Prediksi Awal Ramadhan 2025 Tanggal Berapa? Simak Penjelasannya
26 February 2025, 19:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4367929/original/019356000_1679486630-Memantau-Hilal-Awal-Ramadhan-1444-Hijriah-Herman-6jpg.jpg)
Umat Muslim di Indonesia menantikan datangnya bulan suci Ramadhan 1446 H / 2025 M. Berbagai lembaga telah mengeluarkan prediksi mengenai awal Ramadhan, namun terdapat perbedaan. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting tentang kapan tepatnya awal Ramadhan 2025?
Prediksi awal Ramadhan 2025 melibatkan beberapa lembaga, antara lain PP Muhammadiyah, Kementerian Agama (Kemenag), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Perbedaan prediksi ini disebabkan oleh perbedaan metode yang digunakan dalam penentuan awal bulan Ramadhan, yaitu metode hisab yang digunakan Muhammadiyah dan metode rukyatul hilal yang digunakan pemerintah, yang juga mempertimbangkan hasil perhitungan astronomi.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya tentang prediksi awal puasa Ramadhan 2025 yang bisa dijadikan acuan sementara sebelum Sidang Isbat resmi diselenggarakan, Selasa (25/2/2025).
Advertisement
Prediksi Awal Ramadhan 2025 Kapan?
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Keputusan ini berdasarkan metode hisab yang mereka gunakan. "1 Ramadan jatuh Sabtu 1 Maret 2025 dan 1 Syawal 1446 jatuh pada Senin 31 Maret 2025," kata Sekretaris PP Muhammadiyah Sayuti dalam konferensi persnya kepada media, pada Rabu (12/2/2025).
Kementerian Agama (Kemenag) juga memperkirakan awal Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Namun, ini masih berupa prediksi dan akan diputuskan secara resmi melalui sidang isbat yang mempertimbangkan hasil rukyatul hilal.
Melansir dari kemenag.go.id, Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah (Urais Binsyar) pada Ditjen Bimas Islam Kemenag, Arsad Hidayat, menjelaskan bahwa berdasarkan data hisab, ijtimak (perpaduan Bulan dan Matahari) terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025.
Berbeda dengan prediksi Muhammadiyah dan Kemenag, Profesor Thomas Djamaluddin dari BRIN memprediksi awal Ramadhan 1446 H jatuh pada Minggu, 2 Maret 2025. Prediksi ini didasarkan pada perhitungan astronomi dan menunjukkan kemungkinan perbedaan dengan penetapan pemerintah karena posisi bulan yang belum memenuhi kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura) di beberapa wilayah Indonesia pada tanggal 28 Februari 2025.
"Posisi Bulan saat maghrib 28 Februari 2025 di Banda Aceh tinggi toposentriknya 4,5 derajat sedangkan elongasi geosentriknya 6,4 derajat. Ini sedikit melebihi kriteria MABIMS yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat," jelas Thomas dikutip dari kanal YouTubenya.
Meskipun beberapa lembaga memprediksi awal Ramadhan 2025 pada tanggal 1 Maret, ada kemungkinan perbedaan penetapan tanggal antara pemerintah dan beberapa lembaga lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan metode penentuan awal bulan Ramadhan, antara metode hisab yang digunakan Muhammadiyah dan metode rukyatul hilal yang digunakan pemerintah. Kepastian tanggal awal Ramadhan 2025 akan diumumkan setelah sidang isbat yang dilakukan oleh pemerintah.
Melansir dari antaranews.com, prediksi awal Ramadhan 2025 menunjukkan adanya potensi perbedaan. Hal ini penting untuk dipahami agar umat Islam dapat bersiap menghadapi kemungkinan perbedaan penetapan tanggal awal Ramadhan.
Advertisement
Awal Ramadhan 2025 Pemerintah Ditentukan dari Sidang Isbat
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4799100/original/097176500_1712662971-IMG_0607.jpg)
Di Indonesia, penetapan awal Ramadhan dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) setelah melalui sidang isbat. Sidang isbat merupakan forum yang mempertimbangkan dua hal utama, yakni hasil perhitungan hisab dan hasil rukyatul hilal.
Hisab adalah perhitungan astronomi untuk menentukan posisi bulan, sedangkan rukyatul hilal adalah pengamatan langsung hilal (bulan sabit muda) setelah matahari terbenam.
Sidang isbat melibatkan berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, ahli falak, BMKG, dan pemerintah. Prosesnya diawali dengan pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi, dilanjutkan dengan verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia. Setelah itu, dilakukan musyawarah dan pengambilan keputusan yang akan diumumkan secara resmi oleh Menteri Agama.
Melansir dari kemenag.go.id, sidang isbat awal Ramadhan 1446 H dijadwalkan pada 28 Februari 2025. Hasil sidang isbat ini akan menjadi penentu resmi awal Ramadhan bagi umat Islam di Indonesia. Keputusan ini mengacu pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Pentingnya sidang isbat terletak pada upaya untuk menyatukan pandangan dan memastikan penetapan awal Ramadhan yang diterima oleh seluruh umat Islam di Indonesia. Proses ini melibatkan pertimbangan ilmiah dan keagamaan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan keputusan yang adil dan diterima secara luas.
Sidang isbat juga menjadi bagian penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam di Indonesia. Adanya mekanisme ini, perbedaan pendapat dapat diselesaikan melalui musyawarah dan menghasilkan keputusan bersama yang mengikat.
Memahami Momen Sidang Isbat di Indonesia
Sidang Isbat merupakan proses penting dalam penentuan awal bulan dalam kalender Hijriah di Indonesia, khususnya untuk menentukan awal Ramadhan, Syawal (Idul Fitri), dan Zulhijjah (Idul Adha). Proses ini menggabungkan perhitungan astronomi (hisab) dengan pengamatan langsung hilal (rukyat). Hasil hisab memberikan prediksi posisi bulan, sementara rukyat bertujuan untuk memastikan visibilitas hilal secara faktual.
Proses sidang isbat melibatkan berbagai pihak, termasuk Kementerian Agama, organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah, ahli falak, dan BMKG. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas data hisab dan hasil rukyat dari berbagai lokasi di Indonesia. Pertimbangan utama adalah memastikan visibilitas hilal yang memenuhi kriteria tertentu, seperti ketinggian dan elongasi tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam sidang isbat seringkali mengacu pada kesepakatan MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Kriteria ini menetapkan ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Namun, posisi bulan yang sebenarnya bisa bervariasi tergantung pada lokasi geografis.
Hasil sidang isbat akan diumumkan secara resmi oleh Menteri Agama dan menjadi acuan bagi seluruh umat Islam di Indonesia dalam menentukan awal bulan-bulan penting dalam kalender Hijriah. Keputusan ini diharapkan dapat diterima oleh semua pihak dan memperkuat persatuan umat.
Sidang isbat mencerminkan upaya Indonesia dalam menyelaraskan perhitungan astronomi dengan pengamatan langsung untuk menentukan awal bulan Hijriah. Proses ini merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan, yang bertujuan untuk memberikan kepastian dan keseragaman dalam pelaksanaan ibadah.
Informasi mengenai prediksi awal Ramadhan 2025 dan proses sidang isbat dapat diakses melalui berbagai sumber terpercaya, seperti situs web resmi Kementerian Agama, media massa nasional, dan situs web organisasi Islam. Memahami proses ini, diharapkan umat Islam dapat lebih siap dan bijak dalam menyambut bulan suci Ramadhan.