Rodrigo Paz Menangkan Pilpres Bolivia, Akhiri 20 Tahun Pemerintahan Berhaluan Kiri

21 October 2025, 09:48 WIB
Rodrigo Paz Menangkan Pilpres Bolivia, Akhiri 20 Tahun Pemerintahan Berhaluan Kiri

Rodrigo Paz, senator dari Partai Demokrat Kristen (PDC), memenangkan putaran kedua pemilihan presiden (Pilpres) Bolivia pada Minggu, mengalahkan rival konservatifnya Jorge Quiroga. Krisis ekonomi terburuk dalam satu generasi telah menjadi pendorong berakhirnya hampir 20 tahun pemerintahan sayap kiri di negara tersebut.

Menurut hasil awal dari Lembaga Pemilihan Umum tertinggi di Bolivia, Paz meraih 54,5 persen suara, unggul atas Quiroga yang memperoleh 45,5 . Namun, partai Paz tidak memegang mayoritas di Majelis Legislatif Plurinasonal Bolivia---parlemen nasional yang terdiri dari Majelis Rendah (Camara de Diputados) dan Senat (Camara de Senadores)---sehingga ia harus membangun koalisi dengan partai-partai lain agar dapat memerintah secara efektif.

Kemenangan senator berusia 58 tahun ini menandai perubahan bersejarah bagi Bolivia, yang sejak 2006 hampir terus-menerus diperintah oleh Gerakan Menuju Sosialisme (Movimiento al Socialismo atau MAS), partai yang pernah menikmati dukungan besar dari mayoritas penduduk pribumi.

Platform moderat Paz---yang berjanji mempertahankan program sosial sambil mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis sektor swasta---menarik simpati pemilih berhaluan kiri yang kecewa terhadap pemerintahan MAS yang didirikan oleh mantan Presiden Evo Morales, tetapi juga khawatir terhadap rencana penghematan ketat yang diusulkan Quiroga.

Dukungan terhadap MAS anjlok pada putaran pertama bulan Agustus di tengah krisis ekonomi yang semakin parah.

"Pemilu ini menandai titik balik politik," ujar Glaeldys Gonzalez Calanche, analis dari International Crisis Group. "Bolivia sedang menuju arah baru."

Kedua kandidat pada putaran kedua sama-sama berjanji untuk memperbaiki hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat---yang telah memburuk sejak 2009---serta mencari dukungan finansial dari Washington guna menstabilkan ekonomi Bolivia yang rapuh.

Pada akhir September, Paz mengumumkan rencana kerja sama ekonomi senilai USD 1,5 miliar dengan Amerika Serikat guna menjamin pasokan bahan bakar.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio mengatakan pekan ini bahwa kedua kandidat presiden menginginkan hubungan yang lebih kuat dan lebih baik dengan Amerika Serikat setelah puluhan tahun kepemimpinan yang cenderung anti-Amerika Serikat.

"Pemilu ini adalah peluang transformatif," ujarnya pada 15 Oktober seperti dilansir CNN.

Di luar sebuah tempat pemungutan suara di La Paz, seorang warga bernama Lourdes Mendoza mengaku lelah dengan era pemerintahan MAS.

"Anak-anak saya lahir dan tumbuh di bawah satu pemerintahan saja," tutur Lourdes. "Saya berharap mereka bisa melihat kemungkinan dan alternatif lain."

Perubahan Ekonomi

Kondisi ekonomi Bolivia yang rapuh menjadi isu utama kampanye putaran kedua. Ekspor gas alam yang dahulu melimpah kini menurun drastis, inflasi mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun, dan pasokan bahan bakar semakin langka.

Kedua kandidat sama-sama berjanji untuk mengubah sebagian kebijakan ekonomi era MAS yang berorientasi pada peran dominan negara, namun berbeda dalam pendekatannya. Paz mendukung reformasi bertahap---termasuk pemberian insentif pajak bagi usaha kecil dan peningkatan otonomi fiskal daerah---sementara Quiroga mengusulkan pemangkasan besar-besaran dan paket bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF).

"Kami akan memulai tahap baru demokrasi Bolivia di Abad ke-21," kata Paz kepada Reuters dua hari sebelum pemilihan, saat ditemui di peternakan keluarganya di Tarija, wilayah penghasil gas di selatan Bolivia. "Kami akan berusaha membangun ekonomi untuk rakyat, di mana negara tidak lagi menjadi poros utama."

Namun, tidak semua pemilih yakin kemenangan Paz akan benar-benar membawa perubahan dari warisan MAS.

"Saya pikir dia hanyalah boneka dari pemerintahan yang akan lengser," kata Esther Miranda, 21 tahun, warga La Paz yang bekerja di salon kuku.

Pendongkrak Popularitas

Kampanye Paz dinilai terbantu oleh pasangannya, Edman Lara, seorang mantan polisi yang terkenal lewat video-video viral di TikTok yang mengungkap kasus korupsi. Menurut para analis, daya tarik populis Lara membantu Paz menjangkau pemilih muda dan kelas pekerja.

Di lain sisi, para ekonom memperingatkan, pemerintahan baru akan menghadapi tantangan berat segera setelah dilantik---terutama dalam menjamin pasokan bahan bakar dan membangun koalisi di parlemen yang terpecah-belah.

Menteri hidrokarbon yang akan lengser, Alejandro Gallardo, mengatakan pekan lalu bahwa perusahaan energi milik negara tengah kesulitan memperoleh mata uang asing untuk mengimpor bahan bakar.

Paz mengatakan kepada Reuters bahwa ia telah menindaklanjuti persoalan tersebut melalui perjanjian pembayaran tangguh dengan para pemasok bahan bakar agar pasokan solar dan bensin dapat tiba dalam beberapa hari setelah ia dilantik.

Ia juga menyatakan akan mulai menghapus subsidi bahan bakar universal secara bertahap. Dukungan akan difokuskan pada kelompok rentan, sementara sektor besar seperti agribisnis akan membayar harga pasar.

"Pasar harus menyesuaikan harga, tetapi ada sektor-sektor yang akan tetap mendapat dukungan pemerintah sampai ekonomi kembali pulih," jelasnya.

Serikat buruh utama Bolivia, Central Obrera Boliviana (COB), sebelumnya telah memperingatkan akan menentang setiap kebijakan yang dianggap mengancam pencapaian sosial dan ekonomi selama ini---tanda bahwa pemerintahan Paz harus berhati-hati agar tidak memicu aksi protes di jalanan.

PDC pimpinan Paz memenangkan 49 dari 130 kursi di Majelis Rendah dan 16 dari 36 kursi di Senat, sedikit unggul dari koalisi Quiroga yang meraih 43 kursi di Majelis Rendah dan 12 kursi di Senat.

Sumber : Liputan6.com