Direktur Eksekutif Ma'arif Institute: Ramadhan sebagai Momentum Melatih Moderasi dalam Kehidupan
26 March 2025, 03:20 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5174460/original/046677400_1742933477-Ustadz_Andar_Nubowo.jpg)
Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga kesempatan untuk melatih diri dalam menerapkan nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari.
Direktur Eksekutif Ma'arif Institute, Ustadz Andar Nubowo, Ph.D. mengupas makna moderasi dalam Islam melalui konsep Wasathiyah, yaitu prinsip hidup yang seimbang dan proporsional.
"Dalam Islam terdapat konsep ajaran Wasath atau Wasathiyah, yaitu ajaran yang moderat, sederhana, dan bersahaja," ujarnya, dalam tayangan program Takjilan Yuk Inspirasi Ramadhan di kanal YouTube BKN PDI Perjuangan, Selasa (26/3/2025).
Menurutnya, menikmati rezeki yang diberikan Allah adalah hal yang diperbolehkan, namun tetap harus dilakukan secara moderat.
"Kita boleh menikmati harta dan rezeki yang Allah berikan, tetapi dengan sikap yang tidak berlebihan. Tidak boleh konsumtif, apalagi jika itu hanya untuk pamer di media sosial hingga menimbulkan iri di hati orang lain. Itu tanda bahwa kita belum benar-benar hidup secara moderat," jelasnya.
Lebih lanjut, pria lulusan Universitas Sorbone, Perancis ini menekankan bahwa Ramadan adalah momen latihan spiritual bagi seorang Muslim agar mampu mengendalikan hawa nafsu dan menjalani kehidupan yang lebih seimbang.
"Dalam setahun, kita memiliki satu bulan khusus untuk riyadhah (melatih diri). Ramadan adalah kesempatan untuk mengasah jiwa, menjadi Muslim yang lebih terbuka, serta mampu menahan hawa nafsu yang negatif melalui ibadah puasa," tambahnya.
Advertisement
Teladan Perjalanan Kehidupan Rasulullah
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5174463/original/017978100_1742933796-Ustadz_Andar_Nubowo_2.jpg)
Namun, bersikap moderat bukan berarti hidup dalam keterbatasan atau memilih gaya hidup minimalis dalam arti negatif.
"Moderasi bukan berarti minimalis dalam arti menyengsarakan diri. Tetapi, ini tentang keseimbangan. Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana hidup dengan proporsional, tidak berlebihan, tetapi juga tidak kekurangan," ungkapnya.
Sebagai contoh, Ustadz Andar mengisahkan perjalanan hidup Rasulullah SAW sebelum diangkat menjadi Nabi, yang merupakan seorang pedagang sukses.
"Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang yang berdagang hingga ke negeri Syam. Beliau memiliki kekayaan, tetapi tidak dipamerkan. Justru, kekayaannya digunakan untuk bersedekah dan berjuang bagi umat manusia," paparnya.
Selain diskusi yang inspiratif, episode ini juga menghadirkan sajian khas berbuka puasa, yaitu Es Kacang Merah. Hidangan ini tidak hanya menyegarkan, tetapi juga memiliki nilai filosofis tentang keseimbangan dalam kehidupan selaras dengan prinsip moderasi yang dibahas dalam episode ini.
Program ini menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa Ramadan adalah momentum terbaik untuk meningkatkan kualitas diri dengan menjalani kehidupan yang lebih moderat, bertanggung jawab, dan penuh manfaat bagi sesama.
Advertisement