Tak Bisa Disepelekan, Ini Peran Penting Investasi Asing
12 August 2025, 18:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3191714/original/083997000_1595849744-20200727-Pertumbuhan-Ekonomi-DKI-Jakarta-Turun-5_6-Persen-Akibat-Covid-19-3.jpg)
Foreign Direct Investment (FDI) alias investasi asing dinilai berperan kunci sebagai motor utama akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan pada semester I-2025, porsi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai 45,9% dari total realisasi investasi. Ini menunjukkan peran kunci modal asing dalam pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi.
"Data PDB Q2-2025 juga menegaskan investasi sebagai motor utama akselerasi pertumbuhan," katanya, dalam keterangan tertulis, Selasa (12/8/2025).
Josua menegaskan, ketahanan investasi asing ini akan sangat ditentukan oleh permintaan global dan efektivitas stimulus domestik. Ia menyebut menjaga arus PMA bukan sekadar soal masuknya dana, tetapi juga transfer teknologi, pendalaman rantai pasok, dan perluasan basis ekspor.
"Ini prasyarat agar pertumbuhan 5% bertahan tanpa beban fiskal yang berlebihan," ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi naik 6,99% pada kuartal II-2025 secara tahunan.
Ini didorong oleh pertumbuhan belanja modal pemerintah sebesar 30,37% secara tahunan dan impor barang modal jenis mesin yang tumbuh 28,16%. Kenaikan PMTB ini berkontribusi 2,06% terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II yang menyentuh angka 5,12%.
Advertisement
Produk Domestik Bruto
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5196554/original/086520400_1745413930-20250423-Perkotaan-ANG_1.jpg)
Sementara itu, PMTB menyumbang 27,83% dari sisi Produk Domestik Bruto (PDB). Ini menjadikannya komponen terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga yang mencapai 54,25%. Kinerja PMTB pada triwulan II 2025 menunjukkan lonjakan tajam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan I, PMTB hanya tumbuh sebesar 2,12% persen yoy. Ini bahkan melambat dibandingkan triwulan IV 2024 yang tumbuh 5,04%.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,12% di Luar Ekspektasi, Ini Penjelasan Pengamat
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year).
Angka ini sedikit meleset dari ekspektasi beberapa ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5 persen. Kendati demikian, sejumlah ekonom menilai bahwa capaian ini masih wajar dalam konteks perkembangan ekonomi nasional terkini.
Menurut pengamat ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, angka 5,12 persen tersebut masih bisa diterima secara logis.
"Data pertumbuhan ekonomi kuartal II dari BPS, dalam hemat saya, masih cukup reliable dan bisa dipercaya. Raihan 5,12 persen di kuartal II tahun ini sangat bisa dipahami," kata Ronny dalam keterangan tertulisnya dikutip Liputan6.com, Minggu (10/8/2025).
Ia menilai berbagai komponen pembentuk pertumbuhan seperti konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor masih menunjukkan performa yang cukup stabil dan mendukung capaian tersebut.
Ronny menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan tipis didorong oleh momen tahun ajaran baru. Fenomena ini biasanya mendorong pengeluaran tambahan di sektor pendidikan dan kebutuhan anak sekolah, yang pada akhirnya menyumbang pada pertumbuhan konsumsi nasional.
"Kenaikan tipis konsumsi rumah tangga ditopang oleh momen tahun ajaran baru, yang mengharusnya banyak keluarga di Indonesia untuk berbelanja kebutuhan tahun ajaran baru," ujarnya.
Angka PHK
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5196558/original/009232800_1745413932-20250423-Perkotaan-ANG_5.jpg)
Adapun besarnya angka PHK di sektor manufaktur memang tak bisa juga dipungkiri. Angkanya cukup mengkhawatirkan.
Tapi pertumbuhan investasi baru juga tak bisa dinafikan, yang membuka lapangan pekerjaan jauh di atas angka PHK formal yang ada.
"Artinya, perekonomian nasional masih mampu menyerap cukup banyak lapangan pekerjaan, meskipun Incremental Labour Output Ratio (ILOR) Indonesia masih belum mencapai titik optimal," ujarnya.