Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Tegaskan Tak Ada Booking Lahan di Kawasan Wisata dan Perkemahan

04 June 2025, 11:30 WIB
Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Tegaskan Tak Ada Booking Lahan di Kawasan Wisata dan Perkemahan

Belum lama ini berdar video yang memperlihatkan seorang pendaki diusir usai mendirikan tenda di kawasan wisata Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Dalam video yang diunggah pemilik akun Instagram @friendsadventure17 pada 1 Juni 2025, dinarasikan bahwa pendaki tersebut diusir oleh pendaki lain yang mendaki dengan jasa open trip.

Menanggapi ramainya video viral pendaki yang diduga melakukan booking lahan camping di gunung, pihak Balai Taman Nasional Gunung Merbabu menegaskan bahwa setiap pendaki punya hak yang sama saat mendaki.

Dalam unggahan di akun Instagram @btb_gn_merbabu yang juga dibagikan ulang akun @harleysastha, @btn_gn_rinjani dan @mountaineeringfeed.indonesia pada Senin, 2 Juni 2025, dituliskan bahwa semakin sering terdengar cerita pendaki "mandiri" yang merasa "terusir" dari area camping atau perkemahan.

Hal itu diyakini terjadi karena adda penyelenggara open trip yang datang lebih dulu dan mematok tempat, bahkan "booking" area untuk rombongannya. Mereka pun tidak menyisakan tempat untuk pendaki lain atau pendaki mandiri.

-

Hak dan Kewajiban Pendaki Gunung

Hak dan Kewajiban Pendaki Gunung

Mereka melanjutkan, ini bukan hanya soal camp dan tenda, tapi soal etika, keadilan akses, dan juga ruang hidup satwa liar dan tanggung jawab bersama untuk berbagi ruang dan menjaganya.

"Open trip boleh, tapi jangan sampai menyingkirkan yang lain atau hak orang lain, juga satwa liar dan kehidupan liar lainnya. Pendakian sejatinya adalah tentang kewajiban, hak, dan berbagi, bukan mendominasi," tulis unggahan tersebut.

"Silahkan teman-teman lihat tanggapan dan pendapat saya setelah mencermatinya: mengenai hal ini - etika yang dilanggar, dan risiko yang mungkin muncul kalau dibiarkan," lanjutnya.

"Silahkan berbagi pendapat di kolom komentar - termasuk yang mengalaminya dan pernah melihatnya - insyallah bisa jadi bahan perbaikan untuk kemajuan dan kebaikan dunia pendakian gunung yang sama-sama kita cintai ini," sambungnya.

Mereka menambahkan bahwa gunung bukan tempat bebas seenaknya---walau terbuka untuk umum, tetap ada aturan dan batasan. Sebagian besar jalur pendakian berada di kawasan konservasi dan hutan lindung. Artinya, pengelolaannya berada di tangan negara dan harus mengutamakan prinsip keberlanjutan, keselamatan, dan keadilan akses.

Etika dan Regulasi

Etika dan Regulasi

"Ini bukan sekadar etika, tapi juga diatur dalam regulasi yaitu: UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 19 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Kehutanan, UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan UU No. 32 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya," lanjutnya.

"Jadi kalau kita mendaki, kita sedang berada di ruang publik yang dilindungi hukum. Kita bukan cuma tamu di alam, tapi juga penjaganya," tutup unggahan tersebut.

Dalam unggahan lainnya pada Senin, 2 Juni 2025, akun @btn_gn_merbabu menuliskan, "Belakangan ini, makin sering terdengar pendaki mandiri merasa tersisih karena area camp "dikuasai" oleh rombongan open trip yang datang duluan dan matokin tempat."

"Ingat: di Merbabu, tidak ada sistem booking area. Semua pendaki punya hak yang sama. Ini bukan sekadar soal tenda---tapi soal etika, keadilan akses, dan ruang hidup satwa liar. Open trip? Silakan. Tapi jangan sampai menyingkirkan yang lain. Mendaki bukan soal siapa yang paling duluan, tapi siapa yang paling bijak berbagi ruang."

Memantau Para Pendaki

Memantau Para Pendaki

Agar insiden serupa tidak terulang, pihak Taman Nasional Gunung Merbabu juga akan mengirimkan tim yang berpatroli untuk memantau para pendaki yang melanggar aturan.

Baru-baru ini Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni melakukan penanaman bersama sejumlah influencer di Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Menhut menekankan penerapan zero waste dan zero accident dalam pendakian.

"Saya sedang berusaha berbenah untuk memperbaiki tata kelola Taman Nasional kita, jadi kemarin saya ke Rinjani, kita mulai serius menerapkan zero waste zero accident, dulu Rinjani itu gunung yang terkenal cantik, indah, tapi juga terkenal dengan sampahnya, sekarang kita coba dengan serius pertama dengan menerapkan kuota," ujar Menhut Raja Antoni, Selasa, 27 Mei 2025, dikutip dari kanal News Liputan6.com.

Dalam kunjungan kerjanya, Menhut melakukan peninjauan di jalur pendakian Gunung Merbabu via Selo, Boyolali. Menhut juga mengecek CCTV dan penerapan Radio Frequency Identification (RFID) yang merupakan gelang untuk memantau posisi para pendaki.

Kegiatan Menhut di Gunung Merbabu

Kegiatan Menhut di Gunung Merbabu

Ia juga melakukan penanaman bersama sejumlah influencer diantaranya Jerhemy Owen, Yura Yunita, Dion Wiyoko, Tarra Budiman, Della Dartyan Mariane Rumantir, Tisa Biani hingga Daffa Wardana. Menhut lantas turut melepas pasa influencer ini untuk melanjutkan perjalanan mendaki Gunung Merbabu bersama WWF.

"Saya senang sekali, saya gembira saya bahagia, rencana yang sudah diplan beberapa saat yang lalu akhirnya terjadi, temen-temen yang menanam akan berjalan sekitar 4,5 jam, mudah-mudahan selamat dan kembali membawa kenangan indah dan manis," tuturnya.

Mantan Wakil Kepala OIKN ini juga berpesan agar seluruh pihak turut terlibat menjaga alam. Menurutnya alam bukan merupakan warisan melainkan titipan dari generasi mendatang yang perlu dijaga.

"Kita butuh awareness bareng-bareng, jadi kita harus switch dari menebang jadi menanam. Jadi intinya kita mau mengubah mindset kita karena keindahan alam hutan itu bukan warisan dari orang tua tapi titipan dari generasi yang akan datang," ujarnya.

<p>Daftar barang yang wajib dibawa saat naik gunung. (dok. Liputan6.com/Abdillah)</p>
Sumber : Liputan6.com