Peran Penting Ibu Saat Puasa, Manajer Keluarga Menuju Ramadan Sehat

01 March 2025, 18:06 WIB
Peran Penting Ibu Saat Puasa, Manajer Keluarga Menuju Ramadan Sehat

Ibu sering disebut sebagai manajer keluarga dengan salah satu tugas pentingnya adalah memastikan nutrisi yang tepat bagi setiap anggota keluarga. Di bulan Ramadan, peran ini semakin krusial karena pola makan berubah drastis, dan kebiasaan buruk seperti konsumsi gula berlebih saat berbuka dapat mengancam kesehatan.

Dikutip dari Hidayatullah.or.id, Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta yang juga praktisi kesehatan Febi Sukma menjelaskan, Ramadan adalah tentang pengendalian diri, termasuk dari konsumsi berlebihan. Ironisnya, data 2023 menunjukkan Indonesia jadi salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di dunia.

"Puasa mengajarkan kita menahan, bukan hanya lapar dan haus, tetapi juga sifat mubazir yang tidak disukai Allah," kata Febi dalam forum Halaqah Gabungan & Tarhib Ramadhan yang digelar PD Muslimat Hidayatullah Depok dan PW Muslimat Hidayatullah Jawa Barat pada Ahad (23/2/2025) lalu.

Di sinilah peran ibu sebagai manajer keluarga menjadi krusial. Febi menekankan, ibu bertanggung jawab merencanakan pola makan sehat selama Ramadhan.

"Ibu yang teredukasi dan sehat akan membawa dampak positif bagi keluarga dan generasi berikutnya," katanya.

Febi membagikan tips praktis untuk ibu: kurangi gula berlebih dari minuman kemasan atau makanan olahan, pastikan asupan air putih minimal 8 gelas saat sahur dan berbuka, serta sajikan makanan bergizi seimbang seperti protein, serat, dan lemak sehat.

Ia juga menyarankan porsi makan yang wajar untuk hindari pemborosan, serta jaga pola tidur keluarga agar tetap fit menjalani ibadah.

"Dengan perencanaan matang, ibu bisa menjadikan Ramadhan sebagai momen membangun kebiasaan sehat, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk seluruh keluarga," ujar Febi.

Ramadan Refleksi Spiritual

Ramadan Refleksi Spiritual

Febi Sukma menambahkan, Ramadan adalah waktu refleksi spiritual sekaligus kesempatan meningkatkan kesehatan fisik keluarga. Namun, kebiasaan berbuka puasa yang berkembang di masyarakat sering kali justru mengancam tujuan ini, terutama akibat slogan populer "Berbukalah dengan yang manis."

Slogan ini mengakar kuat, seolah menjadi bagian ajaran agama, padahal membawa dampak kesehatan serius jika tidak dikelola dengan bijak.

Dosen di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta ini menyoroti kebiasaan berbuka dengan makanan dan minuman manis berlebih berkontribusi pada melonjaknya kasus diabetes di Indonesia. Data Diabetes Federation 2022 menyebut Indonesia sebagai peringkat pertama di ASEAN untuk penderita diabetes tipe 1.

"Ini alarm bahaya," tegasnya.

Lebih jauh, Febi menambahkan, konsumsi gula berlebih juga meningkatkan kasus gagal ginjal pada anak-anak, terlihat dari semakin banyaknya pasien anak yang menjalani cuci darah di RSCM. Ia menegaskan, pola makan tidak sehat sejak dini mengancam kesehatan generasi mendatang, dan ibu sebagai manajer keluarga memegang peran kunci mengubah kebiasaan ini.

Secara teologis, Febi merujuk hadis Anas bin Malik: "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berbuka dengan ruthab (kurma basah), atau tamr (kurma kering), atau seteguk air." (HR Abu Dawud).

Namun, ia menjelaskan, ini bukan dorongan untuk mengonsumsi gula berlebih. Kurma kaya serat dan nutrisi, berbeda dari gula olahan dalam sirup atau minuman kemasan yang kerap disajikan saat berbuka.

Sumber : Liputan6.com