Peringatan Trump: Waktu Mediasi Rusia-Ukraina Hampir Habis

19 April 2025, 13:56 WIB
Peringatan Trump: Waktu Mediasi Rusia-Ukraina Hampir Habis

Amerika Serikat (AS) akan menghentikan upaya memediasi kesepakatan damai Rusia-Ukraina jika tidak ada tanda-tanda kemajuan dalam waktu dekat. Demikian pernyataan Presiden Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio pada Jumat (18/4/2025).

"Kami ingin ini cepat beres," ujar Trump kepada awak media di Gedung Putih, seperti dikutip dari CNA. "Tapi kalau ada pihak yang sengaja menghambat, ya sudah kami tinggalkan saja. Kami akan bilang, 'Kalian ini bodoh, keterlaluan, dan kami tak mau lagi terlibat.' Mudah-mudahan tidak sampai ke situ."

Pernyataan Trump menyusul komentar Rubio, yang memberi tenggat waktu beberapa hari bagi kedua belah pihak untuk menunjukkan kemajuan sebelum AS menarik diri.

"Kami tidak akan terus berusaha selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Jadi, kami harus segera mengevaluasi ---dalam hitungan hari--- apakah ini masih mungkin tercapai dalam beberapa minggu ke depan," ungkap Rubio di Paris usai bertemu pemimpin Eropa dan Ukraina.

"Jika tidak mungkin, jika posisi kami terlalu jauh maka presiden mungkin akan memutuskan untuk berhenti."

Ketika ditanya tenggat waktu spesifik, Trump menolak memberi batasan.

"Marco benar... kami ingin ini berakhir," kata Trump.

Saat ditanya apakah Presiden Rusia Vladimir Putin sengaja menunda, Trump menjawab, "Semoga tidak."

Dalam beberapa pekan terakhir, pejabat Trump secara pribadi mengakui peluang perdamaian cepat di Ukraina semakin kecil. Tiga diplomat Eropa menyebut komentar Rubio mencerminkan kekecewaan Gedung Putih atas sikap keras kepala Rusia.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengklaim sudah ada kemajuan dalam penyelesaian damai, tapi komunikasi dengan Washington sulit. Dia menegaskan Rusia tetap terbuka untuk dialog.

Pertemuan di Paris pada Kamis (17/4), menjadi pembicaraan tatap muka tingkat tinggi pertama terkait inisiatif damai Trump yang melibatkan kekuatan Eropa. Rubio menyatakan kerangka perdamaian AS mendapat "sambutan positif". Kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut diskusi konstruktif.

Wakil Presiden JD Vance, usai bertemu PM Italia Giorgia Meloni di Roma, menyatakan optimisme AS bisa membantu mengakhiri "perang sangat brutal" ini.

Seorang pejabat AS mengatakan kedua pihak akan bertemu lagi di London pekan depan, memberi waktu bagi Ukraina menyetujui dokumen persyaratan dari Washington. Kyiv disebut siap gencatan senjata menyeluruh minimal 30 hari.

Tidak Ada yang Setara AS

Tidak Ada yang Setara AS

Trump sempat berjanji mengakhiri perang Ukraina dalam 24 jam pertama menjabat, namun kemudian memoderasi targetnya menjadi April atau Mei setelah menghadapi kendala.

Dia mendesak kedua pihak bernegosiasi dengan ancaman sanksi lebih keras ke Rusia atau penghentian bantuan militer AS untuk Kyiv.

Pertemuan di Arab Saudi yang difasilitasi AS hanya menghasilkan gencatan senjata parsial, sementara perang terus berlanjut --- termasuk serangan rudal Rusia baru-baru ini di Sumy yang menewaskan 35 orang, yang disebut Trump sebagai "kesalahan".

Jika AS mundur, upaya perdamaian mungkin gagal karena tidak ada negara lain yang bisa memberi tekanan setara ke Moskow dan Kyiv. Dampak lainnya masih belum jelas --- AS bisa mempertahankan kebijakan saat ini (sanksi ke Rusia dan bantuan ke Ukraina) atau Trump mungkin menghentikan pengiriman bantuan ke Kyiv.

Trump menyatakan akan menandatangani kesepakatan mineral dengan Ukraina pekan depan, setelah upaya Februari lalu gagal akibat ketegangan Zelenskyy dengan Vance di Ruang Oval, Gedung Putih.

Putin sendiri menuntut Ukraina meninggalkan ambisinya bergabung dengan NATO, menyerahkan empat wilayah yang telah direbut Rusia secara permanen, dan agar Ukraina membatasi ukuran militernya --- tuntutan yang disebut Kyiv sebagai bentuk kapitulasi atau menyerah tanpa syarat.

Sumber : Liputan6.com