Dampak Fatherless, Anak Lebih Rentan Alami Masalah Emosional hingga Akademik
26 March 2025, 15:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5174902/original/085951100_1742967359-c5f92a6f-fcfe-4cde-b3a1-921d0c72b73a.jpg)
Data UNICEF pada 2021 menunjukkan sekitar 20,9 persen anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah alias fatherless.
Ini setara dengan sekitar 2.999.577 anak Indonesia kehilangan sosok ayah. Survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 menyebutkan bahwa hanya 37,17 persen anak usia 0-5 tahun yang dirawat oleh ayah dan ibu kandungnya secara bersamaan. Padahal, kehadiran ayah dalam pengasuhan merupakan hal yang krusial.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kehadiran kaum ayah dalam pengasuhan memiliki dampak besar terhadap perkembangan anak. Baik secara emosional, psikologis sosial, dan akademik anak termasuk masalah kesehatan mental.
"Penelitian menyebutkan bahwa anak dengan ayah yang tidak terlibat aktif (fatherless) dalam pengasuhan akan lebih rentan mengalami masalah akademik, emosional, kesehatan mental, perilaku agresif, hingga keterlibatan dalam perilaku berisiko," kata Direktur Bina Ketahanan Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Edi Setiawan mewakili Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Wihaji, Rabu (19/03/2025).
Edi menambahkan, fatherless merupakan salah satu faktor dalam pembentukan strawberry generation. Istilah ini merujuk pada sebuah fenomena di mana individu dianggap rapuh, mudah menyerah sehingga sulit mengatasi kegagalan, tidak memiliki daya juang dan mudah stres.
Hal ini dikemukakan saat Edi membuka acara Gerakan Ayah Teladan Indonesia dan Siap Nikah Goes to Campus Universitas Diponegoro (UNDIP) secara daring melaui akun Youtube kemendukbangga_bkkbn.
Advertisement
Bekal Mempersiapkan Pernikahan
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP) Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si berharap, materi soal peran ayah dapat memberikan pembelajaran bagi para mahasiswa dan masyarakat dalam persiapan pernikahan.
"Membutuhkan pendidikan pembelajaran untuk getting married (menikah) pasti tidak gampang perlu pengetahuan yang cukup. Karena membina hubungan dari dua pihak tentu bukan untuk hubungan yang sesaat," ujar Suharnomo.
Advertisement
Peran Suami atau Ayah dalam Kesehatan Prakonsepsi
Sementara, dokter spesialis kandungan Julita D. L. Nainggolan, menjelaskan tentang peran suami atau ayah dalam kesehatan prakonsepsi.
"Peran yang dapat dilakukan suami/ayah dalam menjaga kesehatan prakonsepsi yaitu menjaga gaya hidup sehat (seperti menghindari alkohol, merokok, dan menjaga berat badan ideal) yang nantinya akan berpengaruh pada kualitas sperma, dan mempersiapkan diri untuk mendukung ibu secara emosional dan fisik," jelas Julita.
Sementara itu, Instruktur Coaching Pendidik Guru Penggerak di Kemendikbud Ristek, Yohanes Agung, dalam paparannya menjelaskan sebanyak 33 persen remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Namun, hanya 4,3 persen orangtua yang dapat mendeteksi anak mereka membutuhkan bantuan menurut The Conversation, Indonesia-National Adolescent mental Health Survey (I-NAMHS).
3 Jenis Pendampingan yang Berdampak Buruk bagi Anak
Yohanes menambahkan, ada tiga pendampingan yang bisa berdampak buruk bagi anak di masa depan.
"Ada 3 jenis pendampingan yang berdampak buruk di masa depan anak yaitu pertama otoriter, kedua permisif atau serba boleh dan menuruti semua permintaan anak, dan yang ketiga pengabaian yaitu tidak menganggap dan memperhatikan anak," terangnya.
Menurutnya, solusi terbaik adalah dengan wellness melalui pendekatan holistik terhadap kesehatan yang mencakup enam dimensi utama: fisik, emosional, intelektual, spiritual, sosial, dan lingkungan.
Selain itu, wellness juga diartikan sebagai adaptasi. Adaptasi sendiri ada dua jenis, pertama adaptasi mental yang melibatkan emosi, perasaan, pikiran dan spiritual. Dan yang kedua adaptasi komunikasi dengan keluarga.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5108358/original/039195800_1737718276-PPDB_SPMB_2.jpg)