Trump Ancam Bom Iran jika Tak Capai Kesepakatan Nuklir

31 March 2025, 12:42 WIB
Trump Ancam Bom Iran jika Tak Capai Kesepakatan Nuklir

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam Iran dengan pengeboman dan tarif sekunder pada Minggu (30/3/2025) jika negara itu tidak mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya.

Dalam pernyataan pertamanya sejak Iran menolak negosiasi langsung dengan AS pekan lalu, Trump mengatakan kepada NBC News bahwa pejabat AS dan Iran sedang berbicara. Namun, Trump tidak merinci lebih lanjut.

"Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman," kata Trump dalam wawancara via telepon, seperti dilansir CNA. "Pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya."

"Ada kemungkinan jika mereka tidak membuat kesepakatan, saya akan memberlakukan tarif sekunder terhadap mereka seperti yang saya lakukan empat tahun lalu."

Menteri luar negeri Iran mengatakan pada Kamis (27/3) bahwa negaranya telah membalas surat Trump via Oman, yang isinya menawarkan kesepakatan nuklir baru. Meski AS mendorong perjanjian nuklir baru, Iran menolak berunding langsung selama tekanan dan ancaman militer AS masih berlanjut.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengulangi kebijakan itu pada Minggu.

"Negosiasi langsung (dengan AS) telah ditolak, namun Iran selalu terlibat dalam negosiasi tidak langsung dan sekarang pula, pemimpin tertinggi menekankan bahwa negosiasi tidak langsung masih bisa dilanjutkan," ujarnya, merujuk pada Ayatullah Ali Khamenei.

Dalam wawancara dengan NBC News, Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif sekunder ---yang berdampak pada pembeli barang suatu negara--- terhadap Rusia dan Iran. Pekan lalu, dia menandatangani perintah eksekutif yang mengizinkan tarif semacam itu untuk pembeli minyak Venezuela.

Trump tidak menjelaskan lebih detail tentang tarif potensial tersebut.

Iran Lampaui Batas Kesepakatan Nuklir 2015

Iran Lampaui Batas Kesepakatan Nuklir 2015

Pada masa jabatan pertamanya (2017--2021), Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia lainnya yang membatasi ketat aktivitas nuklir Iran sebagai imbalan pencabutan sanksi.

Trump juga memberlakukan kembali sanksi AS secara luas. Sejak saat itu, Iran telah jauh melampaui batas-batas yang disepakati dalam program pengayaan uraniumnya.

Dalam kesepakatan nuklir 2015, Iran setuju membatasi tingkat pengayaan uranium maksimal 3.67 persen (untuk tujuan sipil) dan stok uranium tidak melebihi 300 kg.

Iran sejauh ini menolak peringatan Trump untuk membuat kesepakatan atau menghadapi konsekuensi militer.

Kekuatan Barat menuduh Iran memiliki agenda rahasia untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir dengan mengolah uranium hingga tingkat kemurnian fisil yang tinggi, melebihi apa yang mereka katakan sebagai pembenaran untuk program energi atom sipil.

Sementara itu, Iran sejak awal berkeras bahwa pengembangan nuklirnya semata-mata untuk kebutuhan energi, bukan militer.

Sumber : Liputan6.com