Apa Itu Micromanagement yang Bisa Mengganggu Produktivitas dan Kreativitas di Tempat Kerja?

15 June 2025, 10:05 WIB
Apa Itu Micromanagement yang Bisa Mengganggu Produktivitas dan Kreativitas di Tempat Kerja?

Dalam dunia kerja, memang tidak selalu berjalan dengan mulus. Terlebih bagi Anda yang masih berstatus sebagai pegawai dan memiliki atasan yang suka mengontrol.

Misalnya saja, apa yang harus Anda kerjakan di hari itu, menjadwalkan rapat, bahkan tidak segan untuk mengatur apa yang Anda pakai saat bekerja. Pernahkah Anda mengalaminya? Jika demikian, bisa jadi atasan Anda memiliki kecenderungan micromanagement.

Merujuk dari TruworthWellness, Jumat (13/6/2025) micromanagement adalah ketika seorang bos mengawasi dan mengendalikan setiap hal kecil yang dilakukan karyawan. Hal ini membuat karyawan merasa mengalami gangguan kesehatan mental, seperti stres dan kurang termotivasi.

Para pemberi kerja mungkin kesulitan mengembangkan tim mereka, dan klien mungkin mengalami penundaan. Hal ini buruk bagi semua orang karena menciptakan stres, memperlambat segalanya, dan membuat pekerjaan menjadi kurang menyenangkan.

Dampak Bagi Organisasi

Bagi para pemberi kerja, micromanagement berarti mereka menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa karyawan, yang dapat memperlambat pekerjaan dan mempersulit tim untuk berkembang. Hal ini juga dapat mempersulit mempertahankan karyawan yang baik yang mungkin merasa terkekang.

1. Produktivitas yang berkurang

Ketika para bos terus-menerus mengawasi karyawan, hal ini memperlambat pekerjaan. Karyawan merasa tidak dapat membuat keputusan sendiri, sehingga mempersulit mereka untuk memunculkan ide-ide baru atau bekerja lebih cepat.

2. Masalah retensi karyawan

Bayangkan merasa seperti seseorang selalu mengawasi dan memberi tahu Anda apa yang harus dilakukan. Hal itu membuat karyawan tidak senang dan ingin pindah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Ketika banyak karyawan yang pindah, sulit bagi perusahaan untuk menjaga semuanya berjalan lancar.

3. Dampak pada budaya organisasi

Micromanagement berarti atasan mengendalikan segalanya, yang membuat karyawan merasa tidak bisa menjadi bagian dari tim. Sulit bagi orang untuk bekerja sama dan menjadi kreatif jika mereka merasa diawasi sepanjang waktu.

Dampak pada Karyawan

Dampak pada Karyawan

Bagi karyawan, micromanagement dapat membuat mereka merasa kurang termotivasi, stres, dan seperti tidak dipercaya. Mereka mungkin kehilangan kepercayaan diri dan kreativitas karena mereka selalu khawatir melakukan hal-hal persis seperti yang diinginkan atasan.

1. Menurunnya semangat kerja

Ketika seseorang selalu memeriksa pekerjaan Anda, rasanya mereka tidak memercayai Anda. Hal ini dapat membuat karyawan merasa sedih dan kurang bersemangat dalam melakukan pekerjaan mereka.

2. Peningkatan stres dan kecemasan

Hal ini seperti ada seseorang yang mengawasi Anda sepanjang hari. Hal itu dapat membuat orang khawatir dan stres, yang tidak baik untuk kesehatan mental mereka.

3. Pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat

Ketika atasan tidak membiarkan karyawan membuat keputusan, mereka kehilangan kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru dan berkembang. Hal ini seperti menghentikan pertumbuhan tanaman dengan tidak memberinya cukup sinar matahari dan air.

Dampak pada Pihak Ketiga di Luar Organisasi

Bahkan pihak ketiga, seperti klien atau mitra yang bekerja dengan perusahaan yang sering menerapkan micromanagement, mungkin menyadari adanya penundaan atau kurangnya fleksibilitas karena keputusan selalu memerlukan persetujuan dari atasan.

1. Ketidakpuasan Pelanggan

Jika karyawan tidak dapat bekerja dengan baik karena mereka terlalu diatur, hal itu akan memengaruhi kualitas produk yang ditawarkan perusahaan. Hal ini dapat membuat pelanggan tidak senang, dan mereka mungkin tidak akan kembali lagi.

2. Kemitraan dan kolaborasi

Micromanagement dapat menimbulkan masalah saat bekerja dengan perusahaan atau orang lain. Jika perusahaan terlalu mengontrol, orang lain mungkin tidak ingin bekerja sama dengan mereka.

Aspek Psikologis yang Menyebabkan Micromanagement

Aspek Psikologis yang Menyebabkan Micromanagement

Micromanagement dapat berasal dari berbagai faktor psikologis, dinamika organisasi, dan sifat individu. Berikut adalah beberapa aspek psikologis yang dapat berkontribusi pada micromanagement:

1. Takut gagal

Manajer yang memiliki micromanagement sering kali takut gagal atau konsekuensi yang tidak pasti, baik untuk diri mereka sendiri maupun tim mereka. Ketakutan ini menyebabkan mereka terlalu mengontrol setiap detail untuk memastikan segala sesuatunya dilakukan dengan 'benar.' Mereka mungkin percaya bahwa cara mereka adalah satu-satunya cara untuk menghindari kesalahan.

2. Perfeksionisme

Individu dengan kecenderungan perfeksionis mungkin melakukan micromanagement karena standar mereka yang tinggi dan keinginan agar semuanya sempurna. Mereka berjuang untuk mendelegasikan tugas karena mereka takut orang lain tidak akan memenuhi harapan mereka yang tinggi.

3. Masalah kepercayaan

Manajer mikro mungkin kurang percaya pada kemampuan tim mereka, yang dapat berakar pada pengalaman negatif masa lalu atau rasa tidak aman mereka sendiri. Mereka merasa perlu mengawasi setiap tugas untuk menjaminnya dilakukan dengan benar.

4. Masalah Komunikasi dan umpan balik

Terkadang, manajer yang tidak memiliki keterampilan komunikasi yang efektif atau kesulitan memberikan umpan balik yang membangun mungkin menggunakan micromanagement sebagai cara untuk memastikan tugas diselesaikan sesuai dengan visi mereka, alih-alih membimbing tim mereka dengan benar.

5. Kurangnya keterampilan delegasi

Beberapa manajer mungkin tidak terlatih secara memadai dalam teknik delegasi. Akibatnya, mereka mungkin kembali ke micromanagement sebagai gaya default, tidak mengetahui cara menetapkan tugas dan tanggung jawab secara efektif.

Strategi untuk Mencegah Micromanagement

Strategi untuk Mencegah Micromanagement

Menangani micromanagement sering kali memerlukan perpaduan antara kesadaran diri, pelatihan kepemimpinan, peningkatan keterampilan komunikasi, membangun kepercayaan, dan menciptakan budaya kerja yang mendukung yang mendorong otonomi dan akuntabilitas di antara anggota tim.

Berikut adalah beberapa strategi mudah untuk mencegah micromanagement:

1. Tentukan harapan dengan jelas

Berikan pedoman, tujuan, dan sasaran yang jelas kepada anggota tim Anda, yang memungkinkan mereka memahami apa yang diharapkan dari mereka. Kejelasan ini mengurangi kebutuhan untuk pengawasan terus-menerus.

2. Delegasikan secara efektif

Tetapkan tugas berdasarkan kekuatan dan keterampilan individu. Delegasikan tanggung jawab sambil memberikan otonomi yang cukup bagi anggota tim untuk melaksanakan tugas dengan cara mereka sendiri.

3. Dorong komunikasi terbuka

Bina lingkungan tempat anggota tim merasa nyaman mengomunikasikan kemajuan, tantangan, dan ide mereka. Pemeriksaan rutin dapat membantu tanpa menjadi sombong.

4. Percayai dan berdayakan tim Anda

Tunjukkan kepercayaan pada kemampuan tim Anda. Memberdayakan mereka untuk membuat keputusan dalam lingkup pekerjaan mereka, yang memungkinkan inovasi dan pertumbuhan.

5.Hargai batasan

Hindari mengawasi atau terus-menerus ikut campur kecuali diperlukan. Hargai ruang dan waktu pribadi, dan biarkan anggota tim bekerja secara mandiri.

Infografis Nobel Sastra (Liputan6.com/Deisy Rika)
Sumber : Liputan6.com