Waduh, Tabungan Nikah Pemuda Ini Ludes saat IHSG Jeblok

14 March 2025, 16:27 WIB
Waduh, Tabungan Nikah Pemuda Ini Ludes saat IHSG Jeblok

Berinvestasi di pasar saham menjadi salah satu cara yang banyak dipilih masyarakat dalam mengelola keuangan, termasuk untuk tujuan jangka panjang seperti pernikahan. Potensi keuntungan yang besar membuat investasi saham menarik bagi banyak orang, terutama generasi muda yang ingin meningkatkan nilai tabungan mereka.

Namun, tanpa strategi yang matang dan pemahaman yang baik terhadap pasar, risiko kerugian juga dapat menghantui para investor pemula. Afif Faris Hudaifi, seorang pegawai BUMN berusia 25 tahun, berbagi kisahnya tentang perjalanan investasi yang ia mulai sejak 2023 dengan tujuan menyiapkan dana untuk pernikahannya.

Saat pertama kali terjun ke dunia saham, Afif penuh dengan optimisme. Ia aktif mempelajari berbagai analisis keuangan, mengikuti forum diskusi dengan para investor lain, dan merasa percaya diri dalam mengambil keputusan investasi. Ia mengincar saham-saham berkapitalisasi besar (blue-chip) yang dianggap lebih stabil dan aman. Namun, strategi awalnya tidak berjalan sesuai harapan. Dengan keyakinan bahwa harga akan terus naik, Afif membeli saham pada level yang cukup tinggi tanpa mempertimbangkan kemungkinan koreksi pasar.

"Mulai nyemplung ke saham sejak 2023. Awalnya, optimis banget. Baca-baca analisis, ikut forum, sampai akhirnya kepincut beli saham di harga tinggi. Eh, belakangan IHSG malah turun terus," kata Afif kepada Liputan6.com, Jumat (14/3/2025).

Afif mencermati, situasi politik dan ekonomi yang berkembang setelah pemilu dan pergantian presiden membawa dampak yang tidak terduga bagi pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan secara bertahap, yang mengakibatkan portofolio Afif mengalami koreksi signifikan. Ia mencatat kerugian sekitar Rp 5 juta, terutama pada saham BBCA dan Telkom Tbk (TLKM), dua saham yang mendominasi portofolionya saat itu.

Strategi awal yang lebih banyak terfokus pada sektor perbankan dan telekomunikasi membuatnya kurang terlindungi dari gejolak pasar yang lebih luas. Meski telah memilih saham dari perusahaan besar yang fundamentalnya baik, waktu pembelian yang kurang tepat membuatnya mengalami kerugian.

"Kerugian kena sekitar Rp 5 jutaan, mayoritas di saham BBCA dan Telkom. Waktu itu, portofolio lebih condong ke sektor perbankan dan telekomunikasi. Tadinya mikir saham blue-chip lebih aman, tapi ternyata tetap bisa kejedot kalau belinya di pucuk," jelas Afif.

Kesalahan Mendasar

Kesalahan Mendasar

Menghadapi kondisi ini, Afif menyadari bahwa ia telah melakukan beberapa kesalahan mendasar dalam berinvestasi. Salah satu yang paling utama adalah terlalu terbawa euforia pasar atau Fear of Missing Out (FOMO), di mana ia tergesa-gesa membeli saham tanpa mempertimbangkan analisis teknikal dan fundamental secara lebih matang. Selain itu, ia kurang disiplin dalam menetapkan batas cut loss, sehingga tetap bertahan di saham yang terus mengalami penurunan dengan harapan akan segera kembali naik.

Dari pengalaman ini, Afif mulai mengubah strateginya. Kini, ia lebih berfokus pada analisis fundamental untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan sebelum berinvestasi. Ia juga lebih cermat dalam membaca tren pasar dan tidak tergesa-gesa membeli saham hanya karena melihat tren kenaikan harga sesaat. Kesabaran menjadi kunci utama dalam pendekatan investasinya saat ini. Ia lebih selektif dalam memilih waktu untuk masuk ke pasar dan memastikan bahwa keputusan yang diambil berdasarkan data yang kuat, bukan sekadar dorongan emosional.

"Evaluasi setelah rugi, sadar kalau terlalu FOMO dan kurang disiplin dalam cut loss. Jadi sekarang lebih fokus ke analisis fundamental, belajar baca trend market, dan lebih sabar nunggu harga bagus sebelum masuk," kata Afif.

Sebagai investor yang telah belajar dari pengalamannya, Afif juga berbagi beberapa pandangan mengenai cara menghadapi koreksi IHSG agar para investor, terutama yang masih pemula, tidak panik dan dapat mengelola investasi dengan lebih bijak. Menurutnya, penting untuk tetap tenang dan menilai kondisi fundamental saham yang dimiliki sebelum mengambil keputusan untuk menjual atau menambah posisi.

Dana Cadangan

Dana Cadangan

Jika yakin bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang, menyediakan dana cadangan untuk membeli saham pada harga lebih rendah bisa menjadi strategi yang tepat. Selain itu, diversifikasi investasi di berbagai sektor juga dapat membantu mengurangi risiko dari pergerakan pasar yang tidak menentu.

Afif menekankan bahwa memiliki strategi keluar yang jelas juga merupakan langkah krusial dalam investasi saham. Menetapkan batas cut loss untuk membatasi kerugian serta menentukan target keuntungan yang realistically dapat membantu investor menjaga keuangan mereka tetap stabil. Selain itu, salah satu prinsip yang selalu ia pegang teguh adalah untuk tidak pernah berinvestasi dengan dana yang diperuntukkan untuk keperluan mendesak atau kebutuhan sehari-hari.

Melalui perjalanannya di dunia saham, Afif menyadari bahwa investasi adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh pembelajaran. Kerugian merupakan bagian dari proses yang tidak terhindarkan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana seorang investor dapat belajar dari kesalahan masa lalu dan terus memperbaiki strateginya.

"Buat yang baru mulai, santai aja. Rugi itu bagian dari belajar. Yang penting evaluasi dan jangan ulangi kesalahan yang sama," tutur Afif. Dengan memahami pasar, memiliki kesabaran, serta menerapkan manajemen risiko yang baik, setiap investor memiliki peluang untuk sukses dalam berinvestasi dan mencapai tujuan keuangan mereka.

Sumber : Liputan6.com