Ramadhan 2025: Kapan Awal Puasa Versi Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah?
26 February 2025, 06:50 WIB:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4367926/original/081569000_1679486627-Memantau-Hilal-Awal-Ramadhan-1444-Hijriah-Herman-3.jpg)
Umat Muslim di Indonesia bersiap menyambut bulan suci Ramadhan 1446 H yang jatuh pada tahun 2025 Masehi. Perbedaan penetapan awal Ramadhan seringkali menjadi perbincangan hangat di masyarakat, khususnya terkait perbedaan metode penentuan antara pemerintah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.
Tahun ini, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Bahkan Muhammadiyah juga telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1446 H akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) baru akan menggelar sidang isbat pada Jumat 28 Februari 2025 untuk menentukan awal Ramadhan setelah didahului dengan melakukan rukyatul hilal.
Perbedaan potensial ini menarik perhatian publik dan memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana perbedaan metode perhitungan dan pengamatan mempengaruhi penetapan awal puasa Ramadhan 2025. Mari kita bahas lebih lanjut perbedaan pendekatan ketiga lembaga tersebut dalam menentukan awal bulan Ramadhan.
Advertisement
Penetapan Awal Ramadhan versi Muhammadiyah
Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, telah menetapkan awal Ramadhan 1446 H berdasarkan perhitungan hisab. Metode ini menggunakan perhitungan astronomi untuk menentukan posisi hilal.
Dengan menggunakan metode hisab, Muhammadiyah konsisten dalam penetapan awal Ramadhan. Hal ini memudahkan perencanaan kegiatan keagamaan bagi para anggotanya.
Tahun ini, Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Sementara Hari Raya Idul Fitri 1446 H ditetapkan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Keputusan Muhammadiyah ini telah diumumkan jauh-jauh hari, memberikan kepastian bagi umat Islam yang mengikuti metode perhitungan ini. Mereka dapat mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan lebih matang.
Advertisement
Sidang Isbat Pemerintah: Menentukan Awal Ramadhan 2025
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama, akan menyelenggarakan sidang isbat untuk menentukan awal Ramadhan 1446 H. Sidang ini mempertimbangkan hasil rukyatul hilal (pengamatan hilal) dan perhitungan hisab.
Rukyatul hilal dilakukan oleh tim yang ditunjuk pemerintah di berbagai lokasi di Indonesia. Hasil pengamatan ini kemudian dibahas dalam sidang isbat bersama para ahli.
Keputusan pemerintah mengenai awal Ramadhan bersifat final dan menjadi acuan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Proses sidang isbat ini melibatkan berbagai pihak untuk memastikan keakuratan penetapan awal Ramadhan.
Adapun sidang Isbat penentuan awal Ramadhan 1446 H baru akan digelar pada Jumat, 28 Februari 2025 atau bertepatan dengan tanggal 29 Sya'ban 1446 H.
Penentuan Awal Ramadhan versi Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, umumnya menetapkan awal Ramadhan berdasarkan hasil rukyatul hilal. Mereka menekankan pentingnya pengamatan langsung hilal sebagai dasar penentuan awal Ramadhan.
NU lebih cenderung menunggu hasil rukyatul hilal sebelum memutuskan awal Ramadhan. Hal ini menunjukkan komitmen NU terhadap metode tradisional dalam penentuan awal Ramadhan.
Meskipun NU juga mempertimbangkan perhitungan hisab, keputusan akhir tetap bergantung pada hasil pengamatan hilal. Sikap ini mencerminkan kehati-hatian NU dalam menentukan awal bulan suci Ramadhan.
Adapun rukyatul hilal baru akan dilaksanakan pada tanggal 29 Sya'ban 1446 H atau Jumat, 28 Februari 2025. Itu artinya, NU dan pemerintah baru akan mengambil keputusan pada 28 Februari untuk menentukan awal Ramadhan 1446 H.
Potensi Perbedaan dan Analisis BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah memprediksi potensi kesulitan dalam pengamatan hilal pada 28 Februari 2025. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan penetapan awal Ramadhan antara berbagai organisasi.
Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, menjelaskan potensi kesulitan tersebut secara detail. Beliau menekankan pentingnya mempertimbangkan kondisi cuaca dan posisi bulan saat pengamatan.
Dia menjelaskan bahwa posisi bulan di beberapa wilayah Indonesia pada 28 Februari 2025 menyulitkan pengamatan hilal. Di Banda Aceh, posisi bulan memang memenuhi kriteria MABIMS, namun di Surabaya, ketinggian bulan masih di bawah kriteria tersebut.
"Ini sedikit melebihi kriteria MABIMS, yaitu tinggi lebih dari 3 dan elongasi lebih dari 6,4," kata Thomas yang dikutip dari Youtube Tdjamaluddin, Sabtu (22/2/2025). Namun, di Surabaya, kondisi berbeda. "Posisi bulan yang terlalu dekat dengan matahari dan ketinggiannya cukup rendah ini menunjukkan kemungkinan besar hilal sulit dirukyat," tambahnya.
Selain faktor astronomi, kondisi cuaca juga menjadi kendala. "Potensi gagal rukyat cukup besar, selain hilal sangat tipis, faktor cuaca kemungkinan besar juga menjadi kendala," jelas Thomas. Ketidakpastian ini membuat sidang isbat menjadi sangat krusial.
2 Kemungkinan Keputusan Isbat
Sidang isbat yang akan digelar pada Jumat, 28 Februari 2025 di Auditorium H.M. Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jakarta, akan menentukan keputusan akhir. Ada dua kemungkinan skenario yang bisa terjadi.
"Pertama, sidang isbat tetap konsisten dengan kriteria MABIMS dan merujuk fatwa MUI 1981. Dengan hasil hisab di Aceh yang memenuhi kriteria, maka 1 Ramadan jatuh pada 1 Maret 2025," ujar Thomas. Keputusan ini didasarkan pada data astronomi yang akurat.
Namun, skenario kedua mempertimbangkan hasil rukyat. "Karena di sebagian besar wilayah Indonesia hilal tidak mungkin dirukyat, maka 1 Ramadan bisa ditetapkan pada 2 Maret 2025," tambahnya. Skenario ini didasarkan pada kesulitan pengamatan hilal di banyak wilayah.
Menyambut Ramadhan dengan Toleransi dan Persatuan
Meskipun terdapat potensi perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan, penting bagi umat Islam untuk tetap menjaga toleransi dan persatuan. Perbedaan metode penentuan bukanlah halangan untuk menjalin ukhuwah Islamiyah.
Saling menghormati perbedaan pendapat dan pendekatan dalam menentukan awal Ramadhan merupakan kunci utama dalam menjaga kerukunan umat. Mari kita sambut bulan suci Ramadhan dengan penuh keimanan dan semangat persaudaraan.
Semoga perbedaan ini tidak mengurangi kekhusyukan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Mari kita fokus pada esensi Ramadhan yaitu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3990958/original/088148600_1649595815-WhatsApp_Image_2022-04-10_at_7.57.09_PM.jpeg)