Bursa Saham Eropa Melesat Setelah Perundingan Dagang AS-China
13 May 2025, 16:24 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3458092/original/058728000_1621299694-BEL_david-vincent-7XcGC0S_6MA-unsplash__1_.jpg)
Bursa saham Eropa bergerak menguat pada perdagangan Selasa, (13/5/2025). Penguatan bursa saham Eropa terjadi di tengah ketidakpastian prospek perdagangan global meski ada jeda 90 hari dalam perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Mengutip CNBC, indeks Stoxx 600 Eropa menguat 0,2% pukul 09.51, Selasa pagi waktu London. Indeks FTSE 100 Inggris sedikit berubah. Sedangkan indeks CAC 40 di Prancis menguat 0,1%. Indeks DAX Jerman di bawah garis mendatar.
Bursa saham global menguat pada Senin, 12 Mei 2025 setelah berita AS dan China sepakat memangkas tarif tinggi selama 90 hari, meningkatkan harapan perang dagang yang sedang berkembang dapat dihindari.
Di sisi lain, saham Bayer melonjak 9% setelah rilis kinerja. Saham reasuransi Munich Re turun 3,6% setelah perusahaan mengatakan klaim yang timbul dari kebakaran hutan Los Angeles pada Januari diprediksi mencapai 1,1 miliar euro atau USD 1,2 miliar. Jumlah itu sekitar Rp 19,99 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.665).
Sementara itu, bursa saham Asia Pasifik bervariasi. Namun, memberikan nada lebih pesimistis terhadap pasar Eropa seiring masih ada pertanyaan mengenai apa yang dapat terjadi setelah jeda 90 hari.
Sementara itu, saham berjangka AS melemah seiring investor menanti data inflasi AS terbaru menjelang data indeks harga produsen pada Kamis pekan ini.
Bursa saham Eropa juga akan dibayangi rilis kinerja keuangan dari SoftBank, Tata Motors, Nissan, Honda, Metro Bank dan Bayer. Rilis data termasuk penjualan ritel Inggris dan angka pengangguran. Survei sentimen ekonomi ZEW Jerman juga akan dirilis.
Advertisement
Wall Street
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3301506/original/069207400_1605801124-Wall_Street.jpg)
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melesat pada perdagangan Senin, 12 Mei 2025. Wall street melesat setelah AS dan China sepakat memangkas tarif sementara menyusul negosiasi selama akhir pekan di Swiss. Negosiasi perdagangan itu meningkatkan harapan perang dagang tidak akan mendorong ekonomi ke resesi.
Mengutip CNBC, Selasa (13/5/2025), indeks Dow Jones melonjak 2,81% ke posisi 1.160,72 poun dan ditutup ke posisi 42.410,10. Indeks Dow Jones mendekat level tertinggi dengan aksi beli yang tetap kuat.
Indeks S&P 500 melambung 3,26% hingga ditutup ke posisi 5.844,19,sehingga kenaikannya sejak level terendah intraday pada April saat puncak pesismisme terhadap tarif menjadi lebih dari 20%. Tolok ukur tersebut telah memangkas kerugian pada 2025 menjadi hanya 0,6%.
Indeks Nasdaq naik 4,35% dan ditutup ke posisi 18.708,34. Hal ini karena kesepakatan awal dengan China membuat saham teknologi yang terkait dengan negara itu antara lain Tesla dan Apple melambung.
Kenaikan tiga indeks acuan tersebut mendorong kinerja terbaik sejak 9 April.
Adapun pada Senin, 12 Mei 2025, Menteri Keuangan Scott Bessent menuturkan, pembicaraan dengan China telah sangat produktif dan kedua negara telah sepakat untuk memangkas tarif sementara.
Tarif AS atas barang-barang China diturunkan menjadi 30%, dan tarif China atas impor AS dipangkas menjadi 10%. Bessent berharap untuk bertemu sekali lagi dengan perwakilan dari China dalam beberapa minggu ke depan untuk mulai menyelesaikan kesepakatan lebih besar.
Advertisement
Saham Teknologi Melesat
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3417790/original/054559700_1617321679-lo-lo-CeVj8lPBJSc-unsplash.jpg)
Saham Tesla melonjak hampir 7%, sementara Apple dan Nvidia masing-masing naik 6% dan 5%. Saham perusahaan yang paling bergantung pada barang-barang China mengalami reli paling besar. Saham Best Buy melonjak 6%, Dell Technologies naik hampir 8% dan Amazon bertambah lebih dari 8%.
"Pasar menguat karena investor terkejut dengan kecepatan kemajuan kesepakatan tarif perdagangan China," ujar CEO KKM Financial Jeff Kilburg.
Ketegangan antara China dan AS mencapai puncaknya pada April setelah Presiden Donald Trump menaikkan tarif terhadap Tiongkok menjadi 145%. Beijing kemudian membalas dengan mengenakan bea masuk sebesar 125% terhadap barang-barang AS.
S&P 500 hampir ditutup di wilayah pasar yang melemah bulan lalu turun hampir 20% dari rekor yang ditetapkan pada Februari --- menyusul pengumuman "hari pembebasan". Saham kemudian pulih karena Trump mengurangi tarif "timbal balik" tambahan pada sebagian besar negara di luar China dalam jeda 90 hari.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4995048/original/088256300_1730975735-Infografis_SQ_Efek_Donald_Trump_Menang_Pilpres_AS_ke_Perekonomian_Global.jpg)