Trump Deportasi 250 Imigran Terduga Anggota Geng Kriminal ke Penjara Raksasa El Salvador

17 March 2025, 08:54 WIB
Trump Deportasi 250 Imigran Terduga Anggota Geng Kriminal ke Penjara Raksasa El Salvador

Amerika Serikat (AS) mendeportasi lebih dari 250 orang yang diduga anggota geng, sebagian besar berasal dari Venezuela, ke El Salvador pada Minggu (16/3/2025). Keputusan ini diambil setelah Donald Trump secara kontroversial menginvokasi Alien Enemies Act, sebuah undang-undang tahun 1798 yang seharusnya hanya digunakan dalam masa perang.

Presiden El Salvador Nayib Bukele menyatakan bahwa 238 anggota geng Venezuela, Tren de Aragua, dan 23 anggota geng El Salvador, MS-13, telah tiba dan kini berada dalam tahanan. Langkah ini merupakan bagian dari kesepakatan di mana AS akan membayar El Salvador untuk menahan mereka di pusat penahanan terorisme berkapasitas 40.000 orang. Demikian seperti dikutip dari The Guardian.

Konfirmasi tersebut muncul beberapa jam setelah seorang hakim federal AS memperluas putusannya yang sementara memblokir pemerintahan Trump untuk menggunakan Alien Enemies Act.

Hakim James Boasberg berusaha menghentikan deportasi bagi semua individu yang dianggap memenuhi syarat untuk diusir berdasarkan keputusan Trump yang dikeluarkan pada Jumat (14/3). Boasberg juga memerintahkan penerbangan deportasi yang sudah di udara untuk kembali ke AS.

"Oopsie... Terlambat," tulis Bukele via platform media sosial X mengomentari langkah Boasberg, diikuti dengan emoji tertawa sambil mengeluarkan airmata.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio kemudian berterima kasih kepada Bukele.

"Terima kasih atas bantuan dan persahabatan Anda, Presiden Bukele," tulisnya X, menindaklanjuti unggahan sebelumnya di mana dia menyatakan bahwa AS telah mengirim '2 pemimpin MS-13 yang sangat berbahaya plus 21 orang yang paling dicari kembali untuk menghadapi keadilan di El Salvador'.

Rubio menambahkan, "Lebih dari 250 anggota musuh asing dari Tren de Aragua, yang telah disetujui El Salvador untuk ditahan di penjara mereka yang sangat baik dengan harga wajar, juga akan menghemat uang pembayar pajak kami."

Apa Itu Alien Enemies Act?

Apa Itu Alien Enemies Act?

Pada Jumat, Trump menginvokasi Alien Enemies Act untuk memerintahkan deportasi anggota geng Venezuela yang dituduhnya "menyusup secara ilegal" ke AS. AS secara resmi menetapkan Tren de Aragua sebagai "organisasi teroris asing" bulan lalu.

Dia mengklaim bahwa anggota geng tersebut "melakukan aksi kekerasan dan permusuhan dengan cara-cara yang tidak biasa" terhadap AS.

Alien Enemies Act adalah undang-undang yang diberlakukan di AS pada tahun 1798 sebagai bagian dari Undang-Undang Keamanan Negara (Alien and Sedition Acts). Tujuan utamanya adalah memberikan kekuasaan kepada pemerintah federal untuk mengusir atau menahan orang asing (alien) yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional, khususnya jika mereka berasal dari negara yang sedang berperang dengan AS.

Secara khusus, Alien Enemies Act memberikan kewenangan kepada presiden untuk menahan, mengusir, atau membatasi kebebasan orang asing yang berasal dari negara yang menjadi musuh atau yang sedang berperang dengan AS, tanpa melalui proses hukum yang panjang. Undang-undang ini juga memberi izin bagi pemerintah untuk menyaring atau memantau individu-individu yang berasal dari negara-negara tersebut.

Alien Enemies Act hanya pernah digunakan tiga kali sebelumnya, terakhir kali selama Perang Dunia II, untuk memenjarakan orang Jerman dan Italia serta untuk interniran massal warga sipil Jepang-AS.

Undang-undang ini awalnya disahkan oleh Kongres sebagai persiapan untuk apa yang diyakini AS sebagai perang yang akan segera terjadi dengan Prancis. Undang-undang ini digunakan pula selama Perang 1812 dan Perang Dunia I.

Jaksa Agung AS Pam Bondi mengkritik putusan Hakim Boasberg yang menghentikan deportasi.

"Perintah ini mengabaikan otoritas yang telah mapan mengenai kekuasaan Presiden Trump dan ini membahayakan publik serta penegak hukum," kata Bondi dalam pada Sabtu malam.

Namun, pengacara dari American Civil Liberties Union berargumen bahwa Trump tidak memiliki wewenang untuk menggunakan undang-undang ini terhadap geng kriminal, alih-alih terhadap negara yang diakui.

Lubang Neraka

Lubang Neraka

Pusat penahanan terorisme El Salvador, yang dikenal dengan singkatan Cecot, adalah proyek bernilai jutaan dolar yang menjadi pusat dari kebijakan anti-geng kontroversial Bukele. Sejak diluncurkan pada Maret 2022, kebijakan ini telah menyebabkan puluhan ribu orang dipenjara.

Cecot dibuka pada awal 2023 dan segera menjadi simbol bagi para pemimpin sayap kanan Amerika Latin yang ingin menunjukkan ketegasan mereka dalam memerangi kejahatan kepada para pemilih.

"Inilah caranya. Tegas terhadap kejahatan," kata Menteri Keamanan Argentina Patricia Bullrich dengan penuh semangat tahun lalu setelah berfoto di luar sel-sel penuh sesak di Cecot.

Penjara ini juga menarik perhatian sejumlah influencer media sosial dan jurnalis asing yang diundang untuk melihat langsung kondisi di dalamnya. Kunjungan mereka membantu Bukele mempromosikan kebijakan kerasnya, yang diklaim telah menurunkan tingkat pembunuhan di El Salvador yang sebelumnya sangat tinggi.

Namun, kondisi di dalam penjara ini digambarkan sangat keras.

"Kondisi di sana seperti sesuatu yang belum pernah Anda lihat... Tergantung sudut pandang Anda, ini bisa dilihat sebagai tindakan pencegahan yang efektif atau pelanggaran hak asasi manusia," ungkap jurnalis TV Australia Liam Bartlett setelah mengunjungi penjara yang dia sebut sebagai 'lubang neraka' tersebut.

Bartlett menambahkan, "Tidak ada seprai atau kasur. Para tahanan tidur di bingkai baja dingin dan makan makanan yang sama setiap hari. Mereka tidak boleh menggunakan alat makan, jadi makan dengan tangan. Hanya ada dua toilet terbuka di setiap sel besar dan lampu tetap menyala 24 jam sehari. Bayangkan berapa lama Anda bisa bertahan dalam kondisi seperti itu."

Kebijakan penahanan massal ini menuai kritik dari aktivis hak asasi manusia karena banyak tahanan yang dipenjara tanpa proses hukum yang jelas. Sejak kebijakan Bukele dimulai, lebih dari 100 tahanan dilaporkan meninggal di dalam penjara.

Selain itu, baik AS maupun El Salvador tidak memberikan bukti konkret bahwa puluhan tahanan Venezuela yang dikirim ke Cecot akhir pekan ini benar-benar anggota geng atau telah dihukum karena kejahatan tertentu. Hal ini semakin memicu pertanyaan tentang keadilan dan transparansi.

Sumber : Liputan6.com