Langkah Mengejutkan Donald Trump Guncang Industri Hiburan dan Kecantikan Korea Selatan
12 August 2025, 22:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4363973/original/012046500_1679223657-n-beefsteak-a-20171103.jpg)
Tarif Trump sebesar 25 persen untuk semua barang impor yang masuk ke Amerika Serikat (AS) dari Korea Selatan yang berlaku mulai 1 Agustus 2025 telah mengejutkan banyak pihak, khususnya industri hiburan dan kecantikan Negeri Ginseng. Awalnya, kebijakan ini ditujukan untuk menekan sektor industri berat, seperti baja dan setengah konduktor.
Namun dalam praktiknya, tarif yang ditetapkan Presiden AS, Donald Trump, ini mencakup seluruh ekspor Korea Selatan. Mengutip KBIZoom, 1 Agustus 2025, tarif Trump juga mencakup produk budaya populer, seperti album musik, merchandise, serta produk kosmetik K-beauty.
Tarif baru tersebut diperkirakan akan menyebabkan kenaikan harga pada produk-produk yang sebelumnya mudah diakses para penggemar. Artinya, fans K-pop di AS harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli album, lightstick, maupun merchandise resmi dari idola mereka.
Menurut Quartz, kebijakan tarif Trump bisa secara drastis memengaruhi profitabilitas dan ketersediaan produk-produk K-pop di Negeri Paman Sam, yang selama ini merupakan pasar ekspor hiburan terbesar bagi Korea Selatan.
Advertisement
Panic Buying
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5303221/original/051465300_1754051426-hiu-yan-chelsia-choi-9tcrQwRmcKI-unsplash.jpg)
Pada 2024, nilai ekspor album fisik K-pop mencapai lebih dari 292 juta dolar AS (sekitar Rp4,7 triliun), dan AS jadi salah satu kontributor utama dari angka tersebut. Jika tarif ini diterapkan secara menyeluruh, banyak pelaku industri memperkirakan penurunan signifikan dalam penjualan, serta potensi terhambatnya pertumbuhan budaya Korea secara global, khususnya di Barat.
Para penggemar sudah merasakan dampaknya. Pesanan rata-rata di Weverse Shop, yang biasanya berharga sekitar 75 dolar AS (sekitar Rp1,2 juta), kini naik jadi 95 dolar AS (sekitar Rp1,5 juta) atau lebih sebelum menambahkan biaya pengiriman internasional sebesar 30--60 dolar AS (sekitar Rp490Rp980 ribu).
Kenaikan ini telah memicu kepanikan belanja di seluruh komunitas penggemar, dengan banyaknya pemesanan album, lightstick, pakaian, dan buku foto eksklusif dalam jumlah besar.
Ancaman tarif juga memicu serbuan produk K-beauty, yang sangat populer di kalangan konsumen AS. Pada 2024, AS mengimpor kosmetik Korea senilai 1,7 miliar dolar AS (sekitar Rp27,8 triliun), meningkat 54 persen dari tahun sebelumnya.
Advertisement
Potensi Dampak Budaya dan Ekonomi
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5303222/original/095717300_1754051427-joel-muniz-aJe1a2ZpubA-unsplash.jpg)
Amrita Bhasin, seorang penggemar berusia 24 tahun di New Jersey, dalam sebuah wawancara dengan AP News mengatakan, "Saya membeli masker wajah untuk tiga bulan dari MediHeal dan U-Need. Jika tarif ini berlaku, saya tidak akan mampu membelinya lagi."
Mary Lovely, peneliti senior di Peterson Institute for International Economics, memperingatkan dampaknya akan lebih dari sekadar angka. "Budaya pop Korea, termasuk K-beauty, K-drama, dan K-pop, mengikuti gelombang global yang sama. Tarif 25 persen tidak akan mematikannya, tapi mempersulit akses dan mengurangi antusiasme konsumen."
Ini bukan hanya tentang produk, tapi partisipasi. Quartz menekankan bahwa fandom K-pop beroperasi sebagai ekonomi emosional. Membeli album dan merchandise sering kali merupakan bentuk loyalitas, identitas, dan membangun komunitas.
Pebisnis eceran K-pop independen yang berbasis di AS, seperti Choice Music LA dan Hello82, yang mengandalkan impor cepat dari Korea, sangat rentan. Peningkatan biaya dapat mengakibatkan keterlambatan pengiriman, harga lebih tinggi, dan berkurangnya benefit pre-order eksklusif yang selama ini diharapkan para penggemar.
Ada Keringanan Sebagian, tapi ...
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5303223/original/054256500_1754051429-chris-robert-1MkR9ehe9Fg-unsplash.jpg)
Pada Kamis, 31 Juli 2025, pejabat Korea Selatan dan AS mencapai kesepakatan sementara yang menghasilkan pengurangan tarif dari 25 persen jadi 15 persen. Kesepakatan ini dicapai dengan syarat adanya peningkatan investasi Korea di sektor infrastruktur AS, serta komitmen membeli lebih banyak energi dari Amerika.
Meski dianggap sebagai langkah positif, tarif yang direvisi ini tetap menimbulkan kekhawatiran besar, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah yang memiliki margin keuntungan terbatas. Di sisi lain, meski penjualan digital terus berkembang, album fisik masih memainkan peran penting dalam membentuk citra artis, mendongkrak posisi di tangga lagu, dan mempererat interaksi dengan penggemar.
Dalam konteks global saat ini, di mana batas antara budaya pop dan kebijakan politik semakin kabur, kebijakan tarif menyoroti betapa rentan hubungan antara perdagangan internasional dan ekonomi emosional yang didorong fandom. Tarik ulur kepentingan ini bisa berdampak panjang pada ekosistem hiburan Korea di pasar internasional.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5179950/original/018680400_1743673315-250403_INFOGRAFIS_TARIF_IMPOR_ALA_DONALD_TRUMP_P_01.jpg)