Harga Bitcoin Anjlok di Bawah USD 90.000, Ini 3 Faktor Penyebabnya

21 November 2025, 14:39 WIB
Harga Bitcoin Anjlok di Bawah USD 90.000, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Harga Bitcoin (BTC) kembali menunjukkan pelemahan signifikan pada Jumat, 21 November 2025. Mata uang kripto terbesar di dunia ini diperdagangkan di bawah level USD 90.000. Harga BTC yang koreksi itu melanjutkan tren penurunan yang telah berlangsung sejak awal pekan.

Koreksi tajam ini tidak hanya menimpa Bitcoin, tetapi juga mayoritas aset kripto utama lainnya yang seragam bergerak di zona merah. Penurunan ini menghapus sebagian besar keuntungan yang telah dicetak Bitcoin sepanjang tahun ini, membawa sentimen pasar ke kondisi 'ketakutan ekstrem'.

Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan investor dan analis, mengingat Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi baru USD 111.970 pada Mei 2025 dan USD 126.210,50 pada 6 Oktober 2025. Penurunan drastis ini mengindikasikan adanya faktor-faktor fundamental dan teknikal yang membebani pasar kripto secara keseluruhan.

Berikut pergerakan bitcoin terbaru. Harga bitcoin (BTC) masih melanjutkan koreksi pada perdagangan Jumat, 21 November 2025 pukul 13.57 WIB. Harga bitcoin merosot 6,91% dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan terakhir, harga BTC terpangkas 12,03%. Saat ini, harga bitcoin berada di posisi USD 85.504,76 atau Rp 1,42 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.712).

Harga Ethereum juga bergerak di zona merah. Harga Ethereum (ETH) terpangkas 7,57% dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan terakhir, harga Ethereum merosot 13,12%. Saat ini, harga Ethereum berada di posisi USD 2.789,73 atau Rp 46,61 juta.

Sebagian besar kripto jajaran teratas pada Jumat siang ini masih berada di zona merah. Salah satunya cardano (ADA) yang catat koreksi terbesar. Harga Cardano melemah 9,49% dalam 24 jam terakhir. Harga ADA kini berada di posisi USD 0,4210.

Kapitalisasi pasar kripto turun 6,47% dalam sehari. Saat ini, kapitalisaasi pasar kripto sebesar USD 2,95 triliun atau Rp 49.309 triliun.

Faktor yang Mendorong Harga Bitcoin Tertekan

Faktor yang Mendorong Harga Bitcoin Tertekan

Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menuturkan, harga bitcoin terus tertekan didorong kombinasi tiga faktor besar yang saat ini mendominasi pasar.

Pertama, pasar kripto masih mengalami krisis likuiditas akibat efek berantai dari flash crash pada Oktober yang menghapus posisi leverage senilai USD 19 miliar atau Rp 317,71 triliun.

"Peristiwa itu melemahkan neraca market maker dan menciptakan kondisi pasar yang tipis secara likuiditas. Akibat, volatilitas meningkat dan risiko likuiditas berantai kembali terjadi, terlihat dari hampir USD 1 miliar posisi trader yang terlikuidasi hanya dalam satu hari," kata dia kepada Liputan6.com.

Faktor kedua, berasal dari tekanan makroekonomi global. Inflasi yang tetap tinggi telah menurunkan harapan penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) pada Desember dari 70% menjadi sekitar 40%. "Kebijakan suku bunga yang tinggi membuat investor enggan menempatkan dana pada aset berisiko seperti kripto," kata dia,

Faktor Lainnya yang Memicu Tekanan Harga Bitcoin

Faktor Lainnya yang Memicu Tekanan Harga Bitcoin

Selain itu, ia menambahkan arus keluar sebesar USD 4 miliar atau Rp 66,87 triliun dari ETF Bitcoin dan Ethereum sejak awal November menunjukkan melemahnya minat institusional.

"Korelasi bitcoin dengan pasar saham, khususnya S&P 500, juga meningkat, menandakan pergeseran modal ke aset yang dianggap lebih aman," tutur dia.

Faktor ketiga didorong pelemahan teknikal yang memperburuk sentimen pasar. Ia menuturkan, bitcoin menembus level support penting di USD 90.000 yang memicu sell order otomatis dan mempercepat penurunan harga.

"Indikator teknikal seperti RSI yang jatuh ke level oversol ekstrem serta munculnya death cross menunjukkan momentum bearish masih dominan," kata dia.

Ia mengatakan, level support berada di sekitar USD 83.800, yang menjadi titik kritis untuk melihat apakah harga dapat stabil atau justru melanjutkan penurunan lebih dalam.

"Secara keseluruhan, tekanan pada harga bitcoin terjadi karena gabungan krisis likuiditas, kondisi makro yang tidak mendukung dan sinyal teknikal bearish," kata dia.

Ia mengatakan, meskipun peluang rebound jangka pendek tetap ada karena kondisi oversold atau jenuh jual, pemulihan yang lebih kuat kemungkinan baru terjadi jika ada inflow baru ke exchange traded fund (ETF), sinyal dovish dari the Federal Reserve (the Fed) atau perbaikan likuiditas di pasar.

Koreksi Harga Bitcoin Wajar?

Koreksi Harga Bitcoin Wajar?

Saat ditanya mengenai koreksi harga bitcoin termasuk wajar, Fyqieh menuturkan, hal itu tergolong wajar dalam konteks siklus pasar kripto.

Ia mengatakan, setelah reli panjang yang membawa bitcoin ke area USD 90.000, pasar memang cenderung mengalami fase penyesuaian ketika likuiditas menipis dan tekanan makro meningkat.

"Pada masa sebelumnya, bitcoin juga sering mengalami koreksi tajam setelah mencapai level tertingginya, sebelum kemudian membentuk stabilisasi baru. Jadi secara historis, pergerakan seperti ini bukan hal yang luar biasa," kata dia.

Selain itu, sentimen makro yang berubah cepat turut membuat investor lebih berhati-hati. Ia mengatakan, harapan penurunan suku bunga the Fed yang melemah serta arus keluar dari ETF menciptakan kondisi pasar yang kurang mendukung, sehingga koreksi menjadi reaksi alami.

"Tekanan seperti ini sering muncul dalam periode ketidakpastidan ekonomi global, ketika kapital cenderung mengalir ke aset yang lebih aman dibandingkan kripto," tutur dia.

Level Support Bitcoin

Level Support Bitcoin

Ia mengatakan, dari sisi teknikal, koreksi ini juga masih dalam batas normal karena bitcoin telah memasuki wilayah overbought atau jenuh beli sebelum breakdown terjadi.

"Pelaku pasar memanfaatkan momentum tersebut untuk take-profit, sementara likuiditas yang tipis memperdalam penurunan," tutur Fyqieh.

Ia mengatakan, selama bitcoin masih mempertahankan level support mayor seperti di area USD 83.800 koreksi ini dapat dikatakan sebagai bagian dari konsolidasi sehat. "Bukan tanda perubahan tren jangka panjang," ujar dia.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Sumber : Liputan6.com