Jaga Harga Komoditas Pangan, Ini Saran dari Pakar
15 March 2025, 22:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5078963/original/003307700_1736149196-WhatsApp_Image_2025-01-06_at_14.32.13.jpeg)
Pemerintah menjamin bahan pangan aman selama ramadan dan lebaran 2025 ini namun masih ditemukan harga komoditas pangan yang dijual di atas harga eceran tertinggi (HET) mulai dari beras, cabai, daging sapi dan telur di beberapa daerah.
Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus pemerhati logistik pangan Kuncoro Harto Widodo menjelaskan penyebab ketidakstabilan harga pangan ini karena rantai pasok terganggu, meski pemerintah telah melakukan kebijakan operasi pasar maupun kebijakan harga eceran tertinggi untuk pangan tertentu seperti beras. "Di semua tingkatan, pelaku dan penyedia rantai pasok pangan tersebut memiliki potensi kontribusi terhadap fluktuasi produksi, ketersediaan dan harga produk pangan," katanya, Senin (10/3/2025).
Pemerintah saat ini telah membuat kebijakan dalam mengatasi ketidakpastian dan fluktuasi harga dengan penyediaan cadangan pangan dan operasi pasar. Namun menurutnya kondisi sekarang ini perlu perbaikan ekosistem rantai pasok pangan yang lebih baik. "Semua pihak yang merupakan stakeholders dari sistem rantai pasok pangan dari hulu sampai hilir ini seharusnya bisa lebih saling bersinergi," katanya.
Menurut Kuncoro, guna menjaga harga komoditas pangan ini perlunya sinergi antara kementerian dan lembaga pemerintah, kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah, begitu pula antar Pemda serta antara pemerintah dengan swasta. "Kerja sama ini bisa mendorong ekosistem rantai pangan di level nasional dan daerah makin kuat," tegasnya.
Kuncoro mengatakan untuk rantai pasok di sektor hulu, pemerintah perlu memastikan tingkat produksi pangan sesuai dengan target swasembada pangan. Sementara di tingkat hilir, pemerintah perlu memastikan semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan mengandalkan produksi dan cadangan pangan.
Semua langkah itu masih belum cukup, karena harus dibarengi dengan transparansi dan berbagi informasi yang semakin lebih baik, real time dan mudah diakses selama produksi, penyimpanan, dan distribusi pangan. "Dengan begitu, keberlanjutan serta kestabilan produksi, ketersediaan pangan dan kestabilan harga pangan bisa menjadi lebih baik dan stabil," katanya.
Sementara Kuncoro itu juga menyoroti dampak program makan bergizi gratis yang turut mempengaruhi tingkat kebutuhan dan persediaan pangan. Sebab, program MBG ini berpotensi menambah problem yang sudah ada sebelumnya, terutama dari sisi ketersediaan dan kebutuhan komoditas pangan. "Program ini berlaku nasional, diprediksi akan sangat mempengaruhi profil kebutuhan dan ketersediaan pangan yang sudah ada sebelumnya dan berpotensi turut mempengaruhi fluktuasi harga yang terjadi," ujarnya soal harga komoditas pangan.
Advertisement