Puncak Musim Kemarau Diprediksi Juni-Agustus 2025, Waspada Wilayah Rawan Kekeringan
18 March 2025, 12:10 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4565722/original/096542400_1693995924-20230906-Kekeringan_di_Sawah-ANG_4.jpg)
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) prediksi puncak musim kemarau 2025. Prediksi menunjukkan puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025, berdasarkan analisis data iklim dan cuaca. Peringatan ini disampaikan untuk mendorong antisipasi dini dari berbagai sektor guna menimalkan dampak buruk bagi masyarakat dan perekonomian.
Musim kemarau diprediksi dimulai Mei 2025 di berbagai wilayah Indonesia. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya kesiapsiagaan. Peringatan dini bertujuan agar masyarakat dan berbagai sektor dapat melakukan langkah-langkah antisipatif, termasuk pengelolaan sumber daya air dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam pernyataan pada Kamis, 13 Maret 2025, yang dikutip dari laman BMKG, Selasa (18/3/2025).
Wilayah Rawan Kekeringan dan Antisipasi Dini
BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau normal. Namun, beberapa daerah perlu mewaspadai potensi kekeringan yang lebih parah dari biasanya. Prediksi ini berdasarkan analisis data iklim dan cuaca terkini, mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi musim kemarau di Indonesia.
BMKG mengimbau masyarakat dan sektor terkait untuk melakukan antisipasi dini. Hal ini meliputi persiapan menghadapi potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di Sumatera dan Kalimantan. Kewaspadaan perlu ditingkatkan untuk meminimalkan dampak negatif.
Analisis detail BMKG menunjukkan puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025. Potensi peningkatan karhutla, terutama di Sumatera dan Kalimantan, juga menjadi perhatian utama.
Advertisement
Awal Musim Kemarau di Berbagai Wilayah
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2398979/original/077914500_1541161559-SUNGAI_CITANDUY-Muhamad_Ridlo.jpg)
Dwikorita menjelaskan jika dibandingkan dengan rerata klimatologinya (periode 1991-2020), awal musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya pada 207 zona musim (ZOM) (30%). Kemudian mundur pada 204 ZOM (29%), dan maju pada 104 ZOM (22%).
Wilayah yang diperkirakan mengalami awal musim kemarau sama dengan normalnya meliputi Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku serta sebagian Maluku Utara. Sementara itu, wilayah yang akan mengalami awal musim kemarau lebih lambat meliputi Kalimantan bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, di Sulawesi, sebagian Maluku utara dan Merauke.
Secara umum, musim kemarau 2025 diprediksi bersifat normal sebanyak 416 ZOM (60%), 185 ZOM (26%) diprediksi mengalami musim kemarau di atas normal, dan 98 ZOM (14%) diprediksi mengalami musim kemarau di bawah normal. Wilayah yang mengalami musim kemarau normal meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa bagian Timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang dengan memakai artificial intelligence
Advertisement
Musim Kemarau 2025 Mirip Tahun Sebelumnya
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4521888/original/068671200_1690882636-20230801-Gelombang-Panas-El-Nino-Jakarta-Faizal-2.jpg)
BMKG memperkirakan musim kemarau tahun ini akan bersifat normal di sebagian besar wilayah Indonesia, tanpa pengaruh kuat dari fenomena iklim global seperti El Nino atau La Nina. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menuturkan, kondisi ini membuat musim kemarau 2025 diperkirakan mirip dengan tahun sebelumnya.
"Musim kemarau tahun ini cenderung normal, tidak sekering tahun 2023 yang dipengaruhi oleh El Nio. Namun, tetap perlu diwaspadai karena ada beberapa wilayah yang mengalami musim kemarau lebih kering dari biasanya," ujar Ardhasena, demikian mengutip Antara.
Secara lebih rinci, BMKG membagi kondisi musim kemarau menjadi tiga kategori utama.
1.Kemarau dengan kondisi normal diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa bagian timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku dan sebagian besar Papua.
2.Kemarau lebih kering dari biasanya berpotensi terjadi di Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara dan Papua bagian selatan.
3.Kemarau lebih basah dibandingkan kondisi normal diperkirakan terjadi di sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat dan tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur serta sebagian kecil Sulawesi dan Papua bagian tengah.