RI Masuk Daftar Target Tarif Impor Trump, Mendag Budi Buka Suara
18 March 2025, 14:45 WIBMenteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso buka suara terkait kabar Indonesia masuk dalam daftar negara yang ditargetkan terkena tarif impor Amerika Serikat, di bawah pemerintahan Donald Trump.
Mendag Budi Santoso memastikan, pihaknya terus mengantisipasi kebijakan perdagangan Trump.
"Ya mudah-mudahan nggak (kena tarif impor). Belum tahu (desas-desusnya)," ujar Budi saat ditemui di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025).
"Kita lagi antisipasi apa sih langkah-langkah yang harus kita lakukan," sambungnya.
Lobi Donald Trump
Budi juga menyebut, pihaknya tengah berupaya me-lobi AS agar tidak terkena tarif impor. Dia mencatat, Indonesia menempati urutan ke-15 dalam daftar penyumbang defisit perdagangan AS.
"Kita lagi mencoba. Jangan sampai nanti kita kena dampaknya. Jadi kita sedang antisipasi pasar kita," kata dia.
"Terus kita surplus ke-2 setelah India. Surplus kita itu USD 14,3 miliar. Jadi ekspor kita besar. Impor kita nggak terlalu besar dari Amerika. Kita jaga dulu. Jadi dalam waktu dekat ini (diupayakan) bagaimana lakses pasar kita ke sana aman, tetapi akses Amerika ke sini juga tidak diganggu," jelas Budi.
Budi juga memastikan, aliran perdagangan Indonesia ke AS masih aman, di tengah guncangan tarif impor ke China, Kanada dan Meksiko.
"Kemarin kami juga ketemu dengan Duta Besar Amerika, beliau sudah kasih kisi-kisi negara (terkena tarif impor), juga mengapa negara lain harus dikenakan," bebernya.
Diwartakan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan Indonesia termasuk dalam daftar negara yang menjadi sasaran tarif impor oleh Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
"Presiden Donald Trump dalam hal ini memang mengincar negara-negara yang memiliki surplus terhadap Amerika atau Amerika defisit terhadap negara tersebut," kata Sri Mulyani dalam konferensi Pers APN Kita Maret 2025, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (13/3).
Advertisement
Indonesia Urutan ke-15 Daftar Defisit Perdagangan AS
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1377604/original/096138700_1476789163-20161018-Ekspor-impor-RI-melemah-di-bulan-september-Angga-5.jpg)
"20 negara yang mencatatkan surplus terhadap Amerika artinya Amerika defisit terhadap negara ini, Indonesia ada di nomor 15 kalau kita lihat Tiongkok, Meksiko, Kanada," ujar Sri Mulyani.
Menkeu menyebut, langkah ini menandai pergeseran besar dalam sistem perdagangan global. Perdagangan yang sebelumnya berjalan berdasarkan aturan internasional kini lebih sering ditentukan secara sepihak oleh negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar, terutama AS.
"Jadi ini yang disebut the war game adalah sekarang di bidang ekonomi. Trade yang tadinya berdasarkan rule based sekarang bisa secara sepihak diubah," ujar Menkeu.
Advertisement
Perubahan Lanskap Perdagangan Global
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4902346/original/059937200_1721997344-20240726-Neraca_Perdangangan_RI-ANG_3.jpg)
Menkeu mengatakan, perang dagang tidak hanya terjadi antara AS dan Tiongkok, tetapi juga merambah ke berbagai negara lain yang memiliki hubungan dagang signifikan dengan AS.
Dalam daftar 20 negara dengan surplus perdagangan terhadap AS, Indonesia berada di posisi ke-15. Negara-negara lain yang memiliki surplus besar, seperti Tiongkok, Meksiko, Kanada, Vietnam, serta beberapa negara di Uni Eropa, telah mulai menghadapi kebijakan tarif yang lebih ketat dari AS.
"Indonesia ada di dalam rangkaing 15 dan ini akan berpotensi menciptakan biaya dari supply chain sektor manufaktur dan terutama untuk sektor digital yang akan meningkat," ungkap Menkeu.