Dampak Kebijakan Donald Trump, ETF Bitcoin Kehilangan Miliaran Dolar dalam 5 Minggu
18 March 2025, 16:00 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4740419/original/047203600_1707701768-fotor-ai-202402128350.jpg)
Dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin di Amerika Serikat mencatat penarikan dana bersih mingguan terpanjang sejak pertama kali diluncurkan pada Januari tahun lalu. Dalam lima minggu terakhir, total dana yang ditarik dari 12 ETF Bitcoin ini mencapai lebih dari USD 5,5 miliar, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Arus keluar besar-besaran ini dimulai setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih, yang menandakan bahwa investor kripto lebih khawatir terhadap kebijakan ekonomi dan perang dagang yang dipicunya dibandingkan kebijakan ramah kripto yang ia janjikan.
Direktur Derivatif di Amberdata, Greg Magadini mengatakan Bitcoin dan aset kripto secara keseluruhan masih sangat dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi saat ini.
"Saya tidak melihat Bitcoin akan bergerak secara independen dari aset berisiko dalam waktu dekat," kata Magadini, dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (18/3/2025).
Bitcoin dalam Tren Turun
Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi setelah kemenangan Trump dalam pemilu November lalu, tetapi mengalami penurunan yang cukup signifikan sepanjang tahun 2025. Hingga saat ini, Bitcoin telah turun sekitar 12% sejak awal tahun dan diperdagangkan di kisaran USD 83.500 pada pukul 10 pagi waktu London.
Dengan tekanan dari kebijakan ekonomi global serta ketidakpastian pasar, investor tampaknya mulai mengurangi eksposur mereka terhadap aset-aset berisiko seperti Bitcoin. Ke depan, masih perlu dilihat apakah tren arus keluar ini akan terus berlanjut atau pasar kembali stabil.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusaninvestasi.
Advertisement
Permintaan Bitcoin Menurun
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4876282/original/004384100_1719462261-fotor-ai-2024062711133.jpg)
Sebelumnya, permintaan Bitcoin (BTC) telah mencapai level terendah pada 2025, karena para pedagang dan investor mengambil pendekatan yang hati-hati terhadap aset berisiko akibat ketidakpastian ekonomi global.
Mengutip Cryptonews, Senin (17/3/2025) metrik Permintaan Bitcoin dari CryptoQuant menunjukkan permintaan BTC telah turun ke angka negatif 142 pada 13 Maret 2025.
CryptoQuant mencatat, permintaan Bitcoin yang positif sejak September 2024 telah memuncak pada Desember 2024 sebelum mulai turun perlahan kembali. Namun, tingkat permintaan tetap positif hingga awal Maret 2025 dan terus menurun sejak saat itu.
Advertisement
Perang Dagang
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5133405/original/8100_1739534500-DALL__E_2025-02-14_19.00.12_-_A_digital_illustration_featuring_various_cryptocurrency_coins__including_Bitcoin__BTC___Ethereum__ETH___Binance_Coin__BNB___Solana__SOL___and_meme_coi.jpg)
Kekhawatiran akan perang dagang yang berkepanjangan, ketegangan geopolitik, dan inflasi yang sangat tinggi, yang mereda tetapi tetap di atas target Federal Reserve sebesar 2%, menyebabkan para pedagang mengambil langkah mundur dari aset yang lebih berisiko dan beralih ke tempat berlindung yang aman seperti uang tunai dan surat berharga pemerintah.
Kehebohan pasca-pemilu AS juga telah mereda menyusul reaksi beragam dari para investor terhadap KTT Kripto Gedung Putih 7 Maret lalu, seiring dengan ketidakpastian ekonomi makro dan proses politik yang terjadi.
Meskipun angka inflasi CPI AS yang dilaporkan pada 12 Maret lebih rendah dari perkiraan, harga Bitcoin langsung turun setelah berita tersebut.