Oknum Ormas Hambat Investasi, Pemerintah Lakukan Kajian Khusus

14 March 2025, 19:15 WIB
Oknum Ormas Hambat Investasi, Pemerintah Lakukan Kajian Khusus

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pemerintah tengah mengkaji faktor-faktor penghambat investasi di Indonesia. Salah satu yang menjadi sorotan adalah peran oknum lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi kemasyarakatan (ormas) yang kerap mengganggu masuknya investasi.

Menurut Airlangga, pembentukan tim kajian khusus ini sangat strategis untuk menarik investasi global, yang pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

"Presiden menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, yang hanya bisa dicapai dengan peningkatan investasi, baik dari dalam maupun luar negeri," ujar Airlangga usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan dengan para rektor perguruan tinggi di Istana Kepresidenan, dikutip dari Antara, Jumat (14/3/2025).

Airlangga menjelaskan bahwa untuk investasi dalam negeri, pemerintah telah menunjuk Danantara sebagai pengelola, sementara untuk investasi dari pasar global, pemerintah akan terus berupaya menarik minat investor asing.

Daya Tarik Indonesia di Mata Investor Global

Di tengah ketidakpastian geopolitik, Airlangga menilai Indonesia memiliki keunggulan tersendiri berkat stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang terjaga, terutama di kawasan ASEAN dan Indo-Pasifik. Bahkan, negara seperti Vietnam pun mulai melirik kerja sama dengan Indonesia.

"Dengan jumlah penduduk ASEAN yang tinggi, ini menjadi daya tarik sendiri. Seperti Vietnam, mereka ekspor ke Amerika dan Eropa, tapi kenapa mereka melihat Indonesia? Karena daya beli domestik kita kuat," jelasnya.

Airlangga menambahkan bahwa pangsa pasar domestik Indonesia yang mencapai 52-54 persen atau sekitar USD 750 miliar membuat negara ini menjadi incaran para investor global.

Evaluasi Hambatan dari Oknum LSM dan Ormas

Lebih lanjut, Airlangga menyinggung keberadaan oknum LSM dan ormas yang kerap menghambat investasi. Menurutnya, pemerintah telah menginventarisasi sejumlah permasalahan terkait dan akan melakukan evaluasi lebih lanjut.

"Tentu kita akan lihat satu-satu lagi, ada banyak yang sudah kita inventarisir," ujarnya.

Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif serta memastikan investasi yang masuk benar-benar bisa mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Banyak Ormas di Kawasan Industri, Menperin: Hambat Investasi

Banyak Ormas di Kawasan Industri, Menperin: Hambat Investasi

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita buka suara terkait banyaknya organisasi masyarakat (ormas) di sekitar kawasan industri. Menurut dia, ormas di kawasan industri kerap mengganggu investasi.

"Itu menghambat investasi," tegas Agus ditemui usai meresmikan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/2/2025).

Dalam mengantisipasi gangguan dari ormas di kawasan industri, Agus menggandeng aparat keamanan. Harapannya, langkah tersebut bisa meredam dampak ormas terhadap kegiatan industri.

"Kita koordinasikan dengan pihak-pihak kepolisian," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar menyampaikan, aksi sekelompok ormas di kawasan industri menyebabkan hilangnya investasi hingga ratusan triliun rupiah.

Lantaran, Sanny mengatakan, ormas kerap kali melakukan demo di dalam kawasan industri hingga mengganggu operasional pabrik. Itu membuat investor di kawasan industri jengah, sehingga menarik operasionalnya.

"Kalau dihitung semuanya ya, bukan cuma yang keluar, yang enggak jadi masuk juga, itu bisa ratusan triliun (rupiah) juga. Kan ada masalah perizinan, gangguan keamanan. Akhirnya itu jadi akumulasi," bebernya.

Kerugian Industri

Menurut dia, angka kerugian totalnya bahkan sudah tidak bisa dihitung. Sebab, tak sedikit pabrikan yang tutup operasi gara-gara ormas, dengan sudah menaruh modal banyak untuk membangun industri.

"Bayangin, untuk membangun satu industri itu dia pinjam duit. Dia beli mesin-mesin teknologi tinggi, dia cari pasar gimana pembeli supaya mau beli. Itu aja udah pusing dengan persaingan global ini," ujar Sanny.

"Sekarang ditambahin disuruh ngadepin yang model-model kayak gitu, gangguan keamanan. Itu sesuatu yang enggak bisa diprediksi," dia menambahkan.

Sumber : Liputan6.com