Mengintip Tradisi Lebaran Muslim di Korea Selatan yang Jadi Minoritas

12 March 2025, 19:40 WIB
Mengintip Tradisi Lebaran Muslim di Korea Selatan yang Jadi Minoritas

Idul Fitri atau Lebaran yang berarti "hari kemenangan," merupakan momen istimewa bagi umat Muslim setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadan.

Sama seperti awal Ramadan yang ditandai dengan hilal, Idul Fitri juga baru dapat dipastikan setelah terlihatnya bulan sabit pertama di bulan Syawal.

Meskipun Korea Selatan bukan negara dengan mayoritas penduduk Muslim, lebih dari 150.000 Muslim---termasuk para pekerja migran dari Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Uzbekistan, Senegal, dan Turki---tinggal di negara ini. Sejarah keberadaan Muslim di Korea sendiri dapat ditelusuri sejak Perang Korea pada 1950-an, ketika tentara Turki datang membantu pasukan Korea Selatan.

Bagi Muslim yang tinggal di Korea Selatan, merayakan Lebaran memiliki tantangan tersendiri. Salah satu kendala utama adalah tidak adanya hari libur resmi bagi umat Muslim. Jadi, anak-anak Muslim yang bersekolah tetap harus mengikuti kelas, bahkan ketika Hari Raya Lebaran tiba.

Hal ini dirasakan oleh keluarga MN Islam, seorang pengusaha asal Bangladesh yang telah tinggal di Korea Selatan selama lebih dari 20 tahun.

Dikutip dari laman Protho Malo, Rabu (12/3/2025), tradisi Lebaran keluarga MN Islam diketahui dimulai dengan Salat Id, mengenakan pakaian dari kampung halaman, serta menyantap hidangan khas Bangladesh seperti mishti dan biryani.

Meskipun masyarakat Korea belum begitu mengenal Lebaran atau Idul Fitri, mereka yang dekat dengan keluarga MN Islam tetap menunjukkan rasa hormat dan bahkan tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang perayaan ini.

Anak-anak di keluarga MN Islam, Zara dan Zayan, kerap merasa lebih senang merayakan Lebaran di Bangladesh karena dapat berkumpul dengan keluarga besar.

"Di sini kami tidak banyak kenal orang, sedangkan di Bangladesh ada keluarga besar. Jadi, kami lebih suka Lebaran di sana," ungkap mereka.

Suasana Lebaran di Korea Selatan

Suasana Lebaran di Korea Selatan

Di Korea Selatan, umat Muslim biasanya berkumpul di masjid atau tempat terbuka seperti taman untuk melaksanakan Salat Id.

Saat ini, terdapat sekitar 17 masjid besar dan 80 tempat ibadah Muslim yang tersebar di berbagai kota, termasuk Busan, Anyang, Gyeonggi, Gwangju, Jeonju, Daegu, dan Kaesong. Namun, pusat kegiatan Muslim terbesar berada di Masjid Pusat Seoul di kawasan Itaewon.

Dibangun pada 1976 dengan bantuan dana dari Malaysia serta dukungan pemerintah Korea Selatan, Masjid Pusat Seoul menjadi tempat utama bagi Muslim di ibu kota untuk melaksanakan ibadah, termasuk Salat Id.

Pada hari-hari biasa, masjid ini dapat menampung sekitar 800 jamaah dalam salat Jumat, dan saat Idul Fitri, jumlah jamaah meningkat drastis. Masjid ini juga terbuka bagi non-Muslim yang ingin mengenal Islam lebih dalam atau sekadar menikmati suasana perayaan.

Wilayah Itaewon yang menjadi pusat komunitas Muslim di Seoul juga memiliki banyak restoran halal, toko bahan makanan halal, serta toko kosmetik bersertifikat halal. Menyambut Idul Fitri, restoran-restoran ini sering menyajikan hidangan khas dari berbagai negara Muslim, seperti nasi biryani, kebab, serta makanan manis seperti semai dan baklava.

Selain itu, komunitas Muslim di Korea juga menjalankan tradisi Zakat Fitrah, yang ditetapkan oleh Komisi Muslim Korea sebesar 7.000 won per orang. Zakat ini wajib dibayarkan sebelum pelaksanaan salat Idul Fitri dan biasanya digunakan untuk membantu sesama Muslim yang kurang mampu.

Tantangan Berlebaran di Korea Selatan

Tantangan Berlebaran di Korea Selatan

Bagi Muslim yang bekerja di Korea Selatan, tidak adanya hari libur nasional menjadi tantangan terbesar dalam merayakan Idul Fitri atau Lebaran.

Titash Paul, seorang warga Bangladesh yang telah tinggal di Korea selama 15 tahun, mengungkapkan bahwa suasana Idul Fitri di Korea sangat berbeda dengan di negara asalnya.

Saat masih di Bangladesh, ia selalu mengenakan pakaian khas, mengunjungi rumah teman, dan menikmati hidangan bersama. Namun, di Korea, karena bukan hari libur nasional, teman-teman non-Muslimnya tetap harus bekerja. Meskipun demikian, ia tetap berusaha merayakan hari besar ini dengan berkumpul bersama teman-teman Muslim dan berbagi makanan khas Idul Fitri.

Infografis Tren Hantaran Lebaran Kekinian (Liputan6.com/Triyasni)
Sumber : Liputan6.com