Lebaran Ketupat 2025: Sejarah dan Filosofi Kupat yang Perlu Diketahui

07 April 2025, 14:20 WIB
Lebaran Ketupat 2025: Sejarah dan Filosofi Kupat yang Perlu Diketahui

Masyarakat Jawa umumnya akan merayakan lebaran dua kali pada bulan Syawal, yakni lebaran Idulfitri dan Ketupat. Lebaran Idulfitri diperingati pada 1 Syawal sedangkan lebaran Ketupat pada 8 Syawal.

Tahun ini, lebaran Ketupat 8 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 7 April 2025. Dalam peringatannya, muslim menggelar acara selamatan dan menghidangkan kembali ketupat lengkap dengan sayurannya.

Pada lebaran Ketupat, makanan dari bahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda itu ditata sedemikian rupa. Kemudian didoakan bersama-sama oleh warga. Tradisi ini rutin dilakukan sepekan setelah Idulfitri.

"Tradisi ini juga menjadi salah satu cara untuk ingat kepada Allah SWT. Tradisi seperti ini nantinya diawali dengan saling memaafkan sesama warga kemudian ketupat itu disedekahkan supaya kita dan keluarga kita selalu diberi kesehatan," ujar Widodo, salah satu warga Tundungan, Klaten, Jawa Tengah, dinukil dari NU Online.

Bagaimana sejarah lebaran Ketupat dan filosofi di balik kupat? Simak ulasannya di bawah ini.

Sejarah Lebaran Ketupat

Sejarah Lebaran Ketupat

Lebaran Ketupat merupakan tradisi yang masih dipertahankan oleh masyarakat muslim di Pulau Jawa. Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.

Berdasarkan pendapat yang banyak dijadikan rujukan, Sunan Kalijaga mengenalkan dua lebaran atau bakda kepada masyarakat Jawa. Satu lebaran Idulfitri pada 1 Syawal dan satu lagi lebaran Ketupat pada 8 Syawal.

Ketupat yang dibawa Sunan Kalijaga bertujuan sebagai syiar agama Islam di Pulau Jawa. Pada akhirnya, Sunan Kalijaga berhasil mengasimilasi antara budaya di masyarakat saat itu dengan nilai-nilai Islam.

Selain itu, lebaran Ketupat juga diperingati sebagai perayaan telah menunaikan puasa setahun. Hitungan puasa ini yakni puasa Ramadhan ditambah dengan puasa enam hari di bulan Syawal. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi.

Artinya, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun."(HR Muslim).

Makna dan Filosofi Ketupat

Makna dan Filosofi Ketupat

Ketupat bukan sekadar makanan khas yang wajib ada saat lebaran dan sepekan setelahnya. Lebih dari itu, ketupat memiliki makna dan filosofi yang sangat dalam.

Dalam bahasa Jawa, ketupat atau kupat merupakan akronim dari ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan. Saat lebaran, diharapkan umat Islam bisa mengakui kesalahan yang telah dilakukannya dan memaafkan kesalahan orang lain. Hal ini juga senada dengan kebiasaan saling maaf-memaafkan saat lebaran.

Masih dalam bahasa Jawa, kupat juga diartikan sebagai laku papat yang berarti empat tindakan. Maksud dari empat tindakan tersebut adalah sebagai berikut

  1. Lebaran, artinya selesai dalam menjalani ibadah puasa dan boleh untuk menikmati hidangan makanan di siang hari.
  2. Luberan, artinya menyimbolkan untuk bersedekah dengan ikhlas bak air yang berlimpah muleber dari wadahnya.
  3. Leburan, artinya lebur atau habis. Dimaknai agar saling memaafkan satu sama lain.
  4. Laburan, diambil dari kata labur yang artinya bersih putih. Jadi, setelah lebaran selalu menjaga kebersihan hati dan jangan kembali mengotorinya dengan melakukan atau mengulangi kesalahan serupa.

Wallahu a'lam.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Sumber : Liputan6.com