dalam rangka memantau langkah penanganan banjir di Kota Semarang yang sempat berlangsung selama lebih dari sepekan.
"Alhamdulillah. Ini relatif lebih baik. Meski masih ada genangan sedikit-sedikit, tapi dua-tiga hari ini kita pastikan semuanya kering dan terkendali," ucap Suharyanto.
Menurut dia, hasil koordinasi terpadu antara BNPB dengan unsur instansi terkait menyimpulkan bahwa salah satu pemicu banjir di Kota Semarang tak terlepas dari pengaruh cuaca ekstrem pada dasarian kedua Oktober 2025.
Suharyanto menjelaskan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan pada November dan Desember 2025 hingga awal 2026 masih menunjukkan adanya potensi cuaca ekstrem yang masif di Jateng.
Oleh karena itu, kata dia, upaya mitigasi dan kesiapsiagaan serta kapasitas masyarakat harus ditingkatkan. Suharyanto mengatakan hal itu menjadi kunci agar kejadian bencana serupa tidak terjadi atau minimal dapat ditekan dampaknya di kemudian hari.
"Sudah ketemu pemicu dan penyebabnya. Penyebabnya tentu saja adalah curah hujan yang cukup ekstrem. Kita harus melaksanakan mitigasi dan pencegahan," papar dia.
Advertisement
Langkah Mitigasi
Suharyanto menyebut, penanganan jangka pendek dan menengah sebagai langkah mitigasi sudah dilakukan operasi modifikasi cuaca di wilayah Jateng.
"Bahkan, untuk Jawa Tengah kita kerahkan kekuatan 'full' ya, ada dua pesawat yang terus 1x24 jam melaksanakan reduksi awan-awan hujan yang bisa mengakibatkan hujan lebat," kata dia.
Dengan upaya modifikasi cuaca itu, dia mengharapkan, tidak terjadi hujan deras di wilayah Jateng, khususnya Semarang, yang bisa menyebabkan banjir untuk beberapa hari ke depan.
Untuk penanganan di darat, Suharyanto mengatakan, telah disiapkan upaya perpompaan agar mencegah banjir, baik dari BNPB, pemerintah provinsi, maupun Pemerintah Kota Semarang.
"Di bawah memang sudah ada rencana besar untuk pengendalian banjir. Tapi, masih belum jadi, masih 40 persen dari Kementerian PU (Pekerjaan Umum) sehingga tentu saja ada beberapa titik yang ketahuannya setelah terjadi banjir," tandas Suharyanto.
Advertisement
BMKG: Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Jateng bagian Selatan, Hujan Lebat Disertai Petir 2-4 November 2025
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap mengimbau masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat hingga sangat lebat disertai petir pada 2-4 November 2025 di Jawa Tengah bagian selatan.
"Wilayah Jateng bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya berpotensi dilanda hujan lebat hingga sangat lebat disertai petir pada 2-4 November," ujar Ketua Tim Kerja Pelayanan Data dan Diseminasi Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, melansir Antara, Minggu 2 November 2025.
Ia mengatakan hal itu disebabkan kondisi atmosfer saat ini menunjukkan dinamika yang cukup aktif karena dipicu oleh beberapa faktor skala regional dan lokal.
"Dalam hal ini, Indeks Dipole Mode (DMI) berada pada nilai negatif 1,61 atau jauh di bawah kondisi normal yang berada pada kisaran 0,4 sehingga menunjukkan adanya peningkatan aktivitas konvektif di wilayah Indonesia bagian barat, yang berdampak pada tingginya potensi pertumbuhan awan hujan di Jawa, Sumatera, dan sebagian Kalimantan," papar Teguh.
Selain itu, lanjut dia, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) berada pada fase lima (Maritime Continent) yang turut mendukung pembentukan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jateng bagian selatan.
Menurut Teguh, faktor lain yang turut memperkuat peluang hujan adalah adanya daerah konvergensi dan belokan angin di wilayah Jateng, yang memicu penumpukan massa udara lembap di lapisan bawah atmosfer.
"Bersamaan dengan itu, suhu muka laut di perairan selatan Jawa, Samudra Hindia barat Sumatra, hingga Laut Jawa tercatat anomali hangat dengan kisaran 0,5 hingga 3,4 derajat Celcius. Kondisi tersebut meningkatkan penguapan dan menambah pasokan uap air yang dapat membentuk awan hujan," ucap dia.
Terkait dengan kondisi tersebut, dia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, kilat atau petir, serta angin kencang yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.
"Kami akan terus memantau perkembangan cuaca dan menyampaikan informasi peringatan dini melalui kanal resmi agar masyarakat dapat melakukan langkah antisipasi lebih dini," tandas Teguh.