Bangun Kesadaran Mudik Lebaran Minim Sampah

22 March 2025, 08:30 WIB
Bangun Kesadaran Mudik Lebaran Minim Sampah

Momok risiko penumpukan sampah terus saja membayangi kebahagiaan mudik Lebaran setiap tahunnya. Maka itu, penting untuk membangun kesadaran secara kolektif dalam mengurangi berbagai kegiatan yang berpotensi menghasilkan limbah berlebih.

Sejak 2018, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), atau saat itu masih bernama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), telah menginisiasi "Mudik Minim Sampah" demi menangani dan mengurangi jumlah timbulan sampah akibat pergerakan masyarakat selama libur Idulfitri.

Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Berbahaya, dan Beracun (PSLB3) KLH, Ade Palguna Ruteka, mengatakan bahwa kampanye tersebut kembali terselenggara pada mudik Lebaran 2025. Pelaksaannya merujuk Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2025 tentang Pengendalian Pengendalian Sampah Hari Raya Idul Fitri 1446 H.

"Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan yang bekerja sama dengan Badan Litbang Kompas, data jumlah pergerakan masyarakat pada masa libur Idulfitri 1446 H diprediksi mencapai 146,48 juta, yang berpotensi menimbulkan sampah sekitar 73,24 juta kilogram (kg) dari berbagai aktivitas di ruang publik," ungkapnya melalui pesan pada Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 21 Maret 2025.

Ade menyambung, "Jumlah potensi timbulan sampah meningkat dibandingkan tahun 2024 yang menghadilkan 58 juta kg sampah. Hal ini disebabkan periode libur Lebaran yang lebih lama dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu selama 11 hari dan keluarnya kebijakan tentang Flexible Working Arrangements (FWA) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memungkinkan ASN mudik lebih awal."

Jenis Sampah yang Umum Ditemukan Saat Libur Lebaran

Jenis Sampah yang Umum Ditemukan Saat Libur Lebaran

Ade berkata bahwa jenis sampah yang umum ditemukan di periode libur Lebaran adalah sampah organik berupa sisa makanan, sampah dapur, dan sampah anorganik, yaitu plastik, kertas, dan kaleng/aluminium. Ia kemudian memberi beberapa tips agar pemudik bisa mengurangi sampah yang mereka timbulkan secara mandiri.

Pertama, membawa kantong belanja, botol minum, dan wadah makan sendiri untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai. "Kemudian, ambil makanan secukupnya dan selalu habiskan makanan. Juga, pilih makanan yang tahan lama atau tidak mudah busuk," ia menyarankan.

Keempat, jaga kebersihan makanan menggunakan wadah yang tepat untuk menghindari makanan mudah terkontaminasi. Lalu, pilah sampah dengan meletakkan sampah di wadah yang sesuai. Saat salat Idulfitri, kata Ade, bawa peralatan salat sendiri dari rumah, serta menggunakan alas salat yang dapat dipakai ulang atau menghindari penggunaan koran.

"Saat menunaikan zakat fitrah," ujar dia. "Pakai tas atau wadah yang dapat diguna ulang untuk menyerahkan zakat berupa beras. Panitia zakat juga (sebaiknya) menyediakan wadah guna ulang untuk menampung beras hasil zakat."

Kendati pembiasaan-pembiasaan ini mungkin tidak sepenuhnya familiar, itu bukan berarti tidak bisa dilakukan. Psikolog klinis dan dosen psikologi, Meity Arianty, menjelaskan bahwa pembentukan kebiasaan bukan sekadar mengandalkan kemauan, namun lebih pada memahami bagaimana kebiasaan terbentuk.

"Juga, ada strategi sederhana untuk membuatnya melekat. Misalnya, ingin bangun pagi untuk berolahraga, ini bukan sekedar mau saja, tapi bagaimana menerapkan strategi agar bisa bangun pagi dengan tidak tidur terlalu malam atau menyetel alarm agar bisa bangun pagi," katanya, juga melalui pesan, Senin, 17 Maret 2025.

Perubahan yang Berkelanjutan

Perubahan yang Berkelanjutan

Meity menyambung, "Perubahan juga bukan hanya untuk sehari-dua hari, namun berkelanjutan agar terbentuk pola pembiasaan. Kebiasaan itu merupakan perilaku otomatis, hal-hal yang kita lakukan tanpa pikir panjang, dan butuh perjuangan untuk membentuknya, karena kebiasaan butuh struktur supaya melekat."

"Jika sudah melakukan pembiasaan dan akhirnya terjadi perubahan, Anda jadi punya tanggung jawab untuk mengubahnya. Pembentukan kebiasaan itu lebih pada tindakan, jika dilakukan berulang, akan tertanam dalam otak kita sebagai perilaku otomatis," ia menjelaskan.

Ketika ditanya stimulus-stimulus seperti apa yang membuat ajakan "Mudik Minim Sampah" bisa diterima sampai akhirnya terbentuk jadi kebiasaan, Meity merekomendasikan, perbanyak iklan layanan masyarakat terkait pentingnya masalah sampah.

"Gandeng artis atau influencer agar dapat menjangkau masyarakat lebih luas sebab mereka punya banyak fans yang akan mengikuti kegiatan mereka," sebutnya. "(Menanggulangi) masalah sampah harus dimulai dari diri sendiri, di dalam rumah, sebab jika sudah ada kesadaran, akan lebih mudah."

Selain dalam bentuk imbauan, menurut Meity, langkah ekstrem yang bisa dilakukan pemerintah adalah memberlakukan denda bagi yang ketahuan membuang sampah sembarangan selama perjalanan mudik. Ia berkata bahwa ajakan "Mudik Minim Sampah" kemungkinan bisa diterima sebagian masyarakat menengah ke atas karena rata-rata dari mereka sudah memiliki kesadaran terkait sampah.

"Yang jadi PR adalah masyarakat menengah ke bawah yang kerap melakukan kebiasaan buruk terkait sampah. Itu sebabnya harus ada penekanan dan efek jera jika mau memulai pembiasaan baik. Memang harus bertahap sebab pembiasaan harus bertahap," tuturnya.

Kerja Sama dengan Banyak Pihak

Kerja Sama dengan Banyak Pihak

Awalnya, kata Meity, pasti akan sulit dan banyak pertentangan. "Namun jika pemerintah konsisten, akan terbentuk kebiasaan baik. Pemerintah harus mengimbau dan menyosialisasikan melalui iklan, menulisnya dalam aturan saat membeli tiket kendaraan umum, atau bagi pengguna kendaraan pribadi, harus dipastikan membawa kantong sampah sendiri."

Di sisi lain, Ade berkata, KLH telah mendorong kementerian/lembaga dan pemerintah daerah melakukan publikasi, serta kampanye "Mudik Minim Sampah." Pihaknya juga menyediakan materi publikasi tentang inisiasi tersebut.

"(KLH) melakukan pemantauan pengendalian sampah pada periode libur Hari Raya Idulfitri 1446 H di beberapa titik kepadatan, seperti terminal bus, stasiun kereta api, dan rest area. Kami juga memastikan sampah yang dihasilkan akan ditangani secara tepat," ucapnya.

"(KLH) melakukan perekaman data sampah yang telah dikelola ke dalam database Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) sebagai bahan evaluasi pengendalian sampah periode berikutnya," sambung Ade.

Meity menekankan, pemerintah mesti tegas agar ajakan mudik Lebaran minim sampah tidak dianggap angin lalu. "Pemerintah tidak bisa semata mengandalkan kesadaran masyarakat, sebab kebiasaan buruk terkait sampah sudah ada sejak dulu," sebutnya.

"Mengubah kebiasaan buruk itu perlu sosialisasi dan kerja sama berbagai pihak, dan jika diperlukan, ada aturan keras terkait itu, seperti memberi shock terapi dengan memberlakukan denda," tandasnya. Jadi, apa saja yang akan Anda lakukan untuk turut berpartisipasi dalam gerakan kolektif mudik Lebaran minim sampah?

<p>Infografis Daftar Rest Area Unik di Sepanjang Jalur Mudik Pulau Jawa. (Liputan6.com/Abdillah)</p>
Sumber : Liputan6.com