AS Tinjau Ulang Pakta Keamanan AUKUS demi Pastikan Sejalan dengan Agenda America First Trump

13 June 2025, 15:01 WIB
AS Tinjau Ulang Pakta Keamanan AUKUS demi Pastikan Sejalan dengan Agenda America First Trump

Amerika Serikat (AS) meninjau ulang pakta keamanan AUKUS (Australia--United Kingdom--United States) yang mencakup transfer teknologi kapal selam dengan Inggris dan Australia.

Di bawah pakta keamanan trilateral yang ditujukan untuk menghadapi China ini, Australia akan menerima kapal selam bertenaga nuklir pertamanya dari AS, sebelum mereka membangun armada kapal selam baru secara bersama-sama dengan cara berbagi teknologi mutakhir.

Peninjauan ulang ini muncul di tengah tekanan dari Gedung Putih terhadap Australia dan Inggris untuk meningkatkan belanja militer. Tuntutan ini telah dipenuhi oleh Inggris, namun sebagian besar masih ditolak oleh Australia.

Pakta AUKUS senilai 176 miliar poundsterling ditandatangani pada tahun 2021, saat ketiga negara yang terlibat masih dipimpin oleh para pemimpin yang berbeda dari sekarang.

Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada BBC bahwa pakta tersebut sedang ditinjau ulang sebagai bagian dari upaya memastikan bahwa inisiatif dari pemerintahan sebelumnya ini sejalan dengan agenda "America First" Presiden Donald Trump.

"Seperti yang telah ditegaskan oleh Menteri Pertahanan (AS) (Pete) Hegseth, hal ini berarti memastikan kesiapan tertinggi dari para personel militer kita dan bahwa sekutu-sekutu kita benar-benar menjalankan peran mereka dalam pertahanan kolektif," kata pejabat pertahanan AS itu seperti dilansir BBC.

AS telah mendorong sekutu-sekutunya untuk segera mulai mengalokasikan setidaknya 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka untuk pertahanan.

Inggris telah sepakat untuk meningkatkan belanja pertahanannya menjadi 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2028 dan kemudian menaikkannya lagi menjadi 3 persen pada periode pemerintahan berikutnya. Australia juga menyatakan bahwa mereka akan menaikkan anggaran pertahanannya, namun tidak sampai ke level 3,5 persen dari PDB seperti yang diinginkan oleh AS.

Respons Tenang Australia dan Inggris

Respons Tenang Australia dan Inggris

Peninjauan ini akan dipimpin oleh Elbridge Colby, yang sebelumnya pernah mengkritik Aukus. Dalam pidatonya tahun lalu, dia mempertanyakan mengapa AS harus menyerahkan 'aset paling berharga ini' (teknologi kapal selam bertenaga nuklir) justru di saat negara sedang sangat membutuhkannya.

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles pada Kamis pagi waktu setempat mengatakan dia optimistis kesepakatan akan tetap berjalan.

"Saya sangat yakin ini akan terlaksana," kata dia kepada ABC Radio Melbourne. "Anda hanya perlu melihat peta untuk memahami bahwa Australia benar-benar membutuhkan kemampuan kapal selam jarak jauh."

Beberapa pihak di Australia telah mendorong agar negara tersebut mengembangkan strategi pertahanan yang lebih mandiri, namun Marles mengatakan penting untuk "tetap pada rencana" -- sebuah rujukan pada keputusan kontroversial pemerintahan sebelumnya yang membatalkan kesepakatan kapal selam dengan Prancis demi AUKUS.

Seorang juru bicara pemerintah Australia mengatakan kepada BBC bahwa adalah hal yang "alami" jika pemerintahan baru AS meninjau ulang pakta AUKUS. Dia menambahkan bahwa Inggris juga baru saja menyelesaikan peninjauan terhadap pakta keamanan yang sama.

"Ada dukungan yang jelas dan konsisten terhadap kesepakatan tersebut di seluruh spektrum politik di AS dan Australia menantikan untuk melanjutkan kerja sama erat kami dengan Pemerintahan Trump dalam proyek bersejarah ini," kata dia.

Seorang juru bicara pertahanan Inggris menuturkan kepada BBC bahwa "dapat dimengerti" jika pemerintahan baru ingin meninjau ulang kesepakatan tersebut sebagaimana Inggris juga melakukannya tahun lalu."

"AUKUS adalah kemitraan keamanan dan pertahanan yang bersejarah dengan dua sekutu terdekat kami," sebut juru bicara Inggris. "Dan merupakan salah satu kemitraan paling strategis dalam beberapa dekade terakhir, yang mendukung perdamaian dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik dan Euro-Atlantik."

Sumber : Liputan6.com