Korea Selatan hingga Thailand Berebut Kunjungan Wisatawan China Saat Jepang Diboikot
08 December 2025, 09:00 WIB
Ketegangan diplomatik yang meningkat antara China dan Jepang menciptakan perubahan signifikan dalam peta pariwisata Asia. Beijing memboikot Jepang setelah Perdana Menteri Sanae Takaichi menyarankan intervensi militer di Selat Taiwan. Maskapai penerbangan China pun diperintahkan untuk menawarkan pengembalian dana kepada wisatawan China yang akan terbang menuju Jepang hingga akhir 2025.
Ratusan ribu wisatawan China pun kini mencari tujuan alternatif untuk liburan musim dingin mereka. Situasi ini membuka peluang emas bagi negara-negara tetangga untuk menarik kunjungan wisatawan China yang batal ke Jepang.
Data dari platform perjalanan China Qunar menunjukkan bahwa untuk akhir pekan 15 November 2025, Korea Selatan muncul sebagai tujuan luar negeri paling populer bagi wisatawan China, menggeser Jepang dari posisi teratas. Korsel juga menempati peringkat pertama dalam pembayaran tiket pesawat dan volume pencarian, diikuti Thailand, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Indonesia.
Meskipun data dari Organisasi Pariwisata Korea mencatat bahwa 4,7 juta wisatawan Tiongkok telah mengunjungi Korea Selatan antara Januari hingga Oktober 2025, melebihi total pengunjung tahun lalu, negeri ginseng menghadapi persaingan ketat. Thailand, Rusia, dan berbagai destinasi bebas visa lainnya kini menjadi magnet kuat.
"Sebagian besar tiket pesawat tur grup ke Jepang telah dibatalkan, dan kami sekarang malah mempromosikan paket untuk negara dan wilayah lain, seperti Thailand, Semporna (di Malaysia), Korea Selatan dan lainnya," kata Li Xiaoya, seorang agen perjalanan berbasis di Beijing, mengutip The Korea Times, Minggu, 7 Desember 2025.
Perubahan Rute dan Peningkatan Kapasitas Penerbangan
Pergeseran mendadak dari Jepang ini bertepatan dengan upaya strategis maskapai penerbangan Korea untuk memperluas dan mengintensifkan rute ke China, yang dianggap lebih menguntungkan daripada rute ke Jepang. Maskapai besar Korea dengan cepat menyesuaikan kapasitasnya untuk menampung permintaan yang meningkat.
Korean Air menambah jumlah penerbangan rute Incheon-Fuzhou dari tiga menjadi empat kali per minggu bulan lalu. Sementara, Asiana berencana mengoperasikan 165 penerbangan mingguan ke China pada Maret 2026, mencerminkan peningkatan kapasitas hingga 20 persen.
Operator kapal pesiar China juga merespons dengan memilih melewati pelabuhan Jepang dan memperpanjang masa tinggal mereka di destinasi seperti Pulau Jeju. Data dari Tongcheng Travel menunjukkan bahwa pemesanan hotel oleh turis Tiongkok untuk perjalanan ke Korea dalam dua minggu terakhir bulan November melonjak lebih dari 240 persen dari tahun ke tahun.
Namun, minat tinggi ini tidak hanya terfokus pada Korea. Pertumbuhan impresif juga terlihat pada tujuan Asia Tenggara seperti Vietnam dan Indonesia, yang bertumbuh lebih dari 100 persen year on year. Bahkan, destinasi yang lebih jauh seperti Jerman dan Spanyol menunjukkan peningkatan tahun-ke-tahun yang mengesankan, yaitu lebih dari 300 persen.
Persaingan Ketat dari Destinasi Bebas Visa
Hal itu memaksa maskapai penerbangan untuk melakukan penyesuaian cepat. Perwakilan penjualan dari maskapai China di Shanghai mengungkapkan bahwa mereka awalnya berencana mengurangi kapasitas penerbangan ke Thailand, tetapi memutuskan untuk meningkatkan kapasitas sebagai gantinya karena ketegangan yang berlangsung dengan Jepang.
Korea juga menghadapi tantangan signifikan dari negara-negara yang menawarkan kemudahan masuk tanpa visa. Tren ini sangat jelas terlihat di kalangan wisatawan China yang ingin segera menyesuaikan rencana perjalanan mereka tanpa melalui proses aplikasi visa yang rumit. Beberapa negara seperti Thailand dan Rusia menggunakan kebijakan tersebut sebagai daya tarik utama, terbukti dari lonjakan popularitas mereka.
Thailand, menurut data yang dirilis Qunar pekan lalu, menjadi tujuan utama wisatawan Tiongkok untuk periode liburan musim dingin, 15 Januari hingga 10 Februari 2026. Rusia juga diuntungkan berkat penerapan kebijakan bebas visa hingga 30 hari mulai bulan ini. Media China melaporkan bahwa pencarian dan pemesanan perjalanan ke Rusia melonjak menyusul pengumuman pembebasan visa tersebut, dengan pemesanan penerbangan meningkat 1,5 kali dari tahun ke tahun.
Bebas Visa versus Belanja Bebas Bea
Persaingan musim dingin ini diakui staf agen perjalanan yang melayani turis Tiongkok di Korea. Mereka mencatat bahwa meskipun ada sedikit peningkatan dalam pemesanan musim dingin setelah ketegangan Tiongkok-Jepang, kenaikannya tergolong sederhana. Alasannya adalah bahwa Januari dan Februari bukanlah bulan-bulan puncak perjalanan ke Korea.
"Ada banyak pilihan bagi wisatawan Tiongkok yang ingin merasakan lanskap musim dingin, termasuk tujuan domestik seperti Harbin atau lokasi internasional seperti Rusia dan berbagai negara Eropa. Korea Selatan menghadapi persaingan ketat di bidang ini," kata anggota staff tersebut.
Destinasi musim dingin tradisional di China, seperti Sanya di Provinsi Hainan, bersama dengan Thailand, biasanya mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun di kalangan wisatawan Tiongkok selama periode musim dingin, semakin mempersempit ceruk pasar bagi Korea.
Terlepas dari persaingan yang ketat, Korea Selatan mempertahankan daya tariknya, terutama bagi wisatawan dari kota-kota besar seperti Shanghai, berkat faktor geografis dan industri hiburan serta belanja yang kuat. Willow Zhao, seorang mahasiswa doktoral berusia 27 tahun di Shanghai yang baru-baru ini membatalkan perjalanannya ke Jepang, menyatakan bahwa ia secara aktif mempertimbangkan Korea karena lokasinya yang nyaman dan daya pikat belanja bebas bea, atau yang dikenal sebagai K-shopping.