Rencana Pembangunan Mega Embassy China di London Picu Kekhawatiran Warga
11 August 2025, 16:06 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4095820/original/002808000_1658375376-pexels-dominika-gregu__ov__-672532.jpg)
Baru-baru ini, rencana pembangunan Mega Embassy China di London dianggap kontroversial.
Rencana pembangunan Mega Embassy China merupakan wilayah kedutaan terbesar di Eropa. Cartwright Street merupakan salah satu jalan yang tenang di London, dan hanya beberapa meter dari sejumlah landmark terkenal.
Namun, suasana itu bisa berubah jika rencana pembangunan Mega Embassy China di kawasan tersebut terealisasi. Warga setempat nantinya bisa melihat langsung balkon staf kedutaan dari jendela rumah mereka, dilansir dari CNN, Senin (11/8/2025).
Pemerintah China tengah mempersiapkan pembangunan kantor diplomatik baru di Royal Mint Court, bangunan sekaligus lahan luas di pusat London yang berada dekat Tower Bridge dan Tower of London.
Bangunan kosong tersebut dulunya merupakan fasilitas pembuatan mata uang inggris Inggris.
Jika rencana pembangunan terus berlanjut, China akan menginvestasikan ratusan dolar untuk menmgubah bangunan tersebut menjadi kedutaan terbesar di Eropa. Tanah bersejarah tersebut dibeli China pada tahun 2018 dengan harga sekitar 321 juta dolar (Rp5,2 triliun).
Rencana ini memicu kekhawatiran soal mata-mata dan membuat warga sekitar cemas akan keamanan pribadi mereka. Hal ini terjadi bersamaan dengan kebijakan Beijing mengeluarkan daftar buronan buronan asal Hong Kong yang berada di Inggris.
Inggris sendiri menjadi tujuan utama bagi banyak warga Hong Kong, yang kini menjadi wilayah semi-otonom China, setelah Beijing menindak keras aksi protes dalam lima tahun terakhir.
Barry, seorang broker asuransi yang bekerja di area Royal Mint Court, mengibaratkan pengambilalihan lokasi itu oleh China seperti pemerintah Inggris menjual mahkota kerajaan.
"Gedung itu adalah salah satu bangunan bersejarah Inggris... dulunya merupakan Royal Mint. Jadi, menyerahkannya kepada pemerintah asing, apalagi kepada China dengan situasi yang terjadi sekarang, rasanya seperti lelucon," ujarnya kepada CNN.
"Kantor kami berada tepat di depannya. Kami adalah salah satu unit dari mungkin 2.000 karyawan yang bekerja di sana, dan saya belum pernah mendengar satu pun orang mengatakan hal baik tentang rencana itu," ujar seorang pekerja.
Setelah banyak perdebatan di pemerintahan, Wakil Perdana Menteri Inggris yang juga Menteri Perumahan, Angela Rayner, diperkirakan akan mengambil keputusan akhir apakah akan menyetujui rencana kontroversial tersebut pada 9 September mendatang.
Pekan lalu, Rayner memberi waktu dua minggu kepada China untuk menjelaskan alasan sebagian gambar rancangan gedung kedutaan yang mereka ajukan ditutupi atau disensor.
Surat tersebut, yang dilihat oleh kantor berita PA Media di Inggris, memberi batas waktu hingga 20 Agustus bagi Beijing untuk memberikan alasan atas informasi yang disamarkan itu.
CNN telah menghubungi Kedutaan Besar China di London untuk meminta komentar.
Pengajuan awal China untuk membangun kedutaan ini pernah ditolak oleh Dewan Tower Hamlets pada 2022 karena alasan keamanan.
Namun, Beijing kembali mengajukan proposal tahun lalu, hanya beberapa minggu setelah Partai Buruh berkuasa di Inggris. Mereka berharap pemerintahan baru di bawah Keir Starmer akan lebih terbuka terhadap permintaan tersebut.
Royal Mint Court yang kosong awalnya direncanakan untuk dibangun ulang menjadi kompleks yang berisi toko, perkantoran, dan pusat hiburan, sebelum akhirnya dibeli oleh China. Sejak itu, sekitar 100 rumah di sekitar lokasi diklasifikasikan berada di atas lahan milik China.
Jika rencana pembangunan kedutaan berjalan, rumah-rumah tersebut akan tetap berada di atas lahan milik China. Namun, wilayah itu tidak akan menjadi bagian dari area kedutaan.
Advertisement
Sejumlah Kekhawatiran
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2928256/original/019404900_1570007152-20191001-Rudal-Antarbenua-China-Dipamerkan-AP-3.jpg)
Warga di kompleks apartemen, bagian barat Cartwright Street, bisa saja tinggal bersebelahan dengan tempat tinggal staf kedutaan.
Menurut CNN, balkon yang khusus dibangun untuk staf diplomatik nantinya akan terlihat jelas dari jendela belakang apartemen tersebut.
Asosiasi Warga Royal Mint Court, yang mewakili sekitar 300 penghuni di gedung-gedung sekitar dan telah bertahun-tahun menentang rencana ini, mengaku khawatir bagaimana China bisa menggunakan kekuasaannya sebagai pemilik tanah jika kedutaan dibangun di sebelah mereka.
Bendahara asosiasi, Mark Nygate (64), tinggal di komplek yang jaraknya hanya beberapa meter dari lokasi tersebut. Tempat parkir apartemennya hanya dipisahkan pagar kayu sederhana dari lahan yang akan menjadi lokasi kedutaan. Nygate menyebutnya sebagai "perbatasan lunak."
Kepada CNN, Nygate menyampaikan kekhawatirannya bahwa pemilik tanah asal China itu bisa saja melakukan pemeriksaan acak ke properti warga, atau menuduh mereka melakukan aksi mata-mata.
"Saya suka memotret. Saya punya kebun kecil, dan saya sering memotret itu, tapi kebun saya berada tepat di sepanjang perbatasan," ujarnya.
"Jadi bisa saja saat saya memotret, mereka mengira saya sedang memata-matai. Karena mereka pemilik tanah kami, mereka adalah tuan tanah kami, dan mereka punya hak tertentu untuk masuk (ke properti). Kalau mereka menemukan sesuatu yang tidak mereka suka, sudah pasti mereka akan memeriksa kami," Tambahnya
Kepolisian Metropolitan London juga menyampaikan kekhawatiran soal kemungkinan terjadinya demonstrasi besar di depan kedutaan. Polisi memperingatkan, aksi massa bisa menghambat lalu lintas, meluas ke jalanan, dan berdampak pada kawasan wisata di sekitarnya.
Advertisement
Dugaan Mata-mata
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4570656/original/034463700_1694409151-colin-lloyd-x5-62_ZWDlk-unsplash.jpg)
Sementara itu, para demonstran dan kelompok pegiat hak asasi manusia khawatir pembangunan gedung kedutaan baru ini bisa digunakan untuk memata-matai dan menjalankan misi "tangan panjang" penegakan hukum Beijing. Hal ini dikhawatirkan dapat membahayakan para penentang pemerintah China yang tinggal di Inggris.
Istilah "tangan panjang" biasanya digunakan untuk menggambarkan upaya suatu pihak menjangkau atau memengaruhi wilayah di luar batas kekuasaannya.
Seorang warga yang tinggal dekat lokasi calon kedutaan mengatakan kepada CNN bahwa rencana ini sebaiknya tidak dilanjutkan.
"Lokasinya terlalu dekat dengan Tower Bridge," ujar pria yang enggan menyebutkan namanya.
Ia juga menyinggung kekhawatiran soal kasus hilangnya orang di Hong Kong.
China sebelumnya pernah dituduh menggunakan kantor kedutaannya sebagai "kantor polisi" di luar negeri. Tujuannya untuk memantau warga negara China di luar negeri dan menekan mereka agar kembali ke tanah air.
Salah satu insiden terjadi di Inggris pada Oktober 2022. Seorang demonstran pro-demokrasi asal Hong Kong diseret masuk ke area Konsulat China di Manchester dan dipukuli. Peristiwa itu terekam kamera.
Setelah itu, China memulangkan enam diplomat dari Inggris. Polisi Inggris sebelumnya ingin memeriksa mereka terkait dugaan pemukulan tersebut.
Namun, beberapa pihak yang memiliki kepentingan di area Royal Mint menolak kekhawatiran soal mata-mata dan ancaman tersebut, menyebutnya hanya "menakut-nakuti" publik.
Mark Lahiff, pengembang properti lokal yang juga menjabat sebagai direktur pelaksana anak perusahaan IJM, pengelola proyek-proyek properti, infrastruktur, dan investasi, asal Malaysia di Inggris, mendukung rencana pembangunan kedutaan saat rapat dengar pendapat pemerintah di London pada Februari lalu.
"Wilayah Tower Hamlets ini termasuk salah satu wilayah termiskin di Inggris," ujarnya.
Proyek IJM yang dikerjakannya termasuk hotel apartemen Royal Mint Gardens.
"Bagi Republik Rakyat China untuk berinvestasi di wilayah ini adalah hal besar. Lahan itu sudah kosong sejak 2008," tambahnya.
"Lokasinya berada di area strategis London, dekat dengan Tower of London. Lahan itu sudah lama terbengkalai, jadi jika dihidupkan kembali akan memberi manfaat besar secara sosial dan ekonomi bagi wilayah ini," jelasnya.
Namun, Nygate menolak anggapan bahwa investasi China akan membawa keuntungan bagi wilayah tersebut. Ia mengatakan, pembangunan justru akan merugikan warga yang saat ini tinggal di sana.
"Saya sudah menolak rencana kedutaan ini sejak awal," ujarnya. "Ini hanya soal gengsi, karena mereka (pihak China) ingin mengalahkan kedutaan Amerika."