PM Jepang Sebut Selalu Terbuka untuk Dialog dengan China
18 December 2025, 07:00 WIB
Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi pada Rabu (17/12/2025) menegaskan bahwa Jepang tetap membuka pintu dialog dengan China, meskipun hubungan diplomatik kedua negara tengah memanas akibat pernyataannya terkait Taiwan.
"China adalah tetangga penting bagi Jepang dan kita perlu membangun hubungan yang konstruktif dan stabil," kata Takaichi dalam konferensi pers seperti dilansir CNA.
"Jepang selalu terbuka untuk berdialog dengan China. Kami tidak menutup pintu."
Pernyataan itu disampaikan di tengah ketegangan antara Tokyo dan Beijing yang dipicu oleh komentar Takaichi pada November lalu. Saat itu, ia menyatakan bahwa Jepang dapat melakukan intervensi militer jika Taiwan diserang.
China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, telah berulang kali mengancam akan menggunakan kekuatan untuk membawa pulau yang memerintah sendiri itu di bawah kendalinya.
Komentar Takaichi memicu reaksi diplomatik keras dari Beijing. Pemerintah China kemudian mengimbau warganya untuk menghindari perjalanan ke Jepang.
Dampak dari peringatan tersebut mulai terlihat pada data pariwisata. Angka resmi yang dirilis pada Rabu menunjukkan perlambatan signifikan dalam pertumbuhan jumlah wisatawan asal China.
Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), jumlah wisatawan dari China daratan yang berkunjung ke Jepang pada November hanya meningkat tiga persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini menjadi yang terlemah sejak Januari 2022.
Pada November, JNTO mencatat sekitar 560.000 pelancong asal China mengunjungi Jepang, dengan imbauan perjalanan dari Beijing disebut sebagai salah satu faktor utama di balik pertumbuhan yang relatif kecil tersebut.
Sebelumnya, pertumbuhan jumlah wisatawan China ke Jepang secara tahunan konsisten berada di kisaran dua digit selama beberapa bulan. Pada Agustus tercatat 36,5 persen, disusul 18,9 persen pada September, dan 22,8 persen pada Oktober.
Dampak Ketegangan China-Jepang terhadap Pariwisata
Meski banyak tur kelompok dari China dibatalkan, penurunan jumlah wisatawan China dinilai tidak sepenuhnya berdampak negatif pada sektor pariwisata.
"Penurunan jumlah tamu dari China diimbangi oleh pengunjung dari negara lain," kata Takayuki Kitanaka, juru bicara Biro Konvensi dan Pariwisata Osaka, kepada AFP.
"Banyak pelaku usaha melakukan berbagai upaya agar siap menyambut kembali wisatawan China begitu situasi mereda."
China masih menjadi sumber wisatawan terbesar bagi Jepang. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2025, menurut data resmi, hampir 7,5 juta wisatawan asal China mengunjungi Jepang, setara dengan seperempat dari total wisatawan asing.
Didorong oleh nilai tukar yen yang melemah, wisatawan China membelanjakan sekitar USD 3,7 miliar pada kuartal ketiga tahun ini.
JNTO mencatat bahwa setiap wisatawan asal China membelanjakan rata-rata 22 persen lebih banyak dibandingkan wisatawan dari negara lain pada tahun lalu.
Namun, sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh perusahaan riset Teikoku Databank menunjukkan respons dunia usaha yang beragam terhadap perlambatan pertumbuhan wisatawan asal China ke Jepang akibat imbauan perjalanan dari Beijing. Sebanyak 43 persen perusahaan menilai kondisi tersebut berdampak buruk bagi perekonomian Jepang, sementara 41 persen lainnya tidak memperkirakan adanya dampak signifikan.
"Hasil ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan menyikapi pembatasan perjalanan saat ini dengan relatif tenang," ungkap Teikoku Databank.
Ketegangan antara kedua negara kembali meningkat bulan ini setelah pesawat militer China mengunci radar ke arah jet tempur Jepang. Insiden itu mendorong Tokyo memanggil duta besar China.