Agen Perjalanan China Batalkan Kerja Sama dengan Kamboja Hanya 2 Minggu Setelah Bikin Kesepakatan, Ada Apa?
18 December 2025, 17:30 WIB
Online travel agent (OTA) asal China, Trip.com menjadi berita setelah membatalkan perjanjian kerja sama dengan otoritas pariwisata Kamboja hanya berselang sekitar dua minggu dari kesepakatan. Hal itu menyusul kekkhawatiran para pengguna aplikasi mereka, khususnya dari Tiongkok dan Thailand, soal informasi pribadi dapat bocor dan disalahgunakan.
Menurut laporan media berita lokal Tiongkok, ST Headline, Trip.com telah menjalin kemitraan promosi pariwisata dengan Otoritas Pariwisata Nasional Kamboja (NTA). Perjanjian tersebut ditandatangani pada 1 Desember 2025 oleh wakil presiden Trip.com dan kepala eksekutif NTA.
Berita tentang kerja sama tersebut dengan cepat memicu kekhawatiran di kalangan pengguna Tiongkok. Banyak pengguna media sosial mengatakan bahwa mereka berencana untuk menghapus akun mereka di Ctrip, perusahaan induk Trip.com, karena khawatir data pribadi mereka dapat dijual atau ditransfer ke geng penipu yang beroperasi di Kamboja.
Beberapa warganet China bahkan membagikan tangkapan layar yang menunjukkan bahwa mereka telah menghapus akun Ctrip mereka. Seorang pengguna online menulis, "Saya membatalkan akun Ctrip saya tadi malam setelah menggunakan platform tersebut selama delapan tahun. Saya lebih memilih membayar tiket pesawat yang lebih mahal daripada menerima panggilan penipuan dari Kamboja."
Menurut ST Headline, kerja sama dengan Kamboja bukanlah satu-satunya alasan di balik reaksi negatif tersebut. Beberapa pengguna juga menyebutkan insiden kebocoran data Ctrip pada 2014, yang dilaporkan memengaruhi keputusan mereka untuk berhenti menggunakan platform tersebut.
Pengguna Trip.com Ramai-ramai Hapus Akun
Kontroversi tersebut kemudian menyebar ke Thailand. Channel 3 melaporkan bahwa sejumlah pengguna Trip.com di Thailand juga mulai menghapus akun mereka dan menghapus aplikasi dari ponsel mereka setelah mengetahui tentang kemitraan tersebut.
Kekhawatiran yang meningkat mendorong Trip.com untuk mengeluarkan klarifikasi resmi dan mengumumkan pembatalan kerja samanya dengan NTA Kamboja. Dalam sebuah pernyataan, Trip.com Thailand menekankan bahwa perjanjian dengan NTA dimaksudkan semata-mata untuk promosi pariwisata.
Perusahaan tersebut mengatakan telah menandatangani kemitraan pemasaran serupa dengan otoritas pariwisata di beberapa negara lain. Trip.com menambahkan bahwa mereka memprioritaskan kepercayaan dan kekhawatiran pengguna, itulah sebabnya mereka memutuskan untuk menangguhkan kerja sama tersebut.
Perusahaan tersebut juga membantah rumor bahwa data pribadi telah dipertukarkan atau dijual sebagai bagian dari perjanjian tersebut. OTA tersebut juga menegaskan kembali komitmennya untuk mempertahankan standar privasi dan perlindungan data yang tinggi untuk memberikan pengalaman perjalanan yang aman dan terjamin bagi pelanggan.
Peringatan Perjalanan ke Perbatasan Kamboja-Thailand
Insiden ini terjadi di tengah kekhawatiran regional yang lebih luas mengenai operasi penipuan yang terkait dengan Kamboja. Pada bulan Oktober, Korea Selatan memperketat langkah-langkah untuk melindungi warganya yang tertipu untuk bekerja bagi geng penipuan yang berbasis di Kamboja.
Otoritas Korea Selatan melarang warga negaranya bepergian ke daerah-daerah tertentu, termasuk Gunung Bokor di Provinsi Kampot, Kota Bravet, dan Kota Poipet. Korea Times melaporkan bahwa pembatasan itu juga memengaruhi perjalanan ke negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam karena kedekatannya dengan Kamboja.
Di sisi lain, Pemerintah China memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke perbatasan Kamboja--Thailand untuk sementara waktu karena meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.
"Kedutaan Besar China di Kamboja baru-baru ini mengeluarkan peringatan keamanan lain agar warga China sementara tidak bepergian ke wilayah perbatasan Kamboja--Thailand," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Guo Jiakun, Kamis, 11 Desember 2025.
Saling Klaim Jadi Korban antara Kamboja dan Thailand
Bentrokan antara Thailand dan Kamboja telah memaksa lebih banyak warga mengungsi dari wilayah perbatasan, sementara jumlah korban jiwa naik menjadi 16 orang dari kedua pihak, hingga pekan lalu.
"Saat ini, kedutaan terus mengumpulkan informasi, memverifikasi laporan, serta memberikan perlindungan dan bantuan konsuler bagi warga China yang terdampak," ujar Guo.
Menteri Senior Kamboja Jenderal Kun Kim mengatakan sekitar 150.000 warga kini berlindung di lokasi penampungan sementara di berbagai daerah. Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh pasukan Thailand "terus menyerang" kawasan perbatasan dan situs budaya dengan "senjata berat dan jet tempur F-16" sejak awal pekan ini.
Kementerian Dalam Negeri Kamboja melaporkan 10 warga sipil tewas dan sekitar 60 lainnya terluka sejak bentrokan meletus pada Senin, 8 Desember 2025. Pemerintah Phnom Penh juga mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB, menuding Thailand melakukan "agresi bersenjata yang tidak diprovokasi, melanggar hukum, dan terus meningkat."