Kunjungan Kepala Intelijen Uni Emirat Arab ke AS: Fokus pada AI, Alih-alih Bahas Gaza
20 March 2025, 11:59 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4413953/original/025962500_1683105059-administration-gfb3e76f67_1280.jpg)
Uni Emirat Arab (UEA) menyampaikan pesan yang jelas selama kunjungan penasihat keamanan nasionalnya, Sheikh Tahnoon bin Zayed, ke Gedung Putih pada Selasa (18/3/2025): Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) masuk dalam daftar prioritas utama UEA dengan pemerintahan Donald Trump, sementara perang di Jalur Gaza tidak.
Tahnoon, yang mengenakan kacamata aviator karena kondisi matanya, memiliki banyak peran; mulai dari kepala intelijen hingga grand master catur dan investor teknologi. Dalam pertemuannya dengan Trump, peran terakhirnya sangat menonjol.
Menurut Wam, kantor berita resmi UEA, Trump menyambut Tahnoon dengan menggelar makan malam di Gedung Putih pada Selasa, di mana dia menegaskan kembali minat UEA untuk berinvestasi di sektor-seperti AI, teknologi, infrastruktur, dan kesehatan.
Dalam pertemuan dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, ungkap Wam, Tahnoon membahas cara memperdalam investasi UEA di bidang AI.
Tahnoon, yang dijuluki "sheikh mata-mata", memiliki fokus yang sangat tajam pada AI. Dalam kunjungan sebelumnya ke AS, Tahnoon bahkan mengirim seorang pejabat UEA ke kantor profesor Universitas George Washington, Jeffrey Ding, untuk mendapatkan salinan bukunya yang sulit ditemukan, yang merinci bagaimana AI akan mendorong pertumbuhan ekonomi global di masa depan. Demikian seperti dikutip dari Middle East Eye.
Sebagai ketua dua dana investasi Abu Dhabi dengan estimasi kekayaan bersih sebesar USD 1,4 triliun, Tahnoon memiliki lebih banyak uang daripada investor lain di dunia untuk disalurkan ke AI. Dia mengendalikan grup kecerdasan buatan G42, yang memperoleh investasi sebesar USD 1,5 miliar dari Microsoft di pusat data AI di UEA.
Advertisement
Kesepakatan Senilai USD 25 Miliar
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5125221/original/2900_1738921316-DALL__E_2025-02-07_16.40.57_-_A_futuristic_and_visually_stunning_illustration_of_Artificial_Intelligence._The_image_features_a_glowing_humanoid_AI_figure_with_a_sleek__high-tech_de.jpg)
Pemerintahan Joe Biden sebelumnya memberlakukan pembatasan ekspor chip AI canggih ke negara-negara seperti UEA. Kunjungan Tahnoon ke Washington bertujuan untuk memengaruhi pemerintahan Trump agar menilai ulang pembatasan tersebut dengan menegaskan kepada AS bahwa UEA adalah aset dalam pertarungannya untuk supremasi AI, bukan kapal bocor yang dapat dimanfaatkan China.
Beberapa waktu sebelumnya, UEA sempat memainkan peran antara Rusia dan China melawan AS, bahkan sampai memicu peringatan dari pejabat AS bahwa China sedang membangun pelabuhan militer di Emirat. Kecurigaan ini kemudian merambah ke sektor-sektor sensitif, seperti teknologi.
Namun, AI telah mengubah hubungan AS-UEA, dengan Tahnoon memilih teknologi AS daripada China dan mendekatkan negara kaya Teluk ini ke lingkup pengaruh AS.
UEA sudah menjalin hubungan baik dengan Trump ketika MGX, firma investasi Abu Dhabi yang diawasi Tahnoon, berjanji menginvestasikan USD 7 miliar dalam rencana infrastruktur AI yang diumumkan Trump.
Setelah kunjungan Tahnoon, ADQ, dana investasi negara Abu Dhabi yang dikelola Tahnoon, mengumumkan kemitraannya dengan firma ekuitas swasta AS Energy Capital Partners untuk menginvestasikan lebih dari USD 25 miliar dalam proyek energi untuk menggerakkan pusat data di AS.
Kunjungan Tahnoon bertepatan dengan kunjungan Sultan al-Jaber, kepala Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi, ke AS.
Wakil Presiden AS JD Vance memuji UEA dan Jaber dalam sebuah konferensi teknologi pada Selasa, sambil mengulangi kritiknya terhadap negara-negara Eropa yang sering dia kritik.
"Salah satu hal yang terus mereka tekankan - sayangnya terlalu sedikit sekutu Eropa kita yang memahaminya - adalah bahwa jika Anda ingin memimpin dalam kecerdasan buatan, Anda harus memimpin dalam produksi energi," kata Vance, menambahkan bahwa dia senang UEA hadir dalam konferensi teknologi tersebut.
Advertisement
UEA Semakin Berjarak dengan Negara Teluk terkait Gaza
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5101605/original/050905400_1737376502-20250120-Kota_Rafah-AFP_1.jpg)
Menurut pejabat AS dan Arab, jumlah modal yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dihabiskan UEA untuk AI dan teknologi AS memberi mereka pengaruh besar terhadap pemerintahan Trump.
Yang tidak hadir dalam kunjungan pejabat UEA adalah diskusi atau pernyataan publik tentang perang Israel di Jalur Gaza, yang kembali meletus pada Selasa ketika Israel mulai membombardir wilayah tersebut.
Prioritas UEA menunjukkan sejauh mana negara ini telah menjauh dari tetangga-tetangga Teluknya yang kaya.
Sementara Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman secara terbuka menuduh Israel melakukan genosida di Jalur Gaza, UEA terus berinteraksi dengan Israel.
Menurut laporan Middle East Eye, secara diam-diam, UEA telah mengambil jarak dari negara-negara Arab lainnya yang melobi pemerintahan Trump untuk menentang rencana rekonstruksi Jalur Gaza yang disusun oleh Mesir dan didukung oleh Liga Arab.
Menteri luar negeri UEA dilaporkan menerima rekannya dari Israel di UEA pada Januari sebelum gencatan senjata singkat tercapai di Jalur Gaza. Kedua negara menormalisasi hubungan pada 2020 di bawah Perjanjian Abraham yang digagas Trump.