Istithaah Jemaah Haji Indonesia Jadi Sorotan Arab Saudi, Kapuskeshaj Bakal Perbaiki Sistem Screening agar Tak Kecolongan Lagi

13 June 2025, 17:00 WIB
Istithaah Jemaah Haji Indonesia Jadi Sorotan Arab Saudi, Kapuskeshaj Bakal Perbaiki Sistem Screening agar Tak Kecolongan Lagi

Istithaah jemaah haji Indonesia jadi salah satu yang disorot pihak Arab Saudi dalam pertemuan dalam delegasi Amirul Hajj beberapa waktu lalu. Mereka mempertanyakan tentang jemaah haji yang wafat tak lama setelah mendarat di Arab Saudi yang angkanya dinilai signifikan.

Mengutip situs Kementerian Agama, istithaah adalah kemampuan jemaah haji secara jasmaniah, ruhaniah, pembekalan, dan keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa menelantarkan kewajiban terhadap keluarga.

Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji (Kapuskeshaj) Kementerian Kesehatan Liliek Marhaendro menyatakan tugas memeriksa istithaah jemaah haji ada di Kemenkes melalui puskesmas sebagai fasilitas kesehatan yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Data kesehatan jemaah kemudian dicek ulang begitu mereka tiba di embarkasi sebelum keberangkatan.

Mereka yang dianggap memenuhi kriteria 'sehat' menurut Kemenkes, barulah diizinkan pergi ke Arab Saudi untuk berhaji. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, manipulasi data bisa saja terjadi dengan berbagai penyebabnya.

"Di antara teman-teman yang periksa kesehatan jemaah haji kita itu ada yang merasa barangkali kasihan, atau barangkali memang dari pihak keluarganya pun minta supaya diloloskan saja, sehingga bisa jadi hasil pemeriksaannya pun misalnya, tingkat severity level (tingkat keparahan)nya 2 dijadikan 1. Itu bisa terjadi," kata Liliek ditemui di Bandara Internasional King Abdulaziz Jeddah, Arab Saudi, Kamis, 12 Juni 2025.

Tidak Mudah Meyakinkan Calon Jemaah Haji

Tidak Mudah Meyakinkan Calon Jemaah Haji

Meski begitu, pihaknya akan mengonfirmasi ulang kepada petugas di fasilitas kesehatan terkait, khususnya di faskes yang memeriksa jemaah haji yang wafat atau sakit. Fokus kajian adalah riwayat penyakit jemaah sebelum wafat.

"Itu yang nanti akan kami jadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki sistem screening kesehatan kita di tahun yang akan datang," kata Liliek.

Ia mengatakan sejak tahun sudah mulai mengetatkan istithaah jemaah haji Indonesia. Pihaknya bahkan berinisiatif untuk menghubungi calon jemaah haji yang diestimasikan berangkat pada tahun berikutnya agar status kesehatan mereka diketahui lebih awal dan dipersiapkan agar lebih baik sebelum berangkat berhaji.

"Yang kita inginkan, sebelum dia dapat panggilan untuk melunasi itu (biaya haji), kesehatannya sudah kita siapkan sehingga nanti kalau kita siapkan duluan, pas nanti dia dipanggil untuk melunasi, dia sudah istithaah," jelas Liliek.

Faktanya, tidak mudah meyakinkan calon jemaah haji. Berkaca dari pengalaman pada tahun lalu terkait pemberangkatan jemaah haji 2025, calon jemaah haji malah menganggap informasi yang disampaikan staf Kemenkes sebagai kebohongan atau bahkan penipuan.

"Bulan Agustus tahun lalu kami sudah melakukan namanya sosialisasi kesehatan haji. Waktu itu di Jambi yang pertama. Yang kami dapatkan apa? Waktu jemaah kami hubungi, dia enggak yakin. Ini penipuan ya? Ini dari mana? Karena ternyata mungkin banyak yang mengiming-imingi mau berangkat, ternyata enggak jadi," ia menguraikan.

Sampaikan Lebih Awal, Siapkan Lebih Lama

Sampaikan Lebih Awal, Siapkan Lebih Lama

Maka itu, pihaknya butuh dukungan beragam pihak, khususnya dari penyelenggara layanan haji seperti Kementerian Agama atau Badan Penyelenggara Haji, untuk menyampaikan informasi tersebut kepada jemaah secara langsung. Penyampaiannya diharapkan bisa lebih awal untuk memberi waktu persiapan yang lebih cukup, bukan mendadak.

"Pembinaan kesehatan ini kalau mau dijadikan benar-benar sebagai panglima, maka yang kita upayakan pertama adalah bagaimana kita menyiapkan jemaah yang sudah mendaftar sekian tahun yang lalu,... nanti pas berangkat, dia sudah sehat," ucap Liliek.

Setelah penyelenggaraan haji 2025 selesai nanti, Kemenkes berharap bisa bergerak bersama dengan pihak Kemenag atau BP Haji untuk bisa segera memastikan calon jemaah haji yang akan berangkat pada tahun depan. Dengan begitu, tenaga kesehatan di puskesmas di seluruh penjuru akan bisa mulai bekerja untuk memeriksa dan memantau kondisi kesehatan calon jemaah haji.

Bila dalam pembinaan awal dideteksi bahwa kondisi kesehatan calon jemaah tidak bisa diperbaiki lagi, pihaknya bisa pelan-pelan mengedukasi calon jemaah haji dan keluarganya untuk merelakan porsinya kepada keluarganya. "Kita juga bisa misalnya memberitahukan kepada Kemenag, ini yang bisa dipanggil, ini yang tidak," imbuhnya.

Pendekatan ke KBIH

Pendekatan ke KBIH

Selain penyiapan calon jemaah sebelum berangkat, Liliek menyatakan bahwa tak kalah pentingnya menjaga kondisi jemaah haji selama berada di Tanah Suci. Itu karena mayoritas jemaah yang sakit dan wafat setelah lama tinggal di Tanah Suci.

Ia berpendapat salah satu pemicunya adalah aktivitas ibadah sunah atau kegiatan sampingan yang padat selama di tanah suci. Menurutnya, agenda itu biasa disiapkan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) sebagai bagian dari layanan untuk jemaah haji.

"Mesti kita sampaikan ke teman-teman KBIH supaya paket kegiatan yang diberikan kepada jemaah haji yang tidak memberatkan. Ya kalau misalnya dia punya program umrah sunnah, jangan kebanyakan lah. Dua atau tiga kali saja, jangan sampai lebih dari lima kali yang membuat jemaah kelelahan.

"Kita sudah berupaya untuk screening seketat apapun, tapi kalau jemaah sebelum masa Armuzna sudah kelelahan karena banyak aktivitas sunah yang dilakukan, ini kan juga jadi berabe. Buat apa gitu kalau akhirnya dia kelelahan dan akhirnya sakit gitu," imbuhnya.

<p>Infografis 3 Kriteria Jemaah Indonesia Dapat Badal Haji Gratis. (Liputan6.com/Abdillah)</p>
Sumber : Liputan6.com