Menko Airlangga Pastikan Program Swasembada Pangan Tak Terganggu Tarif Impor Trump
18 April 2025, 16:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5175776/original/047815700_1743048459-Screenshot_2025-03-27_110309.jpg)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memastikan bahwa kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) tidak akan mengganggu kelangsungan program swasembada pangan yang telah menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia.
Airlangga menegaskan, meskipun adanya perubahan dalam kebijakan perdagangan global, terutama terkait dengan bahan pangan yang diimpor dari negara-negara tertentu, termasuk AS.
"Kita tidak akan mengganggu program swasembada, sehingga swasembada pangan sama sekali tidak terganggu dengan apa yang direncanakan dibeli dari AS," kata Menko Airlangga dalam konferensi pers perkembangan Terkini Negosiasi dan Diplomasi Perdagangan Indonesia - AS, secara virtual, Jumat (18/4/2025).
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan, bahwa Indonesia memang mengimpor sejumlah bahan pangan penting dari luar negeri, khususnya dari AS, seperti gandum, kedelai (soya bean), dan susu kedelai (soya bean milk).
Namun, meskipun Indonesia bergantung pada impor bahan-bahan pangan ini, ia menegaskan bahwa kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS tidak akan berdampak signifikan terhadap keberlanjutan pasokan bahan pangan tersebut di dalam negeri.
"Selama ini baik itu gandum, soya bean maupun soya bean milk, kita juga impor, tetapi tidak hanya dari AS, tetapi juga dari Australia, dari Ukraine, dan beberapa negara lain," jelasnya.
Sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu negara pengimpor saja, pemerintah Indonesia akan melakukan pengalihan sumber impor bahan pangan dari negara-negara lain selain AS, seperti Australia, Ukraina, dan beberapa negara lainnya yang juga menyediakan komoditas yang dibutuhkan. Dengan demikian, meskipun ada kebijakan tarif baru dari AS, Indonesia masih memiliki alternatif sumber impor yang dapat menjamin kestabilan pasokan pangan dalam negeri.
"Nah, sehingga kita hanya melakukan pengalihan daripada impor bahan baku untuk pangan tersebut," ujarnya.
Advertisement
RI Salah Satu Negara Pertama yang Diterima Negosiasi oleh AS
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5191155/original/071604700_1744940055-IMG-20250418-WA0001.jpg)
Airlangga mengatakan, bahwa Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diterima oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk memulai negosiasi terkait kebijakan tarif impor era Presiden Trump.
"Kami sudah berzoom video hari senin yang lalu dengan secretary of commerce Mr. Lutnick dan dari hasil pembicaraan Indonesia ini salah satu negara yang diterima lebih awal," kata Menko Airlangga.
Negara lain yang telah melakukan pembicaraan serupa antara lain Vietnam, Jepang, dan Italia. Dalam pertemuan tersebut, dibahas sejumlah opsi kerja sama bilateral yang diharapkan dapat menciptakan hubungan dagang yang lebih adil dan berimbang antara kedua negara.
"Tentunya pembahasan ini guna mendiskusikan opsi-opsi yang ada terkait kerjasama bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat yang kita berharap situasi daripada perdagangan yang kita kembangkan bersifat adil dan berimbang," jelasnya.
Selain itu, Indonesia juga telah melakukan pertemuan dengan United States Trade Representative (USTR), Mr. Ambassador Jamieson Greer, dan dalam waktu dekat dijadwalkan akan bertemu dengan Secretary of the Treasury untuk membahas lebih lanjut mengenai pengenaan tarif oleh pihak AS.
"Kami telah bertemu dengan Secretary of Commerce is Howard Lutnick dan United States Trade Representative (USTR) Mr. Ambassador Jamieson Greer dan akan ada rencana pertemuan dengan secretary treasury minggu depan terkait pengenaan tarif dari Amerika," katanya.
Advertisement
RI-AS Sepakat Selesaikan Negosiasi 60 Hari
Indonesia dan Amerika Serikat telah sepakat untuk menyelesaikan perundingan kerja sama terkait tarif impor dalam waktu 60 hari.
Kesepakatan ini mencakup kerangka atau framework yang telah disetujui oleh kedua negara, mencakup format perjanjian serta ruang lingkup kerja sama.
"Menarik bahwa Indonesia dan Amerika Serikat bersepakat untuk menyelesaikan perundingan ini dalam waktu 60 hari dan sudah disepakati kerangka ataupun framework acuannya," kata Menko Airlangga.
Kerja sama ini meliputi kemitraan di bidang perdagangan dan investasi, kemitraan terkait mineral penting (critical minerals), serta penguatan koridor rantai pasok yang memiliki tingkat ketahanan (resilience) tinggi.
Kata Menko Airlangga, proses perundingan selanjutnya akan dilanjutkan dalam beberapa putaran, baik satu, dua, maupun tiga kali pertemuan, dengan harapan dalam jangka waktu dua bulan ke depan, kesepakatan tersebut dapat dituangkan dalam format perjanjian resmi yang disetujui kedua pihak.
"Nah hasil-hasil pertemuan tersebut akan dilanjuti dengan berbagai pertemuan bisa satu, dua, atau tiga putaran dan kami berharap dalam 60 hari kerangka tersebut bisa ditindaklanjuti dalam bentuk format perjanjian yang akan disetujui antara Indonesia dan Amerika Serikat," pungkasnya.