Jualan Pakai Kekuatan Media Sosial: Menggugah Selera Lewat Konten dan Cerita

10 June 2025, 20:39 WIB
Jualan Pakai Kekuatan Media Sosial: Menggugah Selera Lewat Konten dan Cerita

Media sosial masih menjadi salah satu 'senjata' ampuh untuk memasarkan produk-produk dari usaha rintisan. Konten menjadi kekuatan salah satunya.

Konten kreatif dari berbagai produk berseliweran di linimasa media sosial; Instagram, TikTok, X, dan platform lainnya. Konten ini berlaku baik untuk produk barang maupun makanan.

Salah satunya dikisahkan Hernanda Prisniaty yang menjajakan rangkaian bunga sebagai bingkisan. Dia kerap mengunggah konten merangkai bunga di platform media sosial-nya.

"Seringnya bikin video pada saat ngerangkai karna kebanyakan viewers tertarik pada saat lihat proses merangkai," ungkap perempuan yang akrab disapa Nanda ini kepada Liputan6.com, Selasa (10/6/2025).

Pemilik bisnis rintisan Glammore Flowershop Bandung ini tahu betul kekuatan media sosial. Jangkauan luas dari para penggunanya, ditambah algoritma yang diterapkan acapkali jadi satu keuntungan produknya bisa meluas dilirik masyarakat.

"Platform media sosial seperti Facebook, TikTok, terlebih instagram ini mudah mempromosikan produk melalui foto, video, atau cerita, yang bisa menarik perhatian audiens dengan cara yang lebih kreatif," tuturnya.

Kekuatan Tutur Cerita

Cara serupa dengan tambahan narasi yang menggugah juga dipraktikkan dalam menjajakan produk makanan. Hal ini dikisahkan Syifa, pemilik bisnis rintisan Baso Aci BEUH! asal Bandung.

Syifa mengisahkan, salah satu peluangnya untuk menarik minat konsumen adalah dengan membubuhkan cerita. Tentunya dilengkapi dengan pengambilan konten video yang juga bisa dinikmati.

"Sering main di angle foto dan video. Sama tambahan story telling yang menarik konsumen," kata dia.

Konten Rekomendasi

Konten Rekomendasi

Perluasan pasar dirasakan Syifa. Terutama jika konten dan cerita yang dibuatnya itu bisa menjadi rekomendasi dalam algoritma media sosial. Pada platform TikTok, hal ini biasa disebut dengan For Your Page atau FYP.

"Ya, sangat bermanfaat. Terutama jika konten FYP, bisa menarik customer baru. Sangat efektif (perluas pasar), karena banyak yang baru tahu via kontennya, penasaran ingin coba, lalu jadi customer baru," tuturnya.

Konten yang meluas dari sesama pengguna juga dirasakan Nanda. "Biasanya dari teman-teman Instagram yang lihat terus ngasih tahu ke teman yang lainnya. Via Facebook juga biasanya promosi lewat grup-grup jual beli yang ada di Facebook. Kalau dari TikTok lebih ke bikin konten saja, misalkan konten aku lagi ngerangkai bunga atau hasil bunganya," terangnya.

Bersaing dengan Produk Serupa

Bersaing dengan Produk Serupa

Kemudahan ini tak semata-mata dirasakan utuh. Syifa sendiri menilai masih ada sejumlah tantangan. Salah satunya mengenai persaingan dengan produk-produk serupa.

"Saingannya banyak karena algoritma membaca hal yang mirip-mirip, jadi pasti konsumen dapat iklan-iklan atau konten FYP yang langsung sejenis," ucapnya.

Nanda pun mengungkapkan demikian. Dia kerap masih mengandalkan akun pribadi dan menautkannya ke akun bisnis rintisannya. "Kebanyakan promosi via akun pribadi di Instagram yang di tag ke akun Glammore, karena untuk saat ini followers lebih banyak dari akun pribadi," tandasnya.

<p>Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)</p>
Sumber : Liputan6.com