Lebaran Idul Fitri 2025 Diperkirakan Serentak, Jatuh pada Senin 31 Maret 2025
20 March 2025, 10:30 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4403008/original/008750000_1681991372-20230420-Pemantauan-Hilal-Iqbal-7.jpg)
Berdasarkan analisis astronomi, Lebaran Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah diperkirakan akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Dengan begitu, lebaran 2025 akan dirayakan secara serentak.
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menjelaskan bahwa perhitungan berdasarkan kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) serta wujudul hilal menunjukkan keseragaman dalam penentuan awal Syawal tahun ini.
"Garis tanggal awal Syawal 1446 H menurut kriteria MABIMS berada di wilayah benua Amerika. Inilah adalah garis tanggal ketinggian 3 derajat dan ini garis tanggal elongasi 6,4 derajat geosentrik pada saat Maghrib 29 Maret, hilal tidak mungkin terlihat di Indonesia, maka satu Syawal 1446 menurut kriteria Mabims adalah 31 Maret 2025," ujar Thomas dikutip Kamis (20/3/2025).
Senada dengan itu, kriteria wujudul hilal juga menunjukkan hasil yang sama. "Garis tanggal wujudul hilal berada di luar Indonesia, tepatnya di Asia Tengah. Pada saat Maghrib 29 Maret, hilal di Indonesia masih di bawah ufuk, sehingga Idul Fitri juga jatuh pada 31 Maret 2025," tambahnya.
Dengan demikian, Idul Fitri tahun ini diprediksi akan dirayakan secara seragam pada Senin, 31 Maret 2025, baik oleh pemerintah maupun organisasi Islam di Indonesia.
"Kepastian resminya akan ditetapkan dalam Sidang Isbat pada 29 Maret 2025," kata Thomas Djamaluddin.
Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang penetapan (isbat) awal Syawal 1446 H pada 29 Ramadan yang bertepatan 29 Maret 2025. Menurut Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad, sidang isbat adalah metode yang selalu digunakan untuk menetapkan awal masuknya bulan baru seperti Ramadan pada beberapa waktu lalu.
"Kami akan menggelar sidang isbat awal Syawal, pada 29 Maret 2025. Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah," jelas Abu saat memimpin Rapat Persiapan Sidang Isbat Awal Syawal 1446 H di kantor pusat Kemanag, Jl MH Thamrin, Jakarta, Selasa (18/3/2024).
Advertisement
Metode Hisab dan Rukyat
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4403009/original/012218000_1681991373-20230420-Pemantauan-Hilal-Iqbal-8.jpg)
Abu menyampaikan, pada sidang isbat akan digunakan penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawwal. Hal itu merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam dan sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.
"Dalam fatwa itu disebutkan, penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI dalam hal iji Menteri Agama dan berlaku secara nasional," ujar Abu.
Secara hisab atau perhitungan astronomi, lanjut Abu, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB. Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.
"Data-data astronomi ini kemudian kita verifikasi melalui mekanisme rukyat," tegas Abu.
Dijeskan Abu, setidaknya ada dua dimensi dari proses pelaksanaan Rukyatul Hilal. Pertama, dimensi ta'abbudi.
"Rukyat sejalan sunnah Nabi yang sudah dilakukan sejak dulu untuk melakukan rukyat saat akan mengawali atau mengakhiri puasa," ujarnya.
"Sunnah ini dipertegas oleh Fatwa MUI bahwa penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah berdasarkan metode hisab dan rukyat. Ini juga bagian dari Syiar Islam. Ini penting," imbuh dia.
Advertisement
Infografis
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3444744/original/071507800_1619802041-Infografis_Tren_Hantaran_Lebaran_Kekinian.jpg)